Ekowisata dan Pohon Asuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo

Pohon Asuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. 

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo terletak di Desa Rantau Kermas, Kabupaten Merangin, Jambi. Hutan ini masih sangat asri karena masyarakat sangat menjaganya dengan hukum adat dan kearifan lokal. Dengan segala keunikan dan potensinya, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo masuk dalam 10 Besar Nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2021 untuk Kategori Ekowisata.

Nama Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo diambil dari nama orang pertama yang mendirikan Desa Rantau Kermas. Depati merupakan sebutan untuk ketua adat. Bagi masyarakat Desa Rantau Kermas, hutan adalah penyangga kehidupan, menjadi sumber air, dan melindungi dari bencana. 

Saat kondisi pandemi, Kepala Dinas Parpora Kabupaten Merangin, Bapak Sukoso mengatakan bahwa tetap melakukan beberapa hal terkait pengembangan obyek wisata pasca pandemi. Obyek wisata, baik tempat wisata, restoran, dan hotel sudah menyediakan sarana dan prasana untuk protokol kesehatan. 

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Youtube Hutan itu Indonesia.

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo memiliki luas 130 hektar, yang keberadaan pengelolaannya berdasarkan hukum adat. Awalnya 24 hektar dari 130 hektar luas Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo berada dalam Taman Nasional Kerinci Seblat. Namun bersama tokoh masyarakat, pemda, dan NGO meminta izin untuk kembali pengelolaannya untuk masyarakat hukum adat. 

Lalu pada tahun 2016, dikeluarkan izin bahwa seutuhnya 130 hektar dikelola oleh masyarakat hukum adat. Kemudian akhirnya Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo mendapatkan pengukuhan legalitas Surat Keputusan Nomor 6745/MENLHK-PSKL/KUM-1/12/2016.
Nenek moyang bilang menjaga hutan adalah kewajiban, karena dengan menjaga hutan, kita juga melestarikan lingkungan yang ada di sekitar untuk melindungi dari bencana.
Masyarakat tidak boleh menebang pohon atau membuka lahan di kawasan hutan adat. Hukum adat sangat tinggi kedudukannya apabila diterapkan di sini. Hukum adat tegas diberlakukan dengan denda beras 20 gantang, 1 ekor kambing, dan uang sebesar Rp500.000. Oleh karenanya, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo pernah memenangkan Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan pada tahun 2019. 


Bapak Dodi Kussapriadi, Direktur BUMDes Alam Depati Payung menceritakan bahwa yang lebih berat adalah sanksi sosial di masyarakat. Mereka yang melanggar hukum adat, tidak diberikan jabatan sekecil apapun, jabatan ketua RT saja tidak bisa, selama mereka masih ada di Desa Rantau Kermas.

Medan trekking Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Dodi Kussapriadi 

Jika masyarakat membuka lahan untuk berkebun, mereka harus minta izin ke tetua adat untuk minta lahan. Dikenal dengan istilah Tanah Ajum dan Tanah Arah. Tanah Ajum adalah lahan yang digunakan untuk berkebun guna menambah perekonomian masyarakat. Di sana ada kebun kopi, kulit manis, kentang, cabe, dan jahe. Sedangkan Tanah Arah merupakan lahan yang dimanfaatkan untuk pemukiman. 

Pohon Asuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Sumber: Youtube Hutan itu Indonesia. 

Uniknya, karena masyarakat tidak boleh menebang pohon satupun, namun harus tetap memiliki penghasilan, masyarakat mengelola hutan adat ini dengan Pohon Asuh. Kita bisa mengasuh pohon-pohon yang ada di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo sebesar Rp200.000/batang per tahun. Sampai saat ini ada sekitar 1100 pohon yang sudah diasuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Pada website pohonasuh.org menjelaskan rinci mengenai nama pengasuh, letak koordinat, dan mempermudah pengasuh untuk mengakses pohonnya. 


Ternyata ada pohon yang nilai ekonomisnya sangat tinggi, namanya Pohon Kayu Bawang. Kulitnya kemerahan dan sangat menonjol diantara pohon-pohon yang lain. Rencana kedepannya Pohon Kayu Bawang akan dikembangkan menjadi bibit. Selain Pohon Kayu Bawang, ada Pohon Sisik Tenggiling yang unik dan jarang ditemukan di tempat lain. Berikut ini beberapa pohon yang bisa diasuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo:

  • Kenolan
  • Kayu Bawang
  • Letung
  • Telentang
  • Medang Jangat
  • Kayu Labu
  • Maroboa
  • Maloro
  • Medan Daun
  • Kayu Kumbang
  • Surian
  • Sentul
  • Singgiling
  • Kayu Taji

Untuk pengelolaan hutan adat, ada kelompok yang terdiri dari enam orang, 5 orang patroli dan 1 orang bendahara. Kelima orang ini merupakan masyarakat pemuda yang memang mengabdikan diri untuk memantau perkembangan desa. 

Oya, walaupun jauh dari perkotaan, Desa Rantau Kermas sudah mandiri akan energi listrik. Tahun 2018, mendapat hibah dari Jerman sejumlah Rp3,1 Milyar untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) lho!

Kopi Serampas. Sumber: Youtube Hutan Itu Indonesia

Kopi menjadi salah satu komoditi lokal dari Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo sudah berkembang ke level nasional dan internasional dengan merek Serampas Coffee. Kamu wajib membawa buah tangan Serampas Coffee jika berkunjung ke sini. Selain itu, ada cangkir bambu yang diproduksi langsung oleh masyarakat hutan adat. 

Tak lengkap jika berkunjung ke sini tanpa menyantap kuliner khas. Kuliner yang wajib kita coba di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo yaitu ikan lemang. Ikan Semah dari Sungai Batang Langkup yang dimasak dalam bambu dengan nasi ibus yang wanginya khas dimasak dengan menggunakan daun lirik dengan metode masak khusus. 

Kuliner ikan dan nasi ibus khas Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Dodi Kussapriadi  

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo memadukan konsep alam dan wisata (ekowisata), mengembangkan wisata edukasi dengan konsep tradisional di hutan adat dengan pembangunan gazebo, jalur trekking, spot selfie, dan lokasi camping. Gazebo bisa digunakan untuk tempat berdiskusi dengan pengunjung. Rencana BUMDes ke depannya juga akan mengelola Sungai Batang Langkup dengan aktivitas tubing dan pembangunan homestay

Gazebo di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Dodi Kussapriadi.

Tidak ada patokan harga tiket masuk, biaya tiket masuk seikhlasnya dari pengunjung. Bapak Dodi mengatakan bahwa hal yang paling penting adalah bisa memberi edukasi dan merubah mindset bahwa wisata ke hutan menyenangkan. 

Pemandu lokal dari Kelompok Pengelola Hutan Adat (KPHA) siap menemani. Dulu pernah ada yang masuk tanpa pemandu, namun tersesat dan akhirnya bertemu dengan jejak si belang, alias harimau. Jadi, mari kita hargai alam semesta dan adat istiadat. Ini adalah tentang bagaimana kita menghormati hutan adat dan bersahabat dengan alam.   

Tahun 2021, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo menjadi salah satu nominasi dalam ajang API award untuk kategori Ekowisata. Promosi melalui media sosial seperti youtube, instagram, dan yang lainnya sudah dilakukan. 

Selain itu, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo juga mendapat dukungan penuh dari bapak Bupati Merangin dengan memberikan surat himbauan kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Merangin agar Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo menjadi pemenang di ajang Anugerah Pesona Indonesia 2021.

Dukung Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo di ajang API Award 2021. 

Dalam upaya pengembangan wisata, Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin telah membangun infrastruktur sehingga akses jalan menuju Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo lebih nyaman. Sebelum masa pandemi, ada 3 bandara yang beroperasi menuju Jambi. 

Dari Bandara Sultan Thaha Jambi, lalu menempuh jalur darat menuju ibukota di Bangko, Kabupaten Merangin selama 4-5 jam. Kemudian baru ke Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo memakan waktu kira-kira 3 jam. Pilihan kedua, dari Bandara Muara Bungo, Jambi. Hanya memerlukan waktu 1 jam untuk ke ibukota Bangko. Pilihan ketiga, dari Bandara Silampari, Lubuklinggau Sumatera Selatan. Waktu yang diperlukan sekitar 3 jam untuk samapai ke ibukota Bangko.

Selama perjalanan dari Muara Bungo menuju Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo, kita juga bisa singgah ke beberapa obyek wisata, seperti Sungai Mengkarang yang merupakan salah satu Geopark Site Nasional Merangin Jambi. Di sana ada fosil pohon yang usianya diperkirakan 290 juta tahun. Kita juga bisa melakukan wisata air river tubing di Sungai Mengkarang. Kepala Dinas Parpora Kabupaten Merangin, Bapak Sukoso mengatakan bahwa saat ini Sungai Mengkarang juga sedang diusulkan untuk masuk ke UNESCO Global Geopark. 

Kabupaten Merangin memiliki banyak air terjun, seperti wisata Air Terjun Puti Daber di Muara Siau, Air tejun Sigerincing di Kecamata Lembah Masurai, Air Terjun Serintik Hujan Paneh. Selain itu, kita bisa menikmati keindahan alam Gunung Masurai. 

Jika mendaki Gunung Masurai, kita bahkan bisa menikmati 5 danau sekaligus; Danau Mabok, Danau Kumbang, Danau Merah, Anakan Danau Merah, dan Danau Kosong. Tak jauh dari Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo, kita juga ada wisata Geosite Danau Pauh dan Danau Depati Empat. Tempatnya masih sangat asri dan bisa melakukan kegiatan camping di sana. 

Semoga suatu saat saya bisa mengujungi Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo dan menengok Pohon yang saya asuh di sana. Jangan lupa dukung Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo dalam kategori Ekowisata di ajang Anugerah Pesona Indonesia 2021 hingga 31 Oktober 2021. 

Via Instagram dan Youtube
Like postingan Bukit Besak di Instagram @ayojalanjalanindonesia, channel Youtube @apiaward
1 like = 1 vote

Via SMS
Ketik API 9C kirim ke 99386
1 SMS = 2 votes

- Pantun Dukung Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo -

Kalau ada gelang di tangan
Tidak melurut cincin di jari
Kalau ada Hutan Adat Depati Karo Jayo yang kita kenang
Tidak beralih ke hutan adat nan lain hati

Buah cempedak dari Kalimantan
Sungguh menarik untuk cendera mata
Mari semua lestarikan hutan
Karena hutan adalah potensi wisata

Indahnyo Pohon Bidaro
Tumbuhnya di tepi Sungai Merangin
Hanya Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo
Merupakan akses Kabupaten Merangin

Jalan-jalan ke Jambi tidak lupa berfoto
Melihat pesona alam bunga Rafflesia
Dukung dan jaga Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo
Biar jadi pemenang di Anugerah Pesona Indonesia

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar:

Potensi Aneka Pangan Lokal untuk Masa Depan Indonesia

Potensi Sumber Pangan Lokal untuk Masa Depan Indonesia.

Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, setiap daerah di Indonesia menyimpan kekayaan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk masa depan. Keanekaragaman Hayati Indonesia menyediakan sumber pangan lokal yang bikin bangga!

Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan, Indonesia memiliki 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah-rempah. Tak heran jika Indonesia mendapat predikat Negara Megabiodiversitas Kedua Terbesar di Dunia, setelah Brazil.

Begitu banyak ragam sumber pangan dan kuliner khas Indonesia yang tidak ada di negara lain. Saat saya mengunjungi suatu daerah, pasti saya akan menyantap kuliner khas daerah tersebut, mengenal asal pembuatan, bahkan tradisinya. Bicara soal pangan lokal Indonesia memang gak pernah ada habisnya, bahkan bisa bikin perut berdendang, betul?

Aneka Pangan Lokal Indonesia Bikin Bangga


Pangan lokal diproduksi suatu daerah untuk dikonsumsi atau dikembangkan guna kepentingan ekonomi. Pangan lokal biasanya juga tak terlepas dari tradisi budaya dan hasil alam daerah tersebut. Oleh karenanya, hal itu yang membuat pangan lokal memiliki keistimewaannya masing-masing. Apa saja nih potensi pangan lokal daerahmu?


Beragam sumber pangan lokal Indonesia berasal dari hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Tak hanya beragam, sumber pangan tersebut juga kaya nutrisi dan memiliki khasiat untuk kesehatan lho! Potensi pangan lokal harus dikelola dengan baik dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Nasi sebagai makanan pokok.

Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Katanya kalau belum makan nasi, rasanya belum kenyang. Tapi sebenarnya, dengan keanekaragaman sumber pangan yang kita miliki justru memberikan pilihan sumber karbohidrat yang tak kalah bergizi selain beras, seperti; ubi jalar/keledek, ubi kayu/singkong, talas/keladi, jagung, sagu, dan sorgum. Saya suka mengukus ubi jalar di rumah karena cara masaknya yang praktis, rasanya manis, dan mengenyangkan. Meski manis, ternyata kandungan gula dalam ubi lebih rendah daripada nasi lho!


Saat saya menyusuri hutan, saya pernah menemukan tanaman yang bisa langsung dikonsumsi. Misalnya buah murbei yang rasanya asam manis dan lengkuas merah yang manis. Ada pula hasil hutan sebagai bahan pangan seperti kecombrang, tepung sagu, jamur, hingga daun sengkubak yang digunakan sebagai
penyedap alami.

Lengkuas merah yang manis.

Letak geografis Indonesia di Zamrud Khatulistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga berbagai bahan pangan tumbuh baik dan segar. Beberapa buah juga hanya ada di Indonesia, seperti Buah Lahung dari Kalimantan, Buah Carica dari Dataran Tinggi Dieng, Buah Matoa asal Papua yang hanya berbuah setahun sekali. 

Selain dijadikan makanan, tanaman khas Indonesia juga bisa digunakan sebagai obat, seperti Pasak Bumi di Kalimantan untuk obat kuat dan obat malaria, Daun Gatal di Papua digunakan  untuk obat anti pegal alami. Bahkan jamu empon-empon dengan perpaduan jahe, kunyit, dan serai kini banyak dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Hal-hal yang saya sebutkan diatas hanyalah sebagian kecil keanekaragaman pangan Indonesia yang membuat saya sendiri bangga dan takjub. Alam begitu baik menyediakan kebutuhan pangan kita semua. Saya sadar bahwa banyak sekali potensi sumber pangan lokal yang selalu menarik untuk dieksplor dari segi rasa dan ceritanya. 

Pangan Lokal untuk Masa Depan

Kita tentu harus menjaga alam untuk memastikan ketersediaan pangan lokal untuk masa depan. Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah. Begitu pula dengan keberadaan pangan lokal kita. Jika tak kenal, maka kita akan mengabaikan keanekaragaman hayati sebagai potensi sumber pangan lokal. Hal tersebut dapat memicu terjadinya deforestasi atau alih fungsi lahan.

Seorang teman saya di Papua pernah bilang bahwa hutan sagu yang terlihat di depan mata ini memang masih terlihat hijau, tapi dalamnya sudah ada yang hilang. Itu sebabnya saya bilang bahwa kita harus tahu betul bahwa hutan dan alam menyimpan sumber pangan lokal lho untuk keberlangsungan makhluk hidup termasuk kita. Ketidaktahuan itulah yang menyebabkan hilangnya sumber pangan lokal untuk masa depan.


Saya pernah mengunjungi Restoran Terunik di Indonesia, bahkan di Dunia! Pasalnya semua media masak dan bahan pangan berasal dari alam. Restoran dikelilingi pohon sagu, bangunan atap dan tempat sampah terbuat dari daun sagu. Wadah makanan terbuat dari sempe/tanah liat. Meja terbuat dari bambu dan daun sagu. Bahkan saat saya tiba, saya disambut dengan secangkir kopi hangat asal Papua. 

Ungkea Jungle Resto berada di tengah hutan, Toware.

Tak hanya itu, cara memasaknya juga tidak menggunakan minyak sama sekali! Makanan dihidangkan hangat dengan metode masak dengan cara dibakar. Sagu diolah menjadi kuliner khas sebagai tradisi budaya. Oleh karena itu, masyarakat Papua masih mengadakan Festival Ulat Sagu untuk melestarikan alam dan budaya.
Hutan Sagu di Papua itu seperti Ibu, yang memberi kehidupan. Sagu bukan hanya sebagai sumber pangan. Tapi seluruh bagiannya dapat digunakan dan bermanfaat. Charles Toto, Papua Jungle Chef.

Jenis paku-pakuan/pakis dan olahan sagu.

Menurut saya, sagu memiliki potensi tinggi untuk ketahanan pangan nasional. Sagu bisa menjadi salah satu alternatif makanan pokok yang bisa diolah dan dieksplorasi menjadi berbagai variasi produk konsumsi. Sagu dapat diolah menjadi mi sagu, beras sagu, bakso, ongol-ongol, sagu keju, jenang mutiara, bagea, kue beras, hingga menjadi tepung sagu yang juga bisa dijadikan oleh-oleh. Olahan sagu bisa dimanfaatkan untuk makanan pembuka hingga makanan penutup.

Satu pohon sagu setinggi 30 meter bisa menghasilkan 150-300 kg bahan baku tepung sagu. Sagu memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dalam setiap 100 gram sagu mengandung 355 kalori, 85,6% karbohidrat, serta memiliki kadar gula rendah (glutten free).

Olahan Pangan dari Alam

Sadar atau tidak, bahan pangan yang kita konsumsi merupakan bagian dari keanekaragaman hayati di Indonesia. Berikut beberapa olahan pangan dari alam yang pernah saya santap;

Sarikaya Perenggi
Saya pernah mencicipi makanan penutup yang belum pernah saya coba sebelumnya. Namanya Sarikaya Perenggi, makanan pencuci mulut ini bisa dimakan sampai kulit-kulitnya. Tentu sangat ramah lingkungan dan zero waste. Olahan ini sangat kreatif, terbuat dari labu kuning yang dikukus lalu diisi dengan custard yang terbuat dari kuning telur, santan, gula aren, dan daun pandan.

Sarikaya Perenggi.

Papeda Bungkus
Papeda merupakan bubur sagu khas Papua yang menjadi makanan pokok masyarakat Papua. Bubur sagu sejenis dikenal dengan nama Kapurung di Sulawesi. Seperti yang saya sebutkan di atas, pangan lokal erat kaitannya dengan tradisi budaya daerah tersebut. 

Tahukah kamu bahwa Papeda singkatan dari Papua Penuh Damai? Uniknya, papeda juga bisa disimpan dengan cara dibungkus menggunakan daun fotovea sehingga tahan sampai dua minggu lho! Tanpa plastik, pembungkus makananpun sangat ramah lingkungan dan berasal dari alam.

Papeda Bungkus.

Sayur Babanci
Sayur Babanci merupakan kuliner khas kota kelahiranku, Jakarta. Terlihat seperti kari, rasanya gurih, dan kaya akan rempah. Bagaimana tidak, sayur Babanci terdiri dari 21 jenis bumbu dan rempah Indonesia lho! 

Beberapa diantaranya ada jahe, serai, kapulaga, cabe merah besar, bunga bintang, asam jawa, lengkuas, terasi, kemiri, serundeng, hingga kelapa muda. Namun kini, beberapa rempah yang digunakan sulit didapat, seperti; kedaung, botor, lempuyang, temu mangga, temu kunci, dan bangle. 

Sayur Babanci.

Sambal Ikan Lais
Penikmat kuliner Indonesia identik menyukai sambal, saya adalah salah satu diantaranya. Hampa tanpamu terasa jika makanan tak ada sensasi pedas. Indonesia memiliki berbagai jenis sambal yang membuat cita rasa makanan semakin nikmat. 

Salah satu sambal yang pernah saya icip adalah Sambal Ikan Lais. Ikan Lais hidup di Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Kebayang kan kalau Sungai Kapuas tercemar, menyebabkan Ikan Lais punah, sehingga kita tidak bisa menikmati hasil olahan tersebut lagi?

Sambal Ikan Lais.

Kasuami
Awalnya saya kira Kasuami adalah tumpeng mini karena bentuknya yang segitiga seperti tumpeng. Namun kuliner khas Sulawesi Tenggara ini terbuat dari singkong. Saat saya berada di Buton Tengah, beberapa kali kami disajikan menu Kasuami tapi tidak ada hidangan nasi. Masyarakat lokal sudah terbiasa makan Kasuami dengan lauk pauk.  Kasuami ini cukup mengenyangkan, satu puncung Kasuami ini biasanya saya bagi dua. 

Kasuami.

Beberapa contoh olahan pangan dari alam menunjukkan bahwa alam menyediakan sumber pangan yang sangat beranekaragam. Namun tak sedikit bahan pangan mulai langka. Banyak potensi aneka pangan lokal yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan nilai sumber pangan lokal itu sendiri. Untuk bisa terus menikmati olahan pangan dari alam tentu kita harus menjaganya.

Dukung dan Cintai Aneka Pangan Lokal Indonesia

Indonesia memiliki segudang potensi sumber pangan untuk masa depan. Sumber pangan yang kita konsumsi sehari-hari berasal dari alam toh? Jadi, sebenarnya tak ada alasan bagi kita untuk tidak menjaganya. Setiap hari kita butuh asupan pangan untuk menjalani hidup. Kita bisa berkontribusi untuk memelihara keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. 

Untuk itu, kita bisa menjaga ketahanan pangan dengan cara diversifikasi pangan lokal. Diversifikasi pangan merupakan upaya agar kita bisa mengonsumsi varian makanan pokok agar tidak terfokus pada satu jenis. Misalnya sumber karbohidrat tidak selalu berasal dari beras, kita bisa mencoba olahan lain yang berasal dari ubi, jagung, sagu, dan sorgum. 

Hal tersebut juga bermanfaat untuk pemenuhan gizi yang variatif dan seimbang. Diversifikasi pangan menjadi salah satu cara untuk mengurangi konsumsi beras agak tidak melebihi produksi dan hal ini tercatat dalam Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

Pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga terrcermin dari ketersediaan pangan yang cukup dalam segi jumlah, mutu, aman, merata, dan terjangkau. Selain itu, kita juga bisa menjaga pangan lokal, mulai dari diri sendiri dengan cara sederhana, seperti;

Makan Secukupnya dan Habiskan
Sebelum membuang makanan, mari pikirkan proses makanan tersebut bisa dihidangkan sampai ke meja kita. Berapa banyak orang kelaparan, bagaimana jerih payah petani, hingga perjalanan proses produksi dan distribusinya yang memakan banyak energi? 

Sisa makanan/food waste yang dibuang dan tidak diolah akan membusuk dan menghasilkan gas metana dapat memicu perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut berpengaruh terhadap produktivitas sumber pangan pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain. Jadi, belanjalah dengan bijak, simpan makanan dengan benar, dan tidak menyisakan makanan adalah hal yang wajib kita lakukan.

Membeli Produk Lokal Hasil Hutan Non-Kayu
Mendukung produk lokal dengan membeli hasil hutan non-kayu, seperti madu hutan, teh gaharu, kopi mangrove, tepung sagu, jahe merah, dan masih banyak lagi, contohnya bisa dilihat di sini. Produk-produk tersebut diproduksi oleh masyarakat lokal. Oleh karena itu, selain cita rasa yang berkualitas juga lebih menyehatkan dan tanpa bahan pengawet, kita juga membantu meningkatkan perekonomian mereka. Kamu wajib coba untuk membuktikannya ya!

Koleksi produk lokalku.

Menggunakan Wadah Ramah Lingkungan
Jika kita membeli makanan, ada baiknya kita menyiapkan wadah sendiri untuk mengurangi sampah plastik. Pelaku industri makanan bisa beralih menggunakan wadah makanan ramah lingkungan dari besek bambu atau limbah pelepah serta menggunakan kantung singkong atau pati jamur.

Wadah makanan ramah lingkungan.

Dengan mengonsumsi sumber pangan lokal, kita juga membantu para petani dan pelaku UMKM di Indonesia, serta membantu upaya ketahanan pangan berkelanjutan. Yuk kita dukung dan cintai aneka pangan lokal Indonesia. Kita adalah bagian dari solusi, mari berkontribusi. 

_____

Keep in Touch

1 komentar:

Lindungi Gambut dan Fauna Endemik Indonesia


Bicara soal gambut, saya jadi ingat pelajaran geografi di sekolah dulu. Belajar tentang macam-macam hutan, tanah, dan aktivitas serta fenomena alam lainnya. Apa kamu masih ingat apa itu lahan gambut? Ternyata lahan gambut juga menyimpan banyak keanekaragaman hayati lho! 

Keanekaragaman dan Ancaman Biodiversitas di Indonesia


Letak geografis Indonesia di Zamrud Khatulistiwa dengan iklim tropis membuat Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Keadaan lahan gambut biasa dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya seperti; fauna dan flora endemik. Tak heran karena faktanya Indonesia memiliki 12% populasi mamalia, 7,3% jenis amfibi & reptil, dan 17% spesies burung dari seluruh dunia. 

Namun kekayaan hati kita juga memiliki ancaman dalam laju kepunahan kedua tercepat setelah Meksiko dan tingkat penyelundupan satwa liar tertinggi ke-4 di dunia setelah human trafficking, weapon trafficking, dan drugs trafficking. Penurunan spesies satwa liar tadi disebabkan oleh beberapa hal, seperti; perubahan iklim, eksploitasi alam berlebihan/deforestasi, alih fungsi lahan, perburuan, perdagangan, invasi satwa, dan rekayasa genetika. 


Dr. Herlina Agustin, selaku Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran mengatakan bahwa perubahan iklim membuat perubahan perilaku pada satwa dan kerentanan pada reproduksi satwa. Sebagai contoh, seekor penyu yang ingin bertelur akan mengambil jarak yang jauh dari pantai untuk melindungi telurnya ketika air laut pasang. Namun dengan adanya perubahan iklim, batas laut jadi pendek. 

Coral Bleaching di Pulau Waigeo, Raja Ampat. Sumber: https://voi.id/

Tahukah kamu bahwa perubahan iklim sebenarnya bukan hanya menimbulkan ancaman pada ekosistem di darat seperti di hutan, tapi juga ekosistem laut seperti mematikan terumbu karang. Suhu air laut yang hangat akibat perubahan iklim menyebabkan terumbu karang memutih dan mati (coral bleaching). Satu hal yang perlu kita ingat dan ketahui bahwa terumbu karang termasuk golongan binatang bukan tanaman laut.

Lahan Gambut dan Fauna Endemik


Eksploitasi alam berlebihan juga terjadi pada lahan gambut. Perkenalkan, lahan gambut si lahan basah, lembek, empuk-empuk gitu guys. Terbentuk dari timbunan organik seperti sisa pohon, rerumputan, dan jasad hewan yang membusuk selama ribuan tahun sehingga membentuk endapan cekung yang tebal. Pada umumnya, bagian kiri/kanan atau ujung lahan gambut biasanya terdapat sumber air, seperti rawa, sungai, danau, maupun laut. 

Butuh waktu sekitar 2000 tahun untuk membentuk gambut sedalam 4 meter.

Indonesia memiliki Lahan Gambut Terbesar ke-4 di dunia dan Lahan Gambut Tropis Terluas ke-2 di Dunia. Dari 258.650 spesies pohon tinggi yang tercatat di dunia, 13-15% terdapat di lahan gambut Indonesia, yaitu 35-40% spesies pohon tinggi. Persebaran gambut di Indonesia banyak terdapat di pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Lahan Gambut Tropis Tertua di dunia berada di pedalaman Kalimantan, yaitu lahan gambut Putussibau.

Lahan Gambut Putussibau

Berdasarkan data yang dilansir dari pantaugambut.id, keunikan lahan gambut di Indonesia menyimpan sekitar 57 gigaton karbon atau 20 kali lipat tanah mineral yang ada di dunia. Terdapat 4 jenis kedalaman lahan gambut di Indonesia, yaitu Gambut Dangkal (50-100 cm), Gambut Sedang (100-200 cm), Gambut Dalam (200-300 cm), dan Gambut Sangat Dalam (>300 cm). Semakin dalam gambut, maka semakin banyak karbon yang terkandung di dalamnya. Jika lahan gambut kering, emisi karbon yang terlepas ke udara semakin banyak menjadi emisi gas rumah kaca.

Satu hal yang tidak dapat diganggu adalah karakteristik gambut yang ideal adalah basah, tidak boleh kering. Iola Abas - Koordinator Nasional Pantau Gambut

Nah biasanya lahan gambut dihuni oleh satwa eksotis, contonya seperti Arwana Super Merah yang kalau dijual kisaran harga Rp15-48 juta! Namun faktanya lahan gambut kita sedang terancam! Beberapa fauna di lahan gambut merupakan spesies endemik dan dilindungi oleh International Union for Conservation (IUNC). Fauna-fauna tersebut masuk dalam kategori red list, seperti buaya senyulong, langur, harimau Sumatera, beruang madu, macan dahan, dan orang utan.


Seiring berjalannya waktu, lahan gambut terdegradasi akibat pengalihan fungsi lahan, misalnya; penebangan skala besar untuk mengosongkan tanah dan pembuatan kanal untuk pengeringan lahan. Ketika dirusak atau dikeringkan, lahan gambut yang kering mudah terbakar.
Sangat sulit memadamkan kebakaran hutan di lahan gambut karena api bisa menyebar hingga lapisan gambut, bahkan bisa butuh berminggu-minggu untuk memadamkannya.

Kebakaran pada lahan gambut otomatis menyebabkan pencemaran tanah, bahkan hilangnya keanekaragaman hayati. Lalu gimana nasib si orang utan itu tadi? Orang utan membangun rumahnya sendiri di atas pohon. Jika lahan gambut terbakar, kemungkinan orang utan juga akan terbakar atau dia bermutasi karena merasa rumahnya terancam dan gak ada makanan. 

Mungkin belum banyak yang tahu bahwa orang utan punya andil besar dalam melestarikan alam. Orang utan menyebar biji dari buah-buah dari feses mereka. Jika jatuh di tanah yang subur, biji tersebut bisa tumbuh menjadi pohon baru.


Jadi jika pohon-pohon itu dimusnahkan, rumah orang utan, burung-burungpun yang bersarang, dan fauna lainnya akan punah. Satu spesies hilang, akan berdampak pada spesies lainnya, termasuk berdampak ke manusia. Kebayang kan efeknya bakal domino?

Mengapa Lahan Gambut Penting?


Tanah gambut berbeda dengan tanah mineral yang biasa kita temui di hutan pada umumnya. Kemampuan menyerap air dan kemampuan menyimpan karbon tanah Gambut sangat tinggi. Gambut memiliki kandungan pH asam. Oleh sebab itu, sebenarnya alih fungsi lahan gambut menjadi pertanian sawit skala besar tidak cocok karena harus menaburkan kapur dolomit untuk menetralkan pH asam tadi. Tentu hal ini mecemarkan tanah gambut.

Akibat kerusakan lahat gambut.

Lahan gambut memiliki peranan penting dalam kehidupan makhluk hidup termasuk kita. Daya serap air yang tinggi mampu mengurangi dampak bencana banjir. Air di lahan gambut menjadi habitat ikan. Selain ikan, budidaya jamur menjadi sumber pangan dan menunjang perekonomian masyarakat lokal. Hutan gambut menjadi rumah bagi flora dan fauna endemik, serta menjaga rantai makanan di dalamnya. 

Hal yang terpenting adalah lahan gambut juga menjadi salah satu solusi mitigasi iklim karena menyimpan banyak karbon. Oleh karena itu, lahan gambut yang tersisa harus dillindungi dan lahan gambut yang rusak dipulihkan dengan restorasi lahan gambut, Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut itu sendiri dan mensejahteraan masyarakat.

Peran pemerintah juga penting dalam upaya perlindungan dan pengelolaan gambut yang lestari. Peraturan perlindungan total pada hutan alam, lahan gambut, dan daerah pesisir tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 tahun 2016 dan PP No. 71 tahun 2014. Selain itu, Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 tahun 2019, tentang penghentian pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan lam primer dan lahan gambut.

Strategi 3R untuk Restorasi Lahan Gambut.

Saya jadi teringat pengalaman saat camping di Gunung Papandayan. Kami dihimbau untuk menggantungkan makanan sebelum tidur agar tidak memicu babi hutan yang mungkin mencium aroma makanan dan membuat tenda kami porak-poranda. Lalu saya melihat binatang kecil berjalan di atas tenda kami, yang saya sendiri sebenarnya tidak begitu tahu apa nama binatang itu.

Lalu saya bertanya, "Ini gimana?" Pertanyaan singkat yang membuat teman saya sedikit bingung. 
"Yauda biarin aja." Sesingkat pula itu jawaban teman saya.

Sejak saat itu saya jadi berpikir bahwa area hutan tempat kami camping ini, sebenarnya tempat tinggal mereka (binatang kecil itu tadi) juga toh? Kalau kata mutiara bilang, "Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak, jangan mengambil apapun kecuali foto, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu."

Potensi kekayaan hayati di Indonesia memang bikin bangga, oleh karena itu harus dilestarikan dan upaya mengatasi ancamannya juga harus tegas dilakukan. Mari kita suarakan pentingnya lahan gambut. Lindungi lahan gambut, lindungi fauna Indonesia.

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar:

Pesona Wisata Dataran Tinggi Bukit Besak

Pesona Bukit Besak masuk dalam bagian gugusan bukit barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera. Bukit Besak memiliki ketinggian 640mdpl yang berlokasi di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Jarak tempuh dari Kota Lahat ke arah Tenggara sejauh 40 km dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam. Tahun ini, Bukit Besak masuk dalam 10 Besar Nominasi Anugerah Pesona Indonesia untuk kategori Dataran Tinggi. 

Bukit Besak dengan panorama Bukit Jempol.
Sumber: Dispar Kabupaten Lahat

Selain Bukit Besak, ada beberapa bukit lainnya, seperti; Bukit Kuning, Bukit Lepak Kajang, dan Bukit Serelo/Bukit Jempol/Bukit Telunjuk di Kabupaten Lahat. Bukit Besak diambil dari kata 'Besar' karena bukit ini tampak paling besar daripada bukit lainnya. 

Bukit Besak dapat menampung hingga 1000 tenda, bahkan pada tanggal 16 Agustus 2020, kunjungannya mencapai 7000 pengunjung. Bukit Besak sudah dilengkapi fasilitas seperti; basecamp, perlengkapan camping, toilet umum, dan mushola.

Pendaftaran pendakian ke Bukit Besak dilakukan secara online dan on the spot dengan tiket masuk sebesar Rp5000/orang. Tarif parkir mobil dikenakan harga Rp50.000 dan parkir motor sebesar Rp15.000. Ada 2 pos pendakian menuju Bukit Besak. Dari basecamp ke Puncak Besak memakan waktu kurang lebih dua jam trekking bagi pejalan santai. Pilihan lainnya adalah menggunakan jasa ojek dari basecamp menuju pos 1 seharga Rp15.000/orang. 


Wisatawan yang berkunjung ke Bukit Besak berasal dari berbagai kota di Indonesia, terutama dari Linggau, Bengkulu, Palembang, dan Bandung. Pendaki akan dikelilingi hutan primer saat mendaki ke Bukit Besak. Saat matahari terbit, kita bisa menikmati panorama Bukit Serelo dikelilingi lautan awan yang memukau dan saat malam hari kita bisa menyaksikan langit bertabur bintang jika cuaca bersahabat. 


Selain camping untuk menikmati keindahan panorama bukit barisan, di sana juga ada aktivitas paralayang. Para penggiat paralayang mengatakan bahwa Bukit Besak merupakan salah satu tempat paralayang yang bagus karena dari struktur di Bukit Besak bisa digunakan untuk take off dari seluruh penjuru. 

Paralayang di Bukit Besak.

Sekadar informasi, Bukit Serelo awalnya bernama Bukit Sehile, karena dulu ada sungai bernama Sehile. Tapi berubah menggunakan bahasa Palembang dengan aksen 'o' di belakang kata saat pengucapan, kemudian namanya menjadi Bukit Serelo. Ada juga yang menyebut Bukit Telunjuk karena saat perjalanan dari Palembang menuju kota Lahat terlihat lurus seperti telunjuk. Namun disebut juga Bukit Jempol karena saat tiba di kota Lahat, terlihat seperti jempol. 

Bukit Serelo juga bisa didaki sampai puncak walaupun agak ekstrem, karena saat menuju puncak harus menggunakan tali/tangga. Rencananya Bukit Besak juga akan memiliki jalur via ferrata jika ada investor yang ingin turut membantu pengembangan pariwisata Bukit Besak. 

Suasana pendakian ke Bukit Besak

Mulai tahun 2019, Pemerintah Kabupaten sudah melakukan pembangunan untuk Bukit Besak dengan beberapa fasilitas seperti; gapura, gazebo, information center, kios, dan toilet. Pada tahun 2020 dilakukan pembangunan jalan sepanjang 5 km, wacana untuk pembangunan cable car dan pembangunan One Stop Tourism (rangkaian perjalanan di beberapa objek wisata Lahat), seperti; Bukit Besak, cable car, paralayang, Gua Kelelawar, pembangunan kebun raya, kebun buah, dan kebun bunga.

Selain pembangunan infrastruktur, pemerintah juga mengadakan pelatihan untuk pelaku usaha pariwisata untuk melakukan peningkatan SDM dan bekerjasama dengan Politeknik Pariwisata Palembang, serta akan pelatihan khusus untuk pendakian gunung. 


Wisata Dataran Tinggi Bukit Besak juga mendatangkan peluang bisnis dan keuntungan bagi masyarakat setempat. Masyarakat ada yang berjualan minuman di puncak Bukit Besak. Mereka mengambil sumber air, lalu dimasak, kemudian dimasukkan ke dalam botol untuk dijual. 

Masyarakat senang bisa mendapatkan penghasilan dari berjualan air. Kalau aku dari segi pendaki juga senang karena selain membantu masyarakat juga kami tak perlu lelah mencari sumber mata air. Selain itu, masyarakat juga menjual jasa sebagai tukang ojek. Keuntungan Bukit Besak juga dibagi ke Karang Taruna dan membantu pembangunan mesjid di desa. 

Komoditi kopi dari Merapi Selatan yang dikelola oleh para warga Desa Tanjung Beringin pernah memperoleh nilai tertinggi pada tes yang dilakukan di laboratorium di Jember, sebagai kopi terbaik di Kabupaten Lahat. Kopi tersebut juga bisa dijadikan oleh-oleh saat kamu berkunjung ke sini. Daya tarik Bukit Besak lainnya adalah adanya Pusat Latihan Gajah yang merupakan 1 dari 7 tempat pelatihan gajah di Indonesia yang terletak di kaki Bukit Jempol. Saat ini ada 10 gajah di sana. 


Bapak Mario Andramartik, selaku staff khusus Bupati Lahat bidang Parekraf mengatakan bahwa dalam kondisi pandemi, pariwisata Kabupaten Lahat mengikuti aturan pemerintah dengan menerapkan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) di setiap destinasi wisata, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para wisatawan. Media sosial menjadi salah satu sarana promosi Bukit Besak untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Oleh karena itu, Bukit Besak juga memiliki Instagram sendiri @bukitbesak640mdpl

Dukung Bukit Besak di Ajang API award 2021

Dalam upaya kampanye untuk menyukseskan Bukit Besak di ajang API Award 2021, pemerintah sudah melakukan beberapa hal, antara lain; menyebarkan flyer promosi ke instagram dan facebook, membuat video dukungan dari Bupati Lahat, Wakil Bupati Lahat, ketua PKK, Sekretaris Daerah, kepala dinas, dan tokoh-tokoh lainnya. Video dukungan tersebut secara bertahap diposting di media sosial. 

Selain itu, tim suksesnya juga mengunjungi SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi, dan persatuan kepala sekolah untuk memperoleh dukungan dari dosen, mahasiswa, pegawai, siswa, Harapannya dengan dukungan dari berbagai pihak, Bukit Besak bisa menjadi juara dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2021.

Destinasi di Kabupaten Lahat sangat banyak, tak hanya Bukit Besak tapi wisata lainnya yang tak kalah menarik. Kabupaten Lahat memiliki Air Terjun Terbanyak di Indonesia sejumlah 179 air terjun yang sudah didaftarkan ke MURI, Situs Megalitik Terbanyak di Indonesia yang tercatat pada Rekor MURI tahun 2012, Jembatan Gantung Terpanjang se-Indonesia sepanjang 315 meter di atas Sungai Lematang. 

Selain itu ada wisata pendakian ke Gunung Dempo dan beberapa sungai yang dapat digunakan sebagai tempat rafting seperti; Sungai Lematang, Sungai Selangis, dan Sungai Manna yang menjadi 10 Lokasi Rafting Terbaik di Indonesia.

Sungai Lematang dengan latar Bukit Serelo/Jempol.

Saat berkunjung ke Lahat, kita wajib menikmati wisata kuliner khas Lahat yang menggoyang lidah. Sentra kuliner berada di Desa Tanjung Sirih. Beragam kuliner wajib kita coba seperti; Lemang, Lemang Gurih, Lemang Duren, Lemang Pisang, Kopi Robusta, dan Kopi Arabika. 

Tak lupa menyantap Pindang Kuah Ikan Salai yang diasap, Ikan Huas yang cara memasaknya dimasukkan ke dalam bambu, lalu dibakar seperti lemang. Lalu ada Tempoyak yang dibuat dari fermentasi duren, kemudian dapat dijadikan sambal maupun sayur, dan Lempo yaitu duren yang diolah menjadi seperti dodol. 

Wah ternyata lengkap sekali jika kita ingin berwisata ke Bukit Besak Kabupaten Lahat. Oleh karena itu, Jangan lupa dukung Bukit Besak dalam kategori Dataran Tinggi di ajang Anugerah Pesona Indonesia 2021 hingga 31 Oktober 2021.

Via Instagram dan Youtube
Like postingan Bukit Besak di Instagram @ayojalanjalanindonesia, channel Youtube @apiaward
1 like = 1 vote

Via SMS
Ketik API 10B kirim ke 99386
1 SMS = 2 votes

- Pantun Dukung Bukit Besak -

Pulau Sumatera, pulau nan subur
Banyak tumbuh ribuan sirsak
Kalau anda berpikir kabur
Ayo menggapai awan di Bukit Besak

Jalan-jalan ke Sumatera Selatan
Ajak ibu, bapak, adik, dan kakak
Di jalan main HP sambil makan ketan
Jangan lupa dukung Bukit Besak

Kalau cinta bertepuk sebelah tangan
Apalah guna dipertahankan
Lebih baik cinta pada karunia Tuhan
Bukit Besak memang tiada tandingan

Berwisata ke Suku Sasak
Jangan lupa membawa jenang
Ayo dukung Bukit Besak
Di API 2021 agar menang

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar: