Bawa Wadah Beli Makanan Kesukaan

Apa makanan favorit kamu?


Salah satu makanan favoritku Ci Cong Fan, kuliner khas dari Medan. Pertama kali aku mencicipinya waktu dulu ada penjual Ci Cong Fan di depan gerejaku, mang Udin namanya. Sejak saat itu, aku selalu membawa wadah saat ingin membeli makanan kesukaanku itu, karena biasanya dijual menggunakan wadah plastik sekali pakai.

Bawa wadah beli makanan kesukaan.

Ci Cong Fan terbuat dari beras, bentuknya seperti lembaran bak kwetiau. Rasanya tawar tapi agak kenyal, biasanya disuguhkan dengan gorengan pelengkap seperti bakso goreng, lumpia, dan uyen, serta toping bawang goreng dan wijen. Ditambah cocolan sambal dan kecap asin membuat rasanya semakin nikmat!

Jarang kutemukan penjual Ci Cong Fan di Jakarta, apalagi sejak pandemi. Aku jadi gak pernah makan Ci Cong Fan mang Udin karena ibadah diadakan secara daring. Tapi siapa sangka, ternyata gak jauh dari rumahku ada sentra kuliner Kampung Seafood yang menyajikan berbagai makanan dan jajanan yang menggoyang lidah. Senangnya ada kedai Ci Cong Fan yang mengobati rasa kangenku.


Kebetulan aku juga lagi ikut tantangan bersama Team Up For Impact untuk tidak membeli makanan atau minuman dalam kemasan. Jadi, aku sudah menyiapkan wadah dari rumah untuk membeli makanan kesukaanku Ci Cong Fan. Kemasan-kemasan makanan yang biasa kita beli biasanya berbahan plastik, bungkus kertas, atau sterofoam yang penggunaannya sekali pakai saja.

Wadah makanan membutuhkan waktu lama terurai. Apalagi wadah makanan dari sterofoam tidak dapat terurai di alam. Sampah plastik yang paling dominan sangat mencemari lingkungan; merusak ekosistem hutan dan laut. Pernah kebayang gak kalo mikroplastik yang dimakan ikan dan ikan yang kita yang konsumsi ikan? Ujung-ujungnya kita juga yang terkena dampaknya. 

Sampah plastik adalah masalah besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 mencatat bahwa limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun! Pembuatan plastik juga terbuat dari minyak bumi yang berpotensi merusak alam. Berdasarkan data dari The Balance, dibutuhkan 1,6 juta minyak untuk membuat botol plastik setiap tahun dan membutuhkan waktu sekitar 450 tahun untuk mengurainya.

Lama waktu sampah terurai.

Selain itu, kita juga harus menghabiskan makanan yang telah kita beli atau ambil. Paling gak, jikalau makanan yang kita konsumsi gak habis, bisa dibawa pulang supaya gak terbuang sia-sia. Makanan yang kita santap telah melewati beragam proses panjang dari rantai pasok. Sisa makanan yang gak habis, bisa menimbulkan potensi gas metana, salah satu gas yang menyebabkan pemanasan global yang mempercepat laju perubahan iklim. 

Tak lupa, aku membawa botol minum sendiri agar lebih sehat dan hemat. Kalo lagi traveling, sebenarnya bukan karena bisa dengan mudah membeli minum. Tapi kadang masalahnya itu, gak ada yang jual minuman di tempat tersebut. Kalau bawa botol minum pribadi, tubuh dapat terhidrasi dengan baik. Saat ini, di beberapa daerah di Indonesia juga sudah ada refill water station untuk isi ulang air minum. Semoga ke depannya semakin banyak lagi, yang bikin kita makin rajin bawa botol minum sendiri. 


Yuk sama-sama kita kurangi penggunaan plastik. Kita bisa mulai dengan membawa wadah untuk membeli makanan, membawa botol minum sendiri, membawa alat makan sendiri, dan membawa tas belanja lipat agar lebih ramah lingkungan. Dengan hal-hal tersebut, tentu kita berkontribusi untuk mengurangi sampah di bumi. Ikut tantangannya di sini yaLet's team up fot a better earth!

_____

Keep in Touch
Thanks for reading!

1 komentar:

DBS Asian Insights Conference 2022: Ekonomi Hijau dalam Pembangunan Indonesia dan Cerita Inspiratif Pemuda untuk Masa Depan

Mengurangi Karbon, Menuju Energi Terbarukan.

 

Tak terasa sudah dua tahun kita hidup berdampingan dengan pandemi Covid-19. Namun ada tantangan lain yang tidak kalah besarnya yakni krisis iklim. Dampaknya tidak mengenal batas negara, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia! Cuaca yang tak menentu, kemarau panjang, gagal panen, kebakaran hutan, semua hal tersebut sangat mengancam kehidupan ekonomi dan kesehatan masyarakat.

Pada konferensi iklim COP26 di Glasglow pada November 2021, seluruh dunia memiliki komitmen untuk menjaga suhu bumi global tidak naik lebih dari 1,5 derajat celcius dan isu penyelamatan pesisir laut dan pulau kecil juga turut disuarakan. Perubahan iklim menjadi darurat global yang mengancam kehidupan. Seluruh pemangku kepentingan maupun individu wajib terlibat untuk mengurangi karbon. 

Mengurangi Karbon, Menuju Energi Terbarukan


Dalam dokumen yang dimuat National Determined Contributions (NDC), Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebagai salah satu mitigasi iklim sesuai Kesepakatan Paris. Isu perubahan iklim juga masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 Indonesia. Agenda pembangunan tersebut meliputi tiga kunci pembangunan, yaitu peningkatan kualitas lingkungan hidup, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta pembangunan rendah karbon.

Salah satu yang telah dilakukan pemerintah adalah melalui Program Kampung Iklim yang sudah ada sebanyak 3500 kampung di Indonesia. Kampung Proklim ini mendorong partisipasi masyarakat dan seluruh pihak dalam melaksanakan aksi untuk meningkatkan ketahanan dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Presiden Jokowi menargetkan 20.000 lokasi Kampung Iklim pada tahun 2024.

Selain itu, Indonesia memiliki Strategi Jangka Panjang Pembangunan Rendah Karbon 2050 (Net Zero Emission 2050) di sektor kehutanan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan lahan gambut, meningkatkan kapasitas hutan alam dalam menyerap karbon, merestorasi lahan gambut dan hutan, mengadopsi hutan lestari, serta mengoptimalkan penggunaan lahan yang tidak produktif. 

DBS Asian Insights Conference 2022, pada tanggal 22 Maret 2022.
"Small Steps to Greener Future".

Dalam DBS Asian Insights Conference 2022 bertajuk Small Steps to Greener Future pada 22 Maret 2022, Muhammad Yusrizki selaku Ketua Komite Tetap Energi Baru dan Terbarukan KADIN memaparkan bahwa memiliki program KADIN Net Zero Hub untuk mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK). Dengan itu, beliau membuat knowledge based dengan menggandeng content partner untuk menyelaraskan aksi mitigasi perusahaan yang diimplementasikan dalam working group dari berbagai sektor.

Tantangan yang dihadapai adalah bagaimana menghasilkan produk dengan energi yang lebih kecil dan integrasi komitmen sustainability dengan keseharian yang dijalankan. Hal ini adalah sebuah proses untuk menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Carbon OffsetCarbon Offset merupakan kebijakan mengkompensasi karbon yang dikeluarkan perusahaan dengan membiayai pihak lain untuk menyerap emisi yang mereka hasilkan tersebut. Misalnya melakukan penghijauan dengan menanam pohon dan reboisasi.


Untuk menekan Emisi GRK, pemerintah juga mengeluarkan Perpres nomor 98 tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK) atau carbon pricing untuk mendukung capaian target emisi dan pengendalian emisi karbon dalam pembangunan nasional. Kemudian mulai 1 April 2022 juga mulai diberlakukan pajak karbon atau carbon tax, bagi sektor Pembangkit Litstrik Tenaga Uap (PLTU) dengan harga Rp30 /kg karbon.

Harapannya adalah pajak karbon dapat diterapkan dengan baik dan adil. Sebagai contoh untuk penggunaan kendaraan berbasis listrik yang dinilai lebih ramah lingkugan, apakah pajak tersebut akan digunakan untuk electric vehicle industry, sehingga membeli bahan bakar dengan harga yang lebih murah. Selain itu misalnya untuk subsidi penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS Atap).


Pelaku usaha mulai mengubah strategi bisnis menuju transisi energi hiijau dan beradaptasi untuk berbagai kemungkinan bahwasanya energi fosil akan habis suatu hari nanti. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Nafi Achmad Sentausa dari PT TBS Energi Utama bahwa pihaknya mulai beralih ke renewable energy atau Energi Baru Terbarukan (EBT). Saat ini, ada beberapa penerapan energi terbarukan yang dapat diimplementasikan antara lain angin, air, surya, biomass, dan waste to energy.

Untuk mengantisipasi pensiun dini PLTU, pihaknya telah melakukan pembangunan renewable energy di beberapa daerah, salah satunya project mini hydro di daerah Sumber Jaya Lampung Barat dengan kapasitas 6 megawatt, dan 22 megawatt lainnya berupa renewable energy dari angin, biomass, dan waste to energy (mengubah sampah menjadi energi).


Insan Syafaat selaku Direktur Eksekutif Kemitraan untuk Pertanian Berkelanjutan Indonesia (Pisagro) sudah berkomitmen sejak tahun 2011 dengan 25 perusahaan untuk melaksanakan kebijakan hijau. Kebijakan hijau dengan konsep keberlanjutan, seperti food security, perlindungan terhadap lingkungan, sosial, dan rantai pasok. Prosesnya dapat dilakukan dari hulu ke hilir secara sustainable.

Beliau ingin melibatkan lebih banyak petani, peternak dalam rantai pasok untuk inklusif di beberapa daerah sentra besar misalnya kakao, memberikan dukungan terhadap lahan, mefasilitasi agroforestry, serta membuat panduan khusus agar perusahaan melaporkan kegiatannya. 


Saat ini, komunikasi dan kolaborasi berbagai pihak sangat dibutuhkan menuju Net Zero Emission, dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap bumi. Pentingnya mitigasi untuk menurunkan emisi karbon dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Mitigasi iklim maksudnya adalah usaha untuk mengurangi risiko peningkatan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana. 

Melawan perubahan iklim bukan hanya perjuangan perorangan, namun kita semua dari sektor manapun dapat berkontribusi dan punya peran untuk membuat bumi yang berkelanjutan. Kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 2022 dan Asean Summit 2023 mendatang, menjadi kesempatan bagi Indonesia sebagai momentum transisi energi hijau. 

Generasi Muda Inspiratif Membawa Perubahan untuk Bumi


Generasi muda memiliki peran penting untuk membawa perubahan. Salah satunya adalah kepedulian generasi muda terhadap urgensi isu perubahan iklim yang tertuang dalam DBS Asian Insights Conference 2022, bertema The Youth Who Makes a Difference pada 23 Maret 2022. Perubahan iklim yang terjadi saat ini tentu akan mempengaruhi kehidupan generasi muda di masa depan. 

DBS Asian Insights Conference 2022, pada tanggal 23 Maret 2022.
"The Youth Who Makes a Difference".

Pemerintah Indonesia juga sedang mendorong pertumbuhan ekonomi hijau untuk pembangunan yang berkelanjutan. Tahun ini, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah beberpa event internasional. Kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 salah satunya, menjadi kesempatan bagi Indonesia sebagai momentum transisi ekonomi hijau tersebut. Konferensi Tingkat Tinggi G20 tahun 2022 mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger yang rasanya cukup relevan dengan kondisi saat ini.

Mewakili suara generasi muda, Budy Sugandi selaku Co-Chair Y20 Indonesia 2022 mengatakan bahwa Youth 20 Summit (Y20) merupakan platform untuk pemuda pemudi dari seluruh negara G20 untuk berdialog. Y20 memiliki 4 isu prioritas yakni; Ketenagakerjaan Pemuda, Transformasi Digital, Planet Layak Huni dan Berkelanjutan, dan Keberagaman & Inklusifitas.  Pada acara puncak Y20, akan mengundang para pelaku start up dari 20 delegasi negara untuk mengikuti virtual expo, yang menampilkan kreasi dari berbagai negara. 


Cerita inspiratif lainnya dari Kathleen Gondoutomo, CEO H!Cups brand minuman kekinian. Visinya memberdayakan perempuan melalui penciptaan lapangan kerja. Saat ini, mereka memiliki komposisi 85% tenaga kerja perempuan. Kathleen terinspirasi dari pengalamannya saat bergabung di Diaspora Ikhlas, mengajar Bahasa Inggris untuk anak SMP dan SMA. Suatu hari ia berkenalan dengan Nia, seorang siswa dari Aceh yang putus sekolah. 

Alasannya karena orang tua Nia tidak mampu menyekolahkan dia dan kakak laki-lakinya. Akhirnya orang tua mereka memutuskan hanya menyekolahkan anak laki-lakinya karena dianggap sebuah investasi, namun jika perempuan ke sekolah dianggap sebagai beban finansial. Kathleen menilai masih ada hak-hak perempuan yang dibatasi. Perempuan seharusnya lebih banyak terlibat dan diberi kesempatan untuk berkarya. Dengan demikian, mereka bisa berkontribusi untuk mencapai potensi maksimalnya dalam pemulihan ekonomi.


Dari industri fashion, Rowland Asfales, founder dari Pijak Bumi membuat prduk sepatu yang ramah lingkungan. Proses pembuatannya low carbon menggunakan material biodegradable atau recycle dan sudah terverifikasi. Beliau membentuk perusahaan yang sustainable longterm dengan konsep 3P, yaitu People, Planet, and Profit. 

Membuat sepatu ramah lingkungan seperti ini membutuhkan effort dua kali lipat. Katanya 95% sepatu yang beredar di pasar global mengandung bahan kimia berbahaya. Tahun 2021, Pijak Bumi berhasil menjual 100 juta pasang sepatu, yang dapat diilustrasikan sebagai 100 juta pasang sampah yang akan menumpung di kemudian hari. Hal ini menjadi tantangan bagi Pijak Bumi untuk mencari supply chain yang tepat, dengan biaya yang tidak sedikit, namun memiliki value yang dinikmati secara inklusif.


M. Bijaksana Junerosano, selaku CEO dan founder Waste4Change mengatakan bahwa kita perlu menyelamatkan bumi karena percepatan kerusakan lingkungannya lebih cepat daipada solusinya. Waste4Change berfokus pada jasa pengolahan sampah yang bertanggungjawab. 81% masyarakat di Indonesia, masih mencampur sampah. Dampak jika kita tidak memilah sampah adalah makin sulit untuk diolah dan didaurulang. Padahal aturannya sudah tertulis dalam UU 18 nomor 2008. Memilah merupakan titik awal. 

Generasi muda harus bisa berpikir kritis dan speak up tentang kebijakan pemerintah, tentang apa yang belum dilakukan atau perlu diimplementasikan. Contohnya peraturan tentang memilah sampah sampah tadi. Harapan kedepannya kebijakan ini dapat dijalankan dengan baik. Namun juga dibarengi dengan aksi nyata.

Para pemuda diharapkan dapat berperan dalam pembangunan Indonesia. Mari berkontribusi mengubah kaum rebahan menjadi kaum perubahan yang bermanfaat bagi banyak orang. Perubahan dimulai dari hal sederhana dengan usaha kecil-kecil tapi konsisten. Sekarang giliran kamu!

_____


Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar: