Wilayah Konservasi di tengah Deforestasi Hutan Papua

Papua itu Indonesia. Keindahan dan kekayaan alam Papua tak perlu diragukan lagi. Bahkan Papua menjadi wilayah konservasi dunia di tengah deforestasi dan eksploitasi hutan besar-besaran. Sebagai Warga Negara Indonesia, kita patut berbangga karena Papua Barat terpilih menjadi Provinsi Konservasi pertama di dunia!


Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan alam. Konservasi di Papua terdiri dari Taman Wisata Alam, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, dan Cagar Laut. Tujuan utama konservasi itu sendiri adalah pembangunan berkelanjutan, serta membantu melindungi sumber daya alam di darat maupun laut. Selain itu, dengan adanya konservasi juga menjadi standar bagi perusahaan atau industri yang hendak melakukan pembangunan agar tetap melestarikan alam dan penduduk lokal.

Hutan Papua Menjadi Konservasi Dunia.
Papua menyimpan banyak sekali sumber daya alam yang melimpah dan berbagai keanekaragaman hayati yang tidak dimiliki negara atau provinsi lain. Sebut saja, emas, perak, tembaga, minyak, batu bara, hingga hasil hutan yang begitu banyak. Bagi masyarakat Papua, hutan dan alam adalah investasi mereka, yang dapat memberikan manfaat berkelanjutan kepada generasi mendatang. 

Bagi masyarakat Papua, hutan adalah ibu yang memberi kehidupan. Itu sebabnya mereka sangat dekat dengan alam. Kehidupan masyarakat yang selaras dengan alam dan masih erat dengan nilai kebudayaan menjadi nilai tambah yang membuat Papua menjadi destinasi hijau yang sangat berharga. Apalagi Papua merupakan salah satu daerah yang dilalui garis Khatulistiwa, yang juga membuat berbagai hewan dan tumbuhan mendapat matahari yang cukup sepanjang tahun. Lantas kenapa Papua sangat layak menjadi wilayah konservasi dunia? 

1. Tutupan Hutan Terbesar di Indonesia
Di tengah maraknya deforestasi dan eksploitasi hutan, Papua memiliki hutan terluas di Indonesia yang mencapai 40.546.360 hektar, dan  hutan mangrove terbesar Indonesia ada di Papua. Hutan Papua Barat merupakan salah satu The Global Tropical Wilderness Area dan The Larger Rain Forest Ecosystem karena luasnya membentang dari pesisir pantai hingga pegunungan, serta termasuk dalam The World's Tropical Biodiversity Hotspots karena memiliki keanekaragaman hayati endemik yang sangat tinggi. Wow! Papua memang sangat pantas  memperoleh banyak predikat alam yang langka.

Sumber: Ulet Ifansasti untuk Greenpeace
Namun, hutan Papua tak luput menjadi daerah baru yang mulai dieksplorasi untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab deforestasi terbesar di Indonesia karena membutuhkan lahan yang luas dan air yang banyak. Pembangunan infrastruktur dan industri yang tidak bertanggung jawab mengganggu kelangsungan ekosistem dan aktivitas masyarakat. Bahkan mengganggu peran hutan sebagai salah satu paru-paru dunia.

Konservasi di tengah Deforestasi. Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id 
Padahal hutan, khususnya hutan Papua memiliki banyak manfaat dan berpengaruh terhadap kehidupan di Indonesia dan dunia. Sebagai tutupan hutan terbesar di Indonesia, hutan Papua berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem, mengatur iklim, dan menjadi habitat mahkluk hidup. Wilayah hutan di Papua memiliki potensi yang besar dan menjadi benteng terakhir hutan tropis di Indonesia. Namun bagaimana jika rimba terakhir ini tidak dilestarikan?

2. Hutan adalah Ibu yang Memberi Kehidupan
Tahu gak sih kalau masyarakat Papua masih sangat bergantung dengan hutan dan alam dalam hidupnya? Saya sering mendengar Orang Asli Papua selalu bercerita dan menganggap hutan adalah ibu yang memberi kehidupan, yang harus dihargai dan dihormati. Hutan menjadi sumber pangan bagi masyarakat. Sebut saja beberapa hasil pangan yang berasal dari hutan seperti; sagu, jamur, ubi jalar, pakis, rebung, dan masih banyak lagi.  Bahan-bahan tersebut yang juga menjadi sumber pangan bagi kita.


Contoh lainnya adalah kepiting bakau di wilayah Kampung Mandoni. Masyarakat bermata pencaharian dari hasil tangkapan kepiting bakau. Harganya Rp2000 per ekor. Harga yang pastinya sudah melambung tinggi jika dijual di Jakarta. Kampung Mandoni memiliki hutan mangrove yang luas. Para penduduk sangat menjaga kawasan tersebut karena di sana terdapat banyak mangi-mangi yang menjadi tempat berkembangnya kepiting bakau.


Kepiting Bakau. Sumber: EcoNusa 
Selain itu, hutan Papua menjadi apotek hidup bagi warga. Berbagai tanaman herbal diramu menjadi obat tradisional yang bisa dikonsumsi. Misalnya daun gatal untuk obat pegal-pegal, daun sampare untuk penyakit malaria, daun tumbuh daun yang berkhasiat untuk mengobati demam, dan buah merah yang dipercaya dapat menyembuhkan kanker dan kolesterol.

Buah merah asli Papua yang kaya manfaat. Sumber: www.hypegrid.id 
Papua memiliki kualitas udara dan air yang terbaik. Oleh karena itu, berbagai tanaman dapat tumbuh subur tanpa kompos dan pestisida. Contohnya daun tumbuh daun tadi yang hanya ditancap ke tanah dan akan tumbuh menghasilkan daun-daun lainnya. Masyarakat Papua hidup berdampingan langsung dengan hutan, di sana mereka merasa aman karena hutan adalah ibu yang memberi kehidupan.

3. Konservasi Menjaga Tradisi
Masyarakat adat Papua memiliki tradisi unik dalam melestarikan sumber daya alam di darat maupun laut yang disebut dengan Sasi Nggama. Sasi Nggama merupakan simbol penghormatan masyarakat terhadap alam. Sasi Nggama bertujuan untuk menjaga ekosistem alam agar tidak habis di bumi.

Papua memiliki lebih dari 200 suku yang melestarikan tradisi dengan menjaga hutan. Sebut saja Suku Kombai dan Korowai yang menetap di Hutan Sagu, Distrik Boven Digoel. Pohon Sagu sangat bermanfaat bagi kehidupan sandang, pangan, papan mereka. Terlebih ketika mereka mengadakan Festival Ulat Sagu yang bahan-bahannya berasal dari Hutan Sagu dan tergantung pada ketersediaan tumbuhan yang ada. 


Selain itu, ada juga suku Dani, Yali, dan Lani, yang tinggal di Lembah Baliem terletak di sekitar Pegunungan Jayawijaya. Setiap tahun, diadakan Festival Lembah Baliem. Festival Lembah Baliem mempertunjukkan tarian perang antar suku, yang kini menjadi daya tarik wisatawan. Mereka juga memiliki tradisi Bakar Batu, sebagai ungkapan rasa syukur yang diadakan saat ada kelahiran, pernikahan, dan penobatan kepala suku. Tradisi Bakar Batu adalah ritual memasak bersama, dengan memasak daging dan sayur-sayur yang bahan-bahannya berasal dari hutan.

Festival Lembah Baliem. Sumber: www.pesonaindo.com 
Namun tak sedikit lahan masyarakat adat yang sudah deforestasi, lalu digunakan untuk industri pertambangan atau perkebunan sawit yang mungkin tak juga mereka nikmati. Papua sebagai wilayah konservasi dunia harus memiliki manfaat bagi masyarakat lokal secara ekonomi dan sosial karena hutan masih menjadi sumber mata pencaharian bagi Orang Asli Papua dan menopang kehidupan mereka. 

4. Ekowisata Berbasis Budaya
Papua memiliki potensi yang besar, salah satunya menjadi destinasi wisata hijau karena keanekaragaman hayati dan kekayaan alam yang memukau. Salah satu cara melestarikan hutan Papua adalah melalui ekowisata. Papua memiliki flora dan fauna endemik nan unik yang hanya bisa dilihat di Bumi Cenderawasih, misalnya hewan Kanguru Pohon Mantel Emas, Kura-Kura Reimani, Wattled Smoky Honeyeater, tanaman Fleshy-Flowered Orchid, Rabon Bi, dan masih banyak lagi. Bahkan nama-nama tersebut belum pernah saya dengar sebelumnya.

Kangguru Pohon Mantel Emas. Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id 
Kearifan lokal membuat masyarakat memanfaatkan hutan menjadi nilai tambah ekonomi dalam mengelola hutan. Misalnya di wilayah konservasi di Pegunungan Arfak, dimanfaatkan menjadi ekowisata, yaitu Ekowisata Bird Watching. Tidak ada pemburuan burung, tetapi uniknya kita dapat mengamati burung-burung spesies burung endemik, seperti; Cenderawasih Kerah, Burung Abu-abu/Meyeri, Cenderawasih Arfak, Burung Parotia Arfak, dan Namdur Polos. Caranya dengan masuk ke dalam dalam gubuk kecil yang diberi celah sehingga kita dapat melihat burung-burung tersebut tanpa mengganggunya.

Ekowisata Bird Watching. Sumber: Youtube CNN Indonesia 
Kampung Wisata Sauwadarek, Arborek, dan Lembah Baliem juga mengangkat ekowisata berbasis budaya dengan membuat Noken. Noken hanya dibuat oleh masyarakat Papua, khususnya dibuat penuh cinta oleh mama-mama Papua. Beliau-beliau terjun langsung keluar masuk hutan untuk mendapat serat kulit kayu dari pohon Seman sebagai bahan untuk membuat Noken. 

Sumber: www.nationalgeographic.grid.id 
Tahu kah kamu bahwa Noken juga di tetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda. Masyarakat Papua tidak mengenal plastik, mereka menggunakan Noken untuk membawa hasil pertanian atau membawa barang apapun. Noken adalah simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi tanah Papua. Jika suatu hari berkesempatan mengunjungi Papua, saya pasti tidak akan melewatkan Noken.

5. Papua Memiliki Tiga Taman Nasional yang Eksotis
Indonesia memiliki 54 Taman Nasional, 3 diantara ada di Papua, yaitu Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Taman Nasional Wasur, dan Taman Nasional Lorentz. Taman Nasional bertujuan untuk beberapa kepentingan seperti penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata. Taman Nasional di Papua juga berperan penting dalam pengembangan hutan Papua sebagai wilayah konservasi dunia.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Taman Nasional Teluk Cenderawasih adalah taman nasional perairan laut terluas di Indonesia dengan luas kurang lebih 1.453.500 hektar, yang terletak di Teluk Cenderawasih, Provinsi Papua Barat. Taman Nasional Teluk Cendrawasih menjadi menjadi habitat spesies langka dan dilindungi, seperti; Hiu Paus (Rhincodon typusyang panjangnya bisa mencapai 7 meter dan merupakan ikan terbesar di dunia. Tak heran Taman Nasional Cenderawasih menjadi pusat penelitian hiu paus di dunia.

Sumber: www.wartawisata.id 
Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Sumber: www.pesona.travel 
Taman Nasional Wasur
Taman Nasional Wasur terletak di Merauke, Provinsi Papua merupakan Ramsar Site (Situs Lahan Basah) yang berfungsi menjaga kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia. Taman Naional Wasur masuk dalam anggota East Asian Australian Flyway (EEAF) karena berperan penting sebagai tempat persinggahan dan migrasi burung-burung migran. Taman Nasional Wasur menyimpan berbagai flora dan fauna khas Papua, seperti; kanguru, burung pelikan, dan paruh kodok Papua, serta dikelilingi oleh hutan rawa, hutan masoon, dan padang rumput yang sangat luas.

Taman Nasional Wasur di Merauke. Sumber: www.superadventure.co.id 
Burung Migran. Sumber: www.lifetrubus.id 
Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz adalah kawasan konservasi terbesari di Indonesia, yang masuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO dan menjadi taman nasional terbesar di Asia Tenggara. Kawasan ini terbentang di garis khatulistiwa di 10 kabupaten di Papua. Tak heran Taman Nasional Lorentz menjadi rumah bagi lebih dari 1000 spesies burung. Salah satu satwa langka di Taman Nasional Lorentz adalah burung Beo Pesquet.

Taman Nasional Lorentz. Sumber: www.tekno.tempo.co 
Salju di Puncak Jaya, Taman Nasional Lorentz. Nampak seperti di Himalaya. Sumber: www.pegipegi.com 
Burung Beo Pesquet. Sumber: www.tirto.id 
Selain itu Taman Nasional Lorentz merupakan salah satu dari tiga wilayah di dunia yang memiliki gletser di daerah tropis dan menjadi satu-satunya tempat di Indonesia dimana kita bisa melihat salju. Salju terakhir katanya, karena keindahan saljunya lama-lama mencair karena pemanasan global. 

Bersama EcoNusa Lestarikan Hutan Papua

Kekayaan dan keindahan Papua harus kita jaga bersama. Bukan hanya pemerintah saja, tapi industri yang bertanggung jawab dan masyarakat. 
Yayasan Ekosistem Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa) bekerjasama dengan beberapa kabupaten di Papua dan Papua Barat untuk membantu menfasilitasi dan meningkatkan masyarakat dengan pemangku kepentingan. 


Yayasan EcoNusa memiliki visi kedaulatan masyarakat untuk menciptakan pengelolaan sumber daya alam yang adail dan berkelanjutan khususnya di tanah Papua dan Maluku. Beberapa kegiatan yang dilakukan Yayasan EcoNusa antara lain;


1. School of Eco Involvement
Membangun ketahanan masyarakat di sekitar hutan untuk mengelola sumber daya alam di kampungnya. 

2. School of Eco Diplomacy
Mengorganisir kaum muda khususnya di perkotaan untuk mempromosilan nilai lingkungan dan menjadi agent of change di Indonesia.

3. Best Practices
Mengumpulkan cerita sukses masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan mengembangkannya di kampungnya.

4. Policy Advocacy
Dukungan Teknis Tata Kelola Perizinan Konsesi Berbasis Lahan untuk menyelamatkan target lahan dan Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon (PPRK).

5. Mari Cerita (Mace)
Menggaungkan cerita-cerita Papua di Jakarta.


Alam sudah menyediakan apa yang kita butuhkan, bukankah sudah seharusnya kita melestarikannya? Konservasi alam tak lepas dari kontribusi kita. Bagi saya, cerita tentang Papua memang tak pernah habisnya. Walaupun saya belum pernah menginjakkan kaki di Papua dan saya bukan orang Papua, tapi saya jatuh cinta dengan Papua. Semoga kelak impian saya bisa berkunjung ke Bumi Cenderawasih dapat terwujud.

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

2 komentar:

Mari Cerita Papua bersama EcoNusa

Tahu gak sih kalau Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 akan diadakan di Papua lho!
Tahu gak sih kalau beberapa kabupaten di Papua masih menggunakan sistem Noken dalam Pemilu. Apa pula itu sistem Noken?

Cerita tentang Papua selalu menarik buatku. Bersama EcoNusa, MaCe (Mari Cerita) Papua menghadirkan narasumber inspiratif dari berbagai profesi yang telah mengharumkan nama Papua bahkan Indonesia. MaCe Papua merupakan talkshow dua bulanan yang mengangkat cerita inspiratif dari Papua dan ragam karya anak Papua di Indonesia. Dimoderator oleh Putri Nere Patty, Founder of Papua Muda Inspiratif, MaCe Papua kali ini diselenggarakan di Pusgiwa Universitas Indonesia. 

Mari Cerita Papua bersama EcoNusadan 500 Mahasiswa Universitas Indonesia.
Jean Jokhu

Jean Richard Jokhu adalah Dosen President University dan Doktor asli Papua Termuda di Universitas Indonesia. Menurutnya, Papua memiliki masalah pendidikan, ekonomi, dan sumber daya manusia. Contohnya belum ada Universitas di Papua yang memiliki akreditasi A. Untuk itu, dia berusaha mengejar pendidikan S3 di Universitas Indonesia dan memiliki mimpi mejadikan universitas Papua berakreditasi A, atau setidaknya program studi berakreditasi A.

Bincang inspiratif bersama Jean Jokhu.


Kata beliau, Papua terlalu lama dimanja oleh alam. Meski memiliki alam yang luar biasa indahnya, pendidikan di Papua juga harus digalakkan agar kemampuan tidak hanya berasal dari alam saja namun juga skill yang diasah.

Perekonomian tidak tumbuh jika tidak ada infrastruktur. Membangun manusia itu juga penting di Papua dengan mengubah pola pikir kepala suku dan masyarakat agar memiliki edukasi, informasi, untuk mengelola dan memasarkan hasil sumber daya yang didapat. Dengan pendidikan, Jean berharap dapat lebih memajukan Papua dan menjadikan "Wakanda Papua" yang dipandang dunia.

Nanny Uswanas

Nanny Uswanas berasal dari Fakfak adalah seorang Direktur Institut Kalaway Muda Institute. Dia memperjuangkan adanya toleransi dan narasi positif bagi Papua. Kalaway Muda Institue menjembatani golongan kolonial dan milenial agar dapat berkolaborasi demi kemajuan Papua.

Banyak isu negatif mengenai Papua, padahal Papua memiliki banyak hal positif. Stereotipe warga Indonesia melihat orang Papua itu lucu, padahal warga negara asing melihat orang Papua itu unik dan mereka sangat menghargai toleransi.

Banyak media mengekspos isu negatif dan ricuh tentang Papua, padahal masyarakat hidup toleransi beragama. Misalnya di tempat kelahirannya di Fakfak, mayoritas penduduk beragama muslim, namun tanggal 5 Februari tetap memperingati Hari Damai, hari injil masuk di Papua.

Masyarakat Papua sangat multikultural dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Papua memiliki beragam budaya dari 7 wilayah adat dan 400 suku dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. Kita harus melihat Papua dari sudut pandang elang yang tinggi karena Papua memiliki budaya yang unik dan alam yang luar biasa indahnya.






Mari Cerita Papua Tahu gak sih kalau PON (Pekan Olahraga Nasional) 2020 akan diadakan di Papua lho! Tahu gak sih kalau beberapa kabupaten di Papua masih menggunakan sistem Noken dalam Pemilu. Apa itu sistem Noken? Sistem Noken artinya pemilu 1 daerah diwakilkan oleh 1 kepala suku. Sedangkan 1 kepala suku membawa suara ratusan orang. Gimana menurut pendapat kalian? Cerita tentang Papua selalu menarik buatku. Foto pertamaku bersama 2 wanita Inspiratif Papua; Nanny Uswanas (Direktur Institut Kalaway Muda) dan Putri Nere Patty (Founder of Papua Muda Inspiratif) Bersama @econusa_id, MaCe (Mari Cerita) Papua menghadirkan narasumber inspiratif dari berbagai profesi yang telah mengharumkan nama Papua. Btw kaka yang main gitar itu seorang petani muda lho! Jadi, apa yang kamu tahu tentang Papua? Sharing yuk! MaCe Papua😊 Cerita selengkapnya tungguin di blog ya. #mariceritapapua #beradatjagahutan #kemahasiswaanui #UIuntukIndonesia
A post shared by ᴛʀᴀᴠᴇʟ ʙʟᴏɢɢᴇʀ | ɪʀᴇɴᴇ ᴋᴏᴍᴀʟᴀ (@pinktravelogue) on

Grison Krey

Grison Krey adalah petani muda Papua yang berasal dari Manokwari. Pada pembukaan acara MaCe Papua, beliau membawakan sebuah lagu yang bercerita tentang Papua merupakan surga kecil di bumi yang memiliki kekayaan alam. Hutan Papua adalah mama, yang tak bisa dilepaskan dari mereka.

Grison melakukan pendampingan pertanian organik di Pegunungan Arfak dengan mengajak masyarakat Papua mengolah lahannya sendiri, serta menghimbau masyarakat untuk tidak menggunakan pestisida saat bertani.

Grison Krey, Petani muda bersuara merdu.
Tidak banyak anak muda yang ingin jadi petani. Mungkin orang Papua di kota terlihat biasa saja, padahal mereka memiliki lahan yang luas untuk bertani lho! Grison juga merangkul anak muda untuk bertani karena Papua memiliki alam yang kaya. Tanah di Papua sangat subur, kualitas udara dan air adalah yang terbaik di dunia.

Ronald Manoach

Ronald Manoach adalah seorang penggiat sosial muda dan komisioner Bawaslu Papua. Beliau sempat menitikan air mata saat berbagi pengalamannya tentang Papua. Ronald membangun daerahnya dengan mendirikan Klinik Bumi Sehat di Sentani Papua. Beliau berkata bahwa banyak saudara kita di Papua, di hutan yang belum tesentuh dengan modernisasi. Ronald memiliki anak angkat dari Papua, ketika pertama kali melihat TV itu sangat aneh karena dulu di Papua gak ada benda kotak besar dengan gambar yang bergerak.
Keadlian diukur dari kasih sayang
Keadilan di Papua diukur dari kasih sayang. Papua butuh kasih sayang lebih agar tembok kemarahan runtuh. Pemerintah harus bekerjasama dengan mereka karena mereka membutuhkan hutan untuk ruang hidup. Papua itu tidak miskin sama sekali, hanya saja belum dikelola dengan baik. Hal tersebut menjadi masalah saat produk unik dan berkualitas namun butuh pemasaran yang baik.

Ronald Manoach cerita soal Papua.
Sebagai komisioner Bawaslu, beliau menceritakan bahwa beberapa kabupaten di Papua masih menggunakan Sistem Noken. Sistem Noken artinya pemilu 1 daerah diwakilkan oleh 1 kepala suku. Sedangkan 1 kepala suku membawa suara ratusan orang. Padahal setiap Warga Negara Indonesia memiliki hak suara dalam pemilu. Bagaimana menurut pendapat kalian?

Bahagia berkumpul bersama saudara-saudara dari Papua.
Pada Bulan Oktober 2020, Pekan Olahraga Nasional (PON) akan diadakan di Papua lho! Momen yang sangat berharga sekaligus waktu yang tepat untuk mempromosikan Papua yang unik. Mari kita dukung Papua! Kamu punya cerita tentang Papua? Sharing yuk!

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar:

Forest Cuisine Blogger Gathering, Peran Perempuan Menjaga Hutan

"Perempuan juga punya peranan penting dalam menjaga hutan." 

kata Mba Alin dalam Forest Cuisine Blogger Gathering yang diselenggarakan Blogger Perempuan dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Bersama 30 Finalis Forest Cuisine Blog Competition, kami menambah pengetahuan tentang manfaat hutan, terutama sebagai sumber pangan bagi kehidupan dan peran perempuan dalam menjaga serta melestarikan hutan.

Perwakilan Eksekutif Nasional WALHI, Ibu Khalisa Khalid
Acara dipandu oleh Mba Fransiska Soraya sebagai MC. Dalam acara gathering ini, turut hadir pembicara perwakilan Eksekutif Nasional WALHI, Ibu Khalisa Khalid, yang akrab disapa Mbak Alin, para Walhi Champion; Ibu Tati dan Ibu Tresna, serta Food Blogger Windy Iwandi (@foodirectory). Ternyata talk show dan sharing membahas mengenai hutan bersama-sama ternyata asik dan gak membosankan. Aku senang berkumpul bersama teman-teman yang juga masih peduli akan hutan.

Forest Cuisine Blogger Gathering bersama Blogger Perempuan dan WALHI.

Hutan adalah Sumber Pangan dan Apotek Hidup

Bagi masyarakat adat atau lokal, hutan juga menjadi supermarket dan apotek hidup. Contoh saja, virus Corona yang sedang gempar diberitakan di tanah air. Walaupun harus tetap waspada dan menjaga kesehatan, aku percaya rempah-rempah, iklim, dan kondisi hutan di Indonesia juga mempengaruhi peneyebaran virus tersebut. Tanaman-tanaman herbal yang berasal dari hutan seperti sereh dan jahe dapat digunakan sebagai antibodi kita. 

Bagi masyarakat adat, hutan adalah identitas dan nilai hidup. Dari sanalah kearifan lokal dan kreativitas tercipta. Walaupun tinggal di kota Jakarta, hutan memiliki kontribusi yang besar lho dalam mendukung penyediaan bahan makanan bahkan obat-obatan. Berbagai kuliner khas Indonesia juga berasal dari bahan pangan hutan.


Mba Alin berbagi pengalaman saat dirinya mengunjungi Dusun Silit di Kalimantan Barat, yang ternyata mereka (bahkan masyarakat perempuannya) sedang berjuang untuk mempertahankan rimba terakhirnya karena di sekeliling mereka lahan sudah habis digunakan untuk perkebunan sawit. Padahal keberlangsungan hidup masyarakat Dusun Silit masih sangat bergantung dengan rimba. Terbayangkah kita jika rimba itu tiada?

WALHI Bantu Perjuangkan Hutan Bagi Masyarakat Lokal

Tahukah kamu bahwa Indonesia memiliki hutan yang sangat luas? Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2017, luasnya mencapai 120,601,155 hektare. Hingga tahun 2017, hutan yang dikelola swasta (korporasi) mencapai 40,4 juta hektare (95,76 persen). Sedangkan hutan yang dikelola masyarakat hanya 1,7 juta  hektare (4,14 persen).

Saat ini ada sebagain hutan yang dihuni oleh beberapa desa bahkan terancam tergusur karena lahan mereka akan dijadikan ladang industri. Oleh karena itu, WALHI melakukan beberapa upaya dalam program pemberdayaan masyarakat dan kegiatan lainnya dalam upaya dukungan terhadap pengembangan sumber daya alam berkelanjutan. WALHI juga mengupayakan Wilayah Kelola Rakyat (WKR) bagi para petani yang tidak memiliki lahan.

Berbagai produk olahan hasil hutan dari petani langsung.
Tepat di depan ruang acara, WALHI membuka pameran kecil yang memperlihatkan hasil-hasil hutan yang dibudidayakan oleh petani, seperti kopi Goedang Cof'tea dari Ciwidey Jawa Barat, madu hutan asli dari Sulawesi, dan garam herbal yang diproduksi oleh pesantren Aktorik di Cirebon. 

Olahan hasil hutan oleh Pesantren Aktorik di Cirebon.
Sejak tahun 1980 hingga sekarang, WALHI aktif mendorong upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia. WALHI memberikan edukasi yang cukup dan bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk memperjuangkan dan mengelola hasil hutan dari berbagai daerah. Sebut saja salah satunya adalah hasil olahan sagu telur dari Sungai Tohor Riau yang sedang konflik dengan industri lahan sawit. 

Sarapan dengan Sagu Telur.
Sagu menjadi daya tarik sendiri bagiku. Aku suka olahan kue sagu seperti kue rangi, ongol-ongol, dan sagon. Pameran WALHI menampilkan produk olahan sagu yang baru pernah kulihat. Katanya ada produk mie dari sagu telur tapi sedang sold out. Akhirnya aku penasaran dan membeli produk sagu telur lain dari WALHI karena bisa disajikan dengan susu menjadi sereal untuk sarapan. Sarapan yang cukup praktis dan menyehatkan, bukan?

Banyak masyarakat bergantung pada Pohon Sagu untuk memperoleh energi dan sumber karbohidrat pengganti nasi. Bahkan di Papua, masyarakat sangat menjaga hutan yang didalamnya terdapat Pohon Sagu untuk mempertahankan tradisi adat Festival Ulat Sagu yang diadakan setiap tahun. Mereka harus berjuang agar lahannya tidak digunakan untuk industri yang tak bertanggungjawab.

Cerita dari Hutan WALHI Champion dan Food Blogger

Dalam acara Forest Cuisine Blogger Gathering, Walhi mendatangkan dua orang perempuan Walhi Champion dan Food Blogger untuk berbagi kisah inspiratifnya. Walhi Champion adalah orang-orang yang sukses memberikan kontribusi nyata di daerah asalnya dalam mengolah hasil hutan.

Mengolah Buah Pala
Ibu Sri Hartati adalah seorang Walhi Champion dari Sumatera Barat yang sukses mengembangkan produk olahan dari buah pala menjadi sirup, selai, dan minuman segar. Dari awal, Ibu Tati sudah menarik perhatianku karena beliau sangat menawan menggunakan pakaian adat daerahnya. Ibu Tati aktif di program pengelolaan hutan untuk kesejahteraan perempuan bersama WALHI Sumatera Barat dan Women Research Institute. 

Aku turut merasakan kesedihan saat tiba-tiba Ibu Tati menangis sesaat setelah melihat scene kebakaran hutan di Kalimantan pada film "Kita Masih di Planet Bumi". Beliau terlihat sangat emosional dan mengatakan bahwa di daerah asalnya, semua bersama-sama menjaga hutan dan tak ada kebakaran hutan.


Ibu Tati mengatakan bahwa dulu buah pala hanya diambil bijinya untuk dijual ke pasar atau digunakan sebagai bumbu masak untuk membuat rendang atau sup. Tapi kini setelah mendapat bekal pengetahuan dari WALHI, ibu-ibu juga mendapatkan tambahan uang saku dari pengembangan buah pala menjadi sirup, selai, dan minuman segar. Namun sirup pala menjadi komoditi andalan yang paling banyak diproduksi dalam jumlah banyak, karena bisa tahan lebih lama hingga 5 bulan. Sirup pala ini didistribusikan di daerah sekitar kabupaten pesisir selatan, beberapa rumah makan padang, dan menjadi menu welcome drink di Hotel Bumiminang Padang. 

Ibu Sri Hartati (Walhi Champion dari Sumatera Barat)

Kelola Hutan Berkelanjutan
Ibu Tresna Usman Kamaruddin adalah Walhi Champion dari Sulawesi Tenggara. Beliau membantu masyarakat yang hidup di sekitar hutan daerah Kabupaten Kolaka untuk dapat mengelola hutan dengan baik. Ibu Tresna melihat sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan warga dan membantu masyarakat untuk menanam cengkeh, lada, sereh, dan jahe. 

Perjuangan Ibu Tresna selama empa tahun bersama masyarakat di Kabupaten Kolaka telah membuahkan hasil dan hingga sekarang sudah sampai tahap pengukuran lahan serta izin kelola. Selain itu, Ibu Tresna juga mengajak ibu-ibu untuk mengolah sampah plastik menjadi nilai jual dan program gerakan menanam Pohon Sagu.

Ibu Tresna Usman Kamaruddin (Walhi Champion dari Sulawesi Tenggara).
Ternyata, Ibu Tresna adalah seorang survivor cancer dan dia mendapatkan penyembuhan dari alam. Dengan berada dekat dengan alam serta mengonsumsi makanan yang dia tanam sendiri di kebun, kondisinya membaik. Aku juga percaya sih kalau alam itu adalah terapi yang sangat baik. Ibu Tresna juga berbagi pengalaman cerita dari hutan bahwa hutan kini mengembalikan makanan masa kecil yang hampir punah di daerahnya, yaitu cako-cako. Penasaran deh! Namanya saja baru pernah kudengar. 

Kurangi Konsumsi Daging
Sebelum acara ini, aku sudah mengikuti jejak Kak Windy di instagram. Sebagai food blogger dan pecinta lingkungan, ka Windy sedang mengurangi mengonsumsi daging sapi. Belum lama ini, aku juga baru tahu bahwa dengan banyaknya konsumsi daging sapi, permintaan daging sapi meningkat sehingga menyebabkan lahan yang seharusnya bisa digunakan untuk penghijauan atau dikelola oleh masyarakat lokal menjadi berkurang karena digunakan untuk ternak sapi.

Windy Iwandi (Food Blogger @foodirectory).
Selain itu, peternakan sapi membutuhkan air yang sangat banyak untuk kehidupan ternak. Gas (alias kentut) sapi menghasilkan gas metana yang meningkatkan efek rumah kaca dan lebih berbahaya dari karbondioksida. Dia sedang mengurangi mengonsumsi daging karena kecintaannya pada binatang. Salah satu makan favoritnya adalah berbahan dasar Sagu seperti papeda kuah. Menurutnya, sumber pangan dari hutan lebih fresh dan baik untuk kesehatan karena tanpa bahan pengawet. 

Ka Windy juga berbagi cerita dari hutan saat dia mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan. Saat itu, hanya dia yang menjadi turis domestik dan lebih banyak turis dari Spanyol. Padahal di sana terkenal dengan Amazon Indonesia dan menjadi rumah penangkaran Orangutan terbesar di dunia. Dia lebih suka pergi ke alam daripada ke mal karena alam membuatnya relax dan tenang. Aku juga setuju, kembali ke alam selalu memberi energi dan membuatku hati lebih gembira.

Peran Perempuan Menjaga Hutan

Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan pada khususnya juga memiliki peran untuk melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan, seperti;

Mengelola Pangan Keluarga
Misalnya saat memasak, kita dapat menggunakan bahan-bahan alami bahkan yang berasal dari petani langsung, karena biasanya yang diproduksi langsung oleh petani lokal itu lebih fresh dan tanpa bahan pengawet. Dalam komunitas Blogger Perempuan, kita juga bisa saling berbagi informasi mengenai hal ini, bahkan berbagi resep masakan lho!

Bijak dalam Berbelanja
Kami dihimbau untuk tidak konsumtif agar tidak menambah sampah, menggunakan kosmetik berbahan sawit dengan bijak atau bahkan menggantinya pada produk lokal yang ramah lingkungan. Kita bisa membantu masyarakat lokal untuk meningkatkan perekonomian, dengan membeli hasil hutan non kayu seperti tas rotan, dan lain-lain.

Masak Bareng Chef Idola

Sebenarnya aku gak terlalu jago masak sih, tapi kalau bikin yang simpel-simpel bisa, lumayan bikin makanan buat suami di rumah. Salah satunya suka lihat tutorial masak Chef Willgoz. Pas banget kemarin di acara Forest Cuisine Blogger Gathering ketemu doi dan masak bareng juga. Aku juga sudah mengikuti jejak Chef Willgoz di instagram dan tahu kalau doi juga sedang mengurangi konsumsi daging demi melestarikan hutan. 

Siap-siap cooking demo bahan pangan dari hutan.
Masak bareng Willgoz.
Bahan pangan dari hutan; jamur shitake dan champignon.
Hal yang paling seru itu kita masak bareng Chef Willgoz menggunakan bahan yang berasal dari hutan, yaitu jamur shitake dan champignon. Kami memasak menu pasta vegetarian yaitu Fettuccine Mushroom Ragu. Menggunakan irisan daun bawang dan kucai sebagai kaldu, jamur shitake dan champignon sebagai pengganti daging, serta krim dan keju. Kami dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing memiliki tugas yang sudah ditentukan; bagian potong-memotong bahan dan bagian memasak. 

Masak bareng buibuk







Forest Cuisine Gak jago masak sih, tapi kalo yang simpel-simpel bisa lah lumayan, lumayan bikin suamik seneng. Wkwk. Biasanya suka nonton channel youtube chef @willgoz buat referensi. Eh sekarang ketemu langsung, so happy! Bersama 30 Finalis Forest Cuisine Blog Competition @bloggerperempuan dan @walhi.nasional, kami menambah pengetahuan tentang manfaat hutan, terutama sebagai sumber pangan bagi kehidupan. Hal yang paling seru, kita masak bareng menggunakan bahan yang berasal dari hutan, yaitu jamur shitake dan champignon. Walhi bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk memperjuangkan dan memasarkan hasil hutan dari berbagai daerah. Sebut saja salah satunya adalah hasil olahan sagu telur di Sungai Tohor Riau yang sedang konflik dengan industri lahan sawit. Yuk kita dukung perekonomian masyarakat lokal. Cerita selengkapnya segera tayang di blog. Happy weekend! #BPNxWalhi #RimbaTerakhir
A post shared by ᴛʀᴀᴠᴇʟ ʙʟᴏɢɢᴇʀ | ɪʀᴇɴᴇ ᴋᴏᴍᴀʟᴀ (@pinktravelogue) on
Baca Juga: Makanan Favorit dari Hutan

Lumayan aku jadi bisa mencicipi masakan chef idola. Enak dan bergizi tentunya. Ternyata cara membuatnya juga sangat mudah, kamu bisa langsung praktikan di rumah lho! 

Bahan-bahan untuk membuat Fettuccine Mushroom Ragu.
Fettuccine Mushroom Ragu.
Tim Lima Foto bareng Willgoz.
30 Finalis Forest Cuisine Blogger Competition dan Chef Willgoz.

Acara ditutup dengan foto bersama dan pembagian hadiah lomba foto. Mari kita dukung perekonomian dari hasill hutan. Terima kasih Blogger Perempuan dan WALHI atas pengalaman dan pengetahuan yang dibagikan kepada kami. Semua masyarakat termasuk perempuan wajib ambil peran dalam menjaga hutan walaupun dari hal yang sederhana demi kehidupan planet bumi ini. Kamu juga bisa turut mendukung dan melestarikan hutan melalui WALHI di walhi.or.idSalam adil dan lestari!

....

Keep in Touch
Thanks for reading!

2 komentar: