Sehari Mendaki Gunung Parang via Ferrata

One of my bucket list since last year finally came true!

Jalur Ferrata Gunung Parang.
Di akhir tahun lalu, saya mencari trip untuk pergi ke gunung. Tiba-tiba, saya menemukan satu gunung yang menarik perhatian saya yaitu Gunung Parang yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Tapi karena sedang musim hujan kala itu, saya mengurungkan niat untuk pergi karena medan licin dan basah lebih berbahaya. Berbeda dengan gunung lain, kita harus menggunakan tangga besi dengan tali pengaman untuk mencapainya. Itu sebabnya, saya menunda dan akhirnya bisa pergi di musim panas kali ini.

Apa yang menarik dari Gunung Parang?

Gunung Parang memang tidak mencapai 1000 mdpl, tapi gunung ini merupakan gunung tertinggi dengan jalur Ferrata di Asia Tenggara.  Apa itu Ferrata? Dalam bahasa Italia, artinya tangga besi. Jadi, jalur Ferrata ini dilengkapi tangga besi yang dipasang pada tebing batu andesit Gunung Parang. Nah, Gunung Parang adalah gunung pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan jalur Ferrata lho!

Pemandangan Gunung Parang.
Dari bawah, kita bisa melihat ada bangunan putih di tebing Parang, itu adalah Skylodge Parang. Pertama di Indonesia dan tercatat sebagai hotel gantung tertinggi sedunia. Tapi katanya biaya menginap per-malamnya mencapai Rp4 juta. Lumayan mahal, tapi penasaran ya!

Pertama-tama, ini info yang (sangat lumayan) penting, karena saya juga baru tahu dari teman yang ikut trip kemarin. Jadi, Gunung Parang ternyata ada dua operator ; Gunung Parang Badega dan Gunung Parang Skywalker. Kemarin saya dan teman-teman dibawa ke Gunung Parang Skywalker. Apa bedanya?

Gunung Parang memiliki titik ketinggian yang berbeda-beda untuk dicapai, dengan jalur lintasan; 150 meter, 350 meter, dan 400 meter (sampai puncak). Sebelum memutuskan untuk kesana, saya sudah cari tahu dan memastikan pada tour operator apakah kami akan sampai titik puncak atau tidak. Katanya sih iya sampai titik puncak. Tapi ketika sampai disana, kami diinfokan lagi jika ingin mencapai titik 350 meter ada biaya tambahan. Nah, kalau mau mencapai titik puncak, katanya itu dari tebing yang berbeda, yaitu Gunung Parang Badega. Disana, kita juga bisa hammocking dan tyrolean (menyeberang antar puncak dengan menggunakan seutas tali) dan melewati jalur Skylodge. Jadi penting banget loh ini ditanya sebelum pergi supaya gak kiciwa (kayak aku).

Rute saya sampai di Dataran Noh, tidak sampai puncak.
Naik Gunung Cuma 1 Hari Saja!

Fyi! Perjalanan saya kali ini cuma satu hari aja lho! Sebenarnya ada juga paket camping 2D1N, tapi saya memilih one day trip saja. Bagi yang mau menguji adrenalin dan membentuk otot tangan, boleh coba main kesini. Tangga besi mampu menopang hingga ratusan ton (kalau gak salah inget, guide pernah bilang 100 atau 200 ton).

Jalur titik awal pendakian.
Dua carabiner ini harus selalu terpasang di tali.
Hiking with Micel and Sisi. Look at that view!
Sekitar jam setengah 12 siang, kami mendapat briefing dan bersiap menggunakan perlengkapan keselamatan seperti helm, harness, dan carabiner. Setelah itu, kami menyusuri hutan rindang untuk sampai ke titik awal pendakian. Disini, kami diajarkan cari mengaitkan carabiner pada tali-tali yang terpasang di sepanjang tebing.

Dibawah matahari cukup terik, kami mulai menaikki anak tangga besi yang terpasang pada dinding batu andesit. Kami ditemani guide professional yang merangkap jadi ‘kang foto kami juga. Pastinya kamu harus tetap fokus dan berhati-hari jika ingin mengeluarkan barang (handphone) dari tas karena jika tidak, barang kamu bisa jatuh dan rusak.

Selfie di Gunung Parang.
Bangunan putih itu : SKYLODGE.
Sesampainya di Dataran Noh pada titik ketinggian 300 meter, kami beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan. Dari sini, kita bisa melihat view Sungai Citarum, Waduk Jaitiluhur, dan tiga gunung sekaligus. Ada Gunung Pasir Selasih, Gunung Lembu, Gunung Cilalawi.

Istirahat di Dataran Noh.
Gunung Pasir Selasih, Gunung Lembu, Gunung Cilalawi.
Istirahat di goa sambil menunggu giliran rappelling.
Menurut saya, lebih agak serem waktu turun daripada naiknya. Soalnya pas turun itu, kita harus lebih hati-hati agar pijakannya pas pada tangga besi yang gak beraturan. Pada ketinggian 125 meter saat turun, ada dua goa kecil yang kami singgahi untuk berisitirahat sejenak. Ternyata tak jauh dari goa ini adalah lintasan terakhir kami untuk turun. Tapi bukan menapakki tangga besi lagi, tapi rappelling! Kami turun menggunakan seutas tali panjang saja dan mengandalkan kaki sebagai pijakan kuat supaya agar badan gak kepentok batu. Kuncinya yang penting pada saat rappelling ini, badan kita harus tegak dan kaki lurus, dan percaya aja sama guide-nya.

Waktu turun malah lebih susah.
Makin keatas, pijakan makin kecil.
Ready for rappelling!
Bawa Perbekalan Cukup

Ditengah asik menaikki anak tangga besi, saya merasa mual dan keringat dingin. Saya terdiam beberapa saat dan bilang ke Micel bahwa saya mual. Saya pusing dan hanya bisa berpegang erat pada tangga besi, dan kaitan saya di dobel ke guide. Nampaknya karena melewatkan jam makan, perut saya jadi berontak. Sebenarnya, dua jam sebelum naik saya sudah makan nasi, tapi apa daya.

Istirahat sejenak selagi saya mual.
Ketika saya sudah bisa bergerak dan duduk istirahat, saya makan roti, permen, minum air, dan pakai minyak angin. It make me feels better! Pokoknya lapar gak lapar, kamu harus siap roti deh di tas! Jika kamu naik hingga titik 350 meter atau bahkan sampai puncak, kamu wajib bawa air lebih. Air minum saya dengan kapasitas 600 ml habis ketika tiba di titik 350 meter. Tapi baiknya guide kami ternyata memberi surprise dengan membawa beberapa liter teh manis untuk mengisi tenaga.

Saya gak mengira bahwa kami akan selesai jam 6 sore. Langit menjadi gelap tak lama kami menapakkan kaki di daratan. Kami disuguhkan makan malam sederhana yang nikmat. Namanya juga lapar banget, makan nasi pake tahu, sambel aja udah senang banget. 6 Jam Jakarta-Purwakarta, 6 Jam Skywalker, 6 Jam Purwakarta-Jakarta. What an amazing experience!

Waiting for sunset.
Ini sol sepatu sampe rusak, apakah ini pertanda?
Semoga suatu saat nanti bisa balik lagi kesini untuk coba tyrolean dan menginap di Skylodge! Selamat mencoba!

Tips :
  1. Jangan lupa stretching sebelum naik Gunung Parang, karena dijamin semua anggota tubuh gerak terutama otot tangan.
  2. Pakai sepatu gunung/kets, pokoknya yang gak licin. karena lumayan berasa kalau jari-jari ini langsung kepentok batu.
  3. Pakai sarung tangan. Aku (sedikit menyesal) dilema mau pakai atau gak karena ribet pegang HP dan kamera. Tapi keesokan harinya tangan agak pedih sedikit (aku saranin yang sarung tangan motor yang keliatan jari-jarinya itu lho).
  4. Pakai kaos yang nyaman (dryfit better)sunblock, dan kacamata hitam karena langsung terpapar sinar matahari.
  5. Bawa tas kecil berupa backpack atau wristbag supaya gak ganggu dan ribet (isinya air, cemilan, P3K, dll). Aku pakai dua-duanya, tapi kecil-kecil kok.
...

Keep in Touch
Thanks for reading!

1 comment:

  1. Wah pengalaman yang sangat berharga sekali ya kak, saya yang baca aja merasa pengen banget buat kesana huehehe

    ReplyDelete