First Divesary | Diving di Pulau Pramuka bareng Kurabesi Dive School

Hello! Photo by: Raymond

Gak kerasa udah setahun lalu sejak dapet lisensi Open Water Diver. Gak nyangka kalo diving jadi salah satu kegiatan wajib kalo lagi traveling, terutama kalo destinasinya memang punya spot diving. Gak nyangka si penakut kedalaman ini, ternyata bisa nyelem juga. Padahal dulu ke dasar kolam 3 meter aja takutnya bukan main. First Divesary, aku diving lagi di Pulau Pramuka bareng Kurabesi Dive School.


Selama setahun, aku sudah diving di Selayar dan Banda Neira. Gak nyangka juga kalo bisa diving di dua destinasi itu yang sebenernya karena lagi ada liputan. Pelan-pelan beli perlengkapan diving yang jujur harganya gak murah (tapi tetep dibeli juga, wkwk), karena itu akupun belinya nyicil gak sekaligus beli semua. 

Bulan April ini, aku diving di Pulau Pramuka lagi. Ini udah kali ketiga diving di Pulau Pramuka dan semua trip bareng Kurabesi. Awalnya aku gak tahu kalo bakal trip sama temen-temen sidemount diver. Hati ini langsung jiper. Haha. Sidemount itu diving yang pake dua tanki kiri-kanan gitu lho. I'm the only one the backmount (satu tanki).

BCD Sidemount Diver beda dari yang biasa yah. Tapi karena hadap belakang, jadi kamuflase apalagi wetsuit-ku hitam. Haha. Dive Buddies (kiri-kanan): Raymond, Eva, Stella, Arie, Ladysta, Zaki.
Preparation & Briefing.

Spot dive pertama dan kedua masih di sekitar dermaga dan langsung ketemu penyu yang ukurannya cukup geda. Setelah penyelaman selesai, kami nongkrong di dermaga sebentar sambil menyantap telor gulung khas Pulau Pramuka. Aseli ini tu awalnya cuma nyobain satu tusuk, tapi kelar diving malah abis sebungkus isi lima tusuk. Kalo ke sini pokoknya wajib cobain dah!

Penampakkan telor gulung hits di Pulau Pramuka.

Malemnya setelah evaluasi dan makan malam, kami nonton The Rescue, film tentang penyelamatan anak-anak tim sepakbola yang terjebak dalam gua berair di Thailand itu lho, inget gak? Cucok ya film ini buat temen-temen sidemount diver yang pengen cobain cave dive. Kalo aku ya ikutan nonton aja dulu. Haha!

Nobar "The Rescue".


Hari kedua, kami naik kapal untuk menuju titik Area Perlindungan Laut dan Soft Coral. Dua spot ini dulu spot yang sama waktu ujian open water diver tahun lalu. Gak nyangka kalo bakal ke spot Monas lagi (spot soft coral). Dulu aku susah banget turun ke spot ini, tapi sekarang lumayan lah udah ngiterin spot monas. Haha. Tempat yang sama dengan gaya yang berbeda. Dulu kakiku turun kayak ngayuh becak dan muke tegang banget, sekarang udah mendingan lumayan bisa streamline begini. Small progress, is still progress right?

Same spot, different style. Ini yang namanya spot Monas, karena yang bentuknya kaya Monas.
Latian foto di shipwreck ceritanya. Photo by: Zaki
With Sea Fan. Photo by: Zaki

Kalo diinget-inget sih tahun lalu takut banget, tapi tetep dicoba juga. Haha. Tapi it's okay guys! There's always first time for everything. If you never try, you'll never know. Thanks to Kurabesi Dive School buat ilmu dan pengalamannya, yang mungkin gak aku dapet di luar sana. Selalu ingetin hal-hal kecil yang penting buat diving, salah satu contohnya posisi streamline.

My Reminder Notes.

Bayangin aja kalo diving tapi kakinya turun terus pastilah ngerusak karang, posisinya bisa bikin kita naik, dan ya kurang estetik aja kalo difoto. Oops! Tapi beneran jadi keinget waktu diving di Lava Flow Banda, yang punya karang banyak dan indah banget, gak kebayang kalo waktu itu posisi kaki turun, kena semua karang-karang itu. 

Corals are my below, so streamline diving position is very important. In the other dive spot, I ever found diaper between them.

Selain ketemu banyak biota laut unik, alat tangkap ikan bubu, aku juga liat sendiri sampah di bawah laut. Misalnya sampah plastik kopi, botol kemasan gelas, dan popok. Jadi, bisalah yuk kita kurangi sampah plastik dan bertanggung jawab sama sampah kita juga kalo lagi traveling ya! Karena sampah yang banyak di laut tentu menjadi ancaman dan butuh waktu yang sangat lama untuk terurai (tergantung jenisnya).

Thank God for the perfect weather and visibility. (No Filter Photo).

Thank God, dua hari di Pulau Pramuka, kami dikasih cuaca cerah dan visibility yang bagus. Walaupun hari terakhir ternyata tiba-tiba hujan gede badai pula, tapi bersyukur bisa selamet balik lagi ke Jakarta.  Btw udah berapa banyak kata 'gak nyangka' aku tulis di postingan ini? Haha. Sampai jumpa di cerita diving berikutnya dan semoga udah bisa naik level dan dapet lisensi baru. Amin!
___

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar:

Indonesia Kaya Keanekaragaman Hayati

Indonesia Kaya Keanekaragaman Hayati.

Membahas soal keanekaragaman Hayati di Indonesia memang gak ada habisnya. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati.  Ekosistem hutan dan laut punya peranan penting dalam kehidupan kita. 

Tingkat keanekaragaman hayati terbagi dalam ekosistem, yang merupakan keanekaan bentuk dan susunan bentang alam di darat maupun laut. Misalnya padang lamun, hutan hujan tropis, gambut, mangrove, terumbu karang, dan padang lamun. 

Kemudian spesies, yang merupakan keanekaragaman jenis yang yang menempati ekosistem yang punya ciri berbeda satu dengan yang lain. Misalnya Felidae (famili mamalia carnivora) ada kucing, cheetah, dan singa. Lalu genetik, yaitu keanekaragaman individu dalam suatu jenis. Misalnya buah mangga, ada mangga harum manis dan mangga manalagi. Wilayah Indonesia menempati 1,3% wilayah daratan di bumi, tapi punya 17% dari seluruh jumlah spesies di dunia lho!
Berbagai spesies keanekaragaman hayati fauna di Indonesia. 

Keanekaragaman hayati sebagai sistem penunjang kehidupan, Indonesia memiliki berbagai macam jenis tanaman pangan, sumber minyak, kacang-kacangan, rempah, sayur, dan buah. Bahkan beberapa daerah masih mengandalkan bahan alami dari alam sebagai obat-obatan. Sebut saja ada daun gatal, daun sambiloto, sereh, jahe, alan-alang, dan masih banyak lagi!

Kaya akan bahan pangan, Indonesia memiliki alternatif karbohidrat lain selain beras lho! Misalnya ubi, sagu, kedelai, jagung, dan sorgum. Pada zoominar #EcoBloggerSquad, Yayasan KEHATI memaparkan bahwa telah melakukan pendampingan komunitas sorgum di Likotuden - Flores Timur, Ende - Flores Tengah, dan Lembor - Flores Barat. 

Sorgum tumbuh baik di tanah kering tandus seperti di Flores. Hal ini menjadi salah satu bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim, dimana banyak tanaman (termasuk padi) rentan ketika suhu naik. Sorgum mengandung serat, rendah kalori, protein tinggi, dan perawatannya tanpa pupuk. Hasil olahannya bisa dijadikan kecap dan tepung.
Pendampingan Yayasan KEHATI terhadap masyarakat Flores, NTT.

Di Ende Flores Tengah, sorgum memiliki akar budaya yang kuat karena digunakan untuk ritual pelepasan roh. Aku pernah mengunjungi Nusa Tenggara Timur, tapi belum pernah coba sorgum. Kamu pernah coba sorgum?

Menjaga alam dengan tradisi adalah bentuk kecintaan masyarakat adat. Oleh karenanya masyarakat adat harus diperhatikan dan dijaga. Mereka lebih dekat dengan alam dan tahu bagaimana cara mencintai alam, karena mereka hidup langsung dari hasil alam. Selain bahan pangan, masyarakat menggunakan bahan pewarna alami dari tanaman. 


Contoh lainnya adalah masyarakat adat di Papua dan Maluku juga menerapkan sasi untuk menjaga alam. Jadi, sasi itu larangan untuk mengambil sumber daya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga kualitas dan keanekaragaman hayati yang ada. 

Selain itu, Yayasan KEHATI juga menaruh perhatian lebih kepada kaum perempuan di Flores, Nusa Tenggara Timur. Hal tersebut dilakukan karena kaum perempuan  terlibat  mulai dari produksi-konsumsi, memperhatikan gizi anak, dan sudah banyak petani-petani perempuan. Peran perempuan sangat besar dalam menjaga keanekaragaman hayati.

Petani Sorgum Perempuan. Sumber: https://kehati.or.id/

Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati, namun juga memiliki ancaman karena berbagai penyebab dan pemicu. Sumber daya alam semakin berkurang karena pembangunan tidak berwawasan lingkungan, over eksploitasi (perdagangan satwa), deforestasi, dan perubahan iklim.

Climate change is real! Perubahan iklim bisa menyebabkan kekeringan yang menyebabkan gagal panen, yang ujung-ujungnya berimbas juga sama kita karena kurang bahan pangan. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan coral bleaching (pemutihan karang). Padahal tahu kah kamu, bahwa laut menyimpan oksigen terbesar di bumi?
A Reminder. Google on Earth Day 2022.
Pilih yang mana? Perubahan iklim juga menyebabkan coral bleaching (pemutihan karang).

Diperkirakan akan terjadi penurunan 10% panen padi untuk kenaikan suhu 1 derajat celcius pada bidang pertanian dan pangan, serta penurunan hingga 40% untuk tangkapan ikan di zona ekonomi ekslusif yang disebabkan ikan-ikan bergeser mencari iklim yang lebih sejuk.

Peran generasi mudah juga sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dalam upaya menekan dampak perubahan iklim. Semakin kita kaya akan informasi, kita semakin sadar pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati. Kita bisa mulai dari diri sendiri untuk mendorong perubahan di masyarakat agar lebih peduli. Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, dengan mengonsumsi pangan lokal, menanam pohon, mengurangi penggunaan plastik.

Selamat Hari Bumi.
___

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar: