Menuju Puncak Mahameru | Semeru Part-2
Published On
11/16/2017
By
Irene Komala
Setelah beristirahat di Kalimati, tak lupa kami memasang alarm untuk melakukan persiapan menuju Puncak Mahameru. Jam 11 malam kami briefing dan melakukan persiapan untuk summit attack. Perjalanan kami menuju puncak dimulai jam 12 malam. Kamu harus mulai tengah malam, jika tidak mau melewatkan sunrise di puncak, dan kamu harus turun sebelum jam 9 pagi. Lama perjalanan menuju puncak kira-kira 6-8 jam tergantung kondisi masing-masing. Kala itu suhu dingin sekali. Semakin lama, suara angin terdengar semakin kencang, dan semakin dingin pula udaranya.
Saya bahkan tidak menyadari kapan saat kami sudah sampai di Arcopodo. Arcopodo
adalah batas vegetasi Gunung Semeru. Setelah ini, kita akan melewati bukit
pasir hingga puncak. Ketika tanjakan pasir dengan kemiringan 70 derajat dimulai, kamu harus
tetap fokus dan berhati-hati! Trek menuju puncak sangat berbahaya, sangat
banyak batu, berdebu, dan berpasir. Benar kata orang, untuk mencapai puncak
kamu akan nanjak 3 langkah sama dengan 1 langkah. Susah banget! Rasanya puncak
itu jauh sekali. Saya tetap fokus pada langkah kaki orang depan saya dan tidak
mengijak batu. Kuncinya, kamu harus hati-hati agar tidak menginjak batu. Terkadang
jika lelah dengan tanjakan pasir, kaki berpijak pada batu yang dianggap lebih
kuat. Tapi inilah yang sangat berbahaya! Jika kamu menginjak batu, kamu bisa
mencelakai orang dibawah kamu.
Jangan lupa
bawa persediaan air dan cemilan karena perjalanan ini sangat menguras tenaga.
Tak sedikit orang yang dehidrasi dan akhirnya tidak melanjutkan pendakian
karena kehabisan logistik. Saya tidak tahu sudah seberapa jauh melangkah, tapi
ketika cahaya matahari perlahan mulai menampakkan sinarnya, saya sadar sudah
hampir pagi. Dari jauh sudah terlihat puncaknya, terlihat ramai diatas, tapi
nampaknya gak sampai-sampai.
Saat istirahat, saya pernah terasa
ngantuk sekali, tapi mau tak mau saya berusaha tetap fokus agar tidak
lengah.
Akhirnyaa..
saya sampai Puncak Mahameru! Terima kasih buat bang Lepay dan Fadly yang dengan sabar
nemenin saya dan Anti muncak. Saya sampai jam 6 pagi, berarti 6 jam perjalanan
saya menuju puncak tertinggi di pulau Jawa ini. Dari puncak Mahameru, kamu bisa
melihat view Gunung Bromo, Argopuro,
Raung, Arjuno, Welirang, Lawu, dan Kawah Jonggring Saloko.
Katanya dari sekitar 300 pendaki, gak sampai 50 orang yang mencapai
puncak. Thanks God! Saya dan
teman-teman satu tim semuanya berhasil. Mungkin banyak pendaki yang akhirnya
tidak melanjutkan karena berbagai faktor dan salah satunya kamu harus turun
sebelum jam 9 pagi untuk menghindari gas beracun Wedhus Gembel yang mengikuti
arah angin ke puncak. Kamu bisa menyaksikan letusan Wedus Gembel setiap 15-30
menit.
Setelah puas menikmati Puncak
Mahameru, kami bergegas turun sebelum jam 9 pagi. Kita akan disuguhkan
pemandangan yang cantik luar biasa saat turun dari Puncak Mahameru. Terlihat lebih mudah untuk
menuruni trek berpasir ini. Kami menghabiskan waktu kurang lebih 1,5-2 jam
untuk turun sampai basecamp Kalimati.
Untuk menuruni trek berpasir,
gunakan tumit kaki lebih dahulu
dan selalu waspada. Trek berpasir kadang menjadi tempat untuk bermain “ski”.
Jika kamu tidak hati-hati, kamu bisa terjerumus ke area blank-75, yang katanya sudah
memakan banyak korban disana. Fyi,
dua hari sebelum pendakian kami, ada seorang pendaki yang meninggal dunia. Dia
adalah seorang guide yang melindungi
tamunya.
Setelah turun sampai
Kalimati, kami beristirahat sejenak. Sekitar jam dua siang, kami mulai
melakukan perjalan untuk balik ke basecamp
Ranu Pane. Hari semakin sore, langit semakin gelap. Jalan arah balik ke
Desa Ranu Pane rasanya tak kunjung sampai. Sulit rasanya untuk melawan rasa
ngantuk dan lapar. Sampai saya menyadari telah melewati jalur yang (hampir)
sama. Namun saya diam saja, dan terus berjalan. Akhirnya kami tiba di basecamp Ranu Pane sekitar pk. 20.00.
Dan saya sudah lapar sekali! Haha.
Malam itu kami menginap di salah satu rumah porter senior dan langsung menyantap
makanan yang tersedia. Sembari makan bersama, akhirnya kami saling bercerita,
dan ternyata tidak hanya saya yang merasa jalan waktu menuju basecamp terasa sangat lama. Bahkan
beberapa teman saya, merasa carrier-nya terasa lebih berat. (tahu kan kenapa?) Ada yang pernah punya pengalaman yang sama?
Terima kasih Puncak Mahameru yang mempesona. Sampai berjumpa lagi!
Mendaki Atap Pulau Jawa, Gunung Semeru | Semeru Part-1
Published On
11/16/2017
By
Irene Komala
Mendaki Atap Pulau Jawa, Gunung Semeru adalah impian bagi setiap pecinta alam. Gunung tertinggi di
Pulau Jawa dengan puncaknya yang bernama Mahameru memilki pesonanya sendiri. Gunung Semeru semakin
terkenal sejak adanya film 5 cm. Untuk yang belum pernah kesana, kamu bisa
dengar dulu lagu Mahameru yang dilantunkan oleh Dewa19. Lagu itu bahkan masih terngiang
di kepalaku karena liriknya yang begitu menggambarkan indahnya suasanan dan kehangatan Mahameru.
Semeru memang seindah itu, seindah di foto, video, dan film-film yang
ada. Oleh sebab itu, kamu harus datang kesana ya! Gunung Semeru memang bukan
gunung pertama yang saya daki, tapi ini adalah gunung ke dua setelah Gunung Prau.
Ini bukan nekat, tapi tekat. Setuju? Katanya naik gunung itu nagih? Nampaknya
kata-kata itu tepat! Walaupun perjalanan menuju puncak sangat jauh dan
melelahkan, but good things never come
easily, right?
Berangkat dari Stasiun Senen menuju Malang, perjalanan kereta Matarmaja
menghabiskan waktu kurang lebih 15 jam. Sesampainya di stasiun Malang Kota
Baru, kami langsung naik angkot menuju Tumpang, lalu kami naik jeep menuju Ranu Pane. Sepanjang jalan
menuju Ranu Pane, kami ditemani oleh pemandangan Bromo yang sangat menakjubkan!
![]() |
Spot wajib! Di Pertigaan Jemplang Bromo dengan pemandangan Bukit Teletubies. |
Sampai batas pemberhentian, kami naik ojek menuju Desa Ranu Pane yang
menjadi basecamp Semeru. Jangan lupa
pakai buff karena medan perjalanan
penuh dengan debu dan kang ojek membawa motornya seperti perlombaan motor GP.
Jadi kebayang donk gimana rasanya?
Sangat memacu adrenalin guys. Lol
![]() |
Basecamp Ranu Pane. |
Saya sangat bersyukur karena cuaca cerah dan langit biru menemani
perjalanan kami kala itu. Perjalanan pertama menuju Ranu Kumbolo didominasi
dengan kawasan hutan rindang yang dihiasi dengan pepohonan, jalan setapak,
jurang, dan jalanan yang tidak terlalu menanjak.
![]() |
Jalan setapak dikelilingi pepohonan. |
Bahagia itu sederhana, kami melihat
Gunung Semeru dari kejauhan! Setapak demi setapak kami lalui, dan tidak terasa hari semakin sore. Sunset di gunung itu gak kalah indahnya
sama di pantai loh! Sunset dengan bonus hamparan awan.
![]() | ||
Spotted Mahameru.
|
Setelah
mendengar sedikit suara air dan melewati turunan, rasanya kami senang sekali
karena sudah hampir tiba di area camping.
Tapi ternyata itu adalah Ranu Kumbolo 1 dan kami tetap melanjutkan perjalanan
untuk camping di Ranu Kumbolo 2.
Akhirnya kami
tiba di Ranu Kumbolo dengan langit bertaburan bintang. Perjalanan dari Ranu
Pane menuju Ranu Kumbolo menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam. Sekitar jam 7
malam, saya dan teman-teman tiba disana. Kami langsung membangun tenda, berganti pakaian, dan makan.
![]() |
Indomie seleraku |
Jangan males ganti baju ya, karena keringat campur udara dingin yang menyerap tubuh kita bisa menyebabkan hipotermia! Hal penting lainnya adalah jangan lupa pasang alarm untuk melihat sunrise di Ranu Kumbolo esok hari dan melanjutkan perjalanan menuju Atap Pulau Jawa Gunung Semeru.
Seperti
mendapat kejutan di pagi hari, suasana Ranu Kumbolo nampak sangat cantik. Menunggu
matahari yang akan muncul di antara bukit adalah hal yang tidak boleh
dilewatkan. Salah satu danau air tawar terindah di ketinggian 2.400 mdpl. Airnya
nampak begitu bersih dan jernih terpantul oleh cahaya matahari. Pastinya kita gak boleh mandi, buang sampah
sembarangan, buang air kecil (apalagi buang air besar) disini. Biarlah Ranu
Kumbolo tetap indah seperti ini.
![]() |
Ranu Kumbolo pagi itu. |
![]() |
with Prisma |
Setelah mengemas
barang dan perbekalan dari Ranu Kumbolo, kami harus melewati tanjakan cinta
untuk melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Tanjakan Cinta ini sebenarnya tidak
telalu terjal tetapi lumayan panjang. Nah konon katanya, jika kita mendaki
Tanjakan Cinta tanpa melihat ke belakang, kisah cintanya akan bahagia. Percaya
atau gak ya?
Lelahnya
perjalanan di Tanjakan Cinta terbayarkan dengan adanya sabana cantik yang
dikelilingi bukit-bukit hijau. Saya benar-benar speechless. Indah banget! Sabana itu bernama Oro-Oro Ombo. Oro-Oro Ombo adalah padang luas yang dihiasi oleh Bunga
Verbena berwarna ungu. Banyak orang mengira kalau bunga ini adalah bunga
Lavender. Tapiii kali ini saya kurang beruntung karena tidak bisa melihat
bunga-bunga itu. Musim kemarau panjang membuatnya kering, terlebih karena bunga
Verbena menyerap banyak air yang diambil dari Ranu Kumbolo. Tapi beneran, tetep
indah!
![]() |
Oro-Oro Ombo. |
![]() |
Bunga Verbena kering. |
Setelah itu, kami memasuki kawasan Cemoro Kandang, yang
sesuai dengan namanya yaitu merupakan kandang pepohonan Cemara. Pohon-pohon
cemara indah menemani perjalanan kami menuju Kalimati. Saya sangat menikmati
perjalanan di Cemoro Kandang yang rindang, dan tidak terasa kami sudah tiba di
area Kalimati. Malam ini kami siap untuk mendaki Atap Pulau Jawa, Gunung Semeru.
![]() |
Tenda kami yang sempat diusir karena salah tempat. |
Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati menghabiskan
waktu kurang lebih 4 jam. Kami tiba di Kalimati sekitar jam 1 siang. Akan lebih
baik kamu tiba di Kalimati siang hari supaya bisa beristirahat untuk summit tengah malam nanti. Saat di
Kalimati, kamu bisa menemukan sumber mani, tapi kata teman-teman saya, lokasinya
cukup jauh. Hiks.
![]() |
Sabana Kalimati. |
Di Kalimati terdapat banyak
Bunga Edelweis yang menghiasi kaki gunung Semeru. Bunga Edelweis adalah bunga
indah yang tidak semua orang bisa melihatnya karena bunga ini tidak tumbuh di
sembarang tempat, dia hanya tumbuh di atas tanah yang memiliki dataran tinggi,
minimal diatas 2.000 mdpl, karena Edelweis bisa tumbuh hanya dengan sinar
matahari yang penuh.
Bunga Edelweis mengandung
filosofi bahwa cinta sejati selalu membutuhkan pengobanan, perjuangan,
kesungguhan dan kedewasaan supaya kita bisa mendapatkan cinta sejati dalam
perjalanan kehidupan ini.
Selanjutnya : Summit Attack Mahameru | Semeru Part-2
One Day Trip Pulau Kelor, Onrust, Cipir
Published On
9/08/2017
By
Irene Komala
Ada yang punya ide buat liburan weekend ini? Rasanya bosen kalau cuma pergi ke mall terus, belum
lagi macet di jalan, dan suasana yang gitu-gitu aja. Tapi sekarang banyak agen
travel di instagram yang open one day
trip ke Pulau Seribu, yaitu trip 3 pulau ; Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan
Pulau Cipir. Yuk jadi anak pantai seharian!
![]() |
Photo by : Indoeatsgram |
Wisata one day trip
ini lumayan jadi alternatif liburan singkat yang murah meriah. Cocok buat kamu
yang sibuk tapi mau liburan sebentar dari rutinitas. Harga trip cukup terjangkau (rate
Rp. 70.000 – Rp. 100.000), tapi biaya transportasi ke meeting point bisa jadi lebih mahal dari harga tripnya. Haha. Just prepare guys!
![]() |
Tambak-tambak nelayan. |
Kami berkumpul di Dermaga Muara Kamal. Dermaga Muara Kamal beda ya sama Dermaga Muara Karang. Katanya orang-orang suka nyasar pergi ke Dermaga Muara Kamal, padahal lokasinya (sangat) berjauhan. Saran saya, lebih baik kamu naik kendaraan online supaya gak ribet. Soalnya, daerah dermaga adalah tempat pelelangan ikan dan sangat ramai (+bau amis). Parkiran motor banyak, tapi kalau parkiran mobil masih minim dan gak terjamin keamanannya.
Fyi, ini adalah
wisata sejarah dan tidak ada penginapan disini. Tapi, jangan keburu bosan dulu
karena ini wisata sejarah. Menurut saya, ini wisata sejarah yang menarik ; ada
di Pulau, masih bisa sambil main di pantai sambil cari kerang, bisa piknik,
pasang hammock buat santai-santai, dan
masih ada peninggalan zaman Belanda (bahkan makamnya masih ada). Agak mistis,
tapi inilah adalah bukti perjalanan bangsa kita.
![]() |
Spotted Onrust and Cipir from Kelor. |
![]() |
My new collections. |
Kami naik kapal kayu menuju ke Pulau pertama yaitu Pulau
Kelor kurang lebih selama 30-40 menit. Selama perjalanan, kamu akan lihat
banyak tambak ikan yang dibuat oleh nelayan sekitar. Sesampainya di Pulau
Kelor, saya kaget sekali karena ada penjelasan tentang Pulau ini. Nama asli
Pulau Kelor adalah Pulau Kherkof, yang artinya makam/kuburan. Hiiyy.
![]() |
Benteng Martello anti meriam. |
![]() |
Pulau ini gak
begitu besar, oleh karena itu penduduk setempat mengibaratkannya sebesar daun
kelor dan menyebut pulau ini Pulau Kelor. Yang terkenal dari Pulau Kelor adalah
Benteng Martello. Benteng berbentuk bundar dan tinggi ini dibangun oleh Belanda
pada tahun 1850 sebagai bagian dari sistem pertahanan laut kota Batavia. Benteng
Martello sempat runtuh karena tsunami dan letusan Gunung Krakatau.
![]() |
Bata merah kokoh Benteng Martello. |
Selanjutnya, kami pergi ke Pulau Onrust. Pulau ini lebih luas
dari Pulau Kelor. Nama Onrust berasal dari bahasa Inggris “Unrest”, yang artinya tanpa istirahat. Onrust adalah pulau yang
sibuk dan menjadi pusat pemerintahan pada zaman penjajahan Belanda.
Reruntuhan bekas rumah sakit. |
Disini ada 1-2 warung makanan yang selalu ramai. Saya dan
Will membeli es kelapa muda yang seger banget. Kayanya jualan kelapa muda dan
minuman dingin lainnya disini bakal laku banget. lol.
![]() |
Nah ini, panas-panas enaknya makan es kelapa muda. |
Pulau Onrust menyimpan banyak sekali sejarah bangsa
Indonesia. Disini ada Museum Pulau Onrust yang berisi mengenai artefak dan
perjalanan pulau Onrust yang dulunya begitu sibuk. Ada gedung VOC, bekas
runtuhan kincir angin dan benteng.
![]() |
Cool weather! |
![]() |
"The Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Building" |
Selain itu disini banyak sekali bekas reruntuhan bangunan-bangunan yang dulunya sempat dijadikan penjara bagi pemberontakan, asrama haji, dan rumah sakit. Di bagian belakang juga terdapat makam Belanda yang pernah menetap di Pulau Onrust dan makam dari pemimpin pemberontakan DI/TII yaitu S.M. Kartosoewirjo.
![]() |
Banyak pepohonan rindang di Pulau Onrust. |
![]() |
Ada 8 ruang bawah tanah katanya disana. |
![]() |
Ukiran makam Belanda yang artistik. |
Terakhir, kami melipir ke Pulau Cipir. Disini area pantainya
lebih luas, dan terdapat dermaga yang sangat cantik. Biasanya kita bisa
menunggu sunset yang indah disini. Pulau
Cipir dulunya merupakan bekas rumah sakit untuk penyakit menular dan pusat
karantina jemaah haji yang mau berangkat dan pulang dari Mekkah. Disini masih
terlihat jelas sisa bangunan dan tembok bilik rumah sakit. Dulu calon jemaah
yang ingin menunaikan ibadah haji tidak menggunakan pesawat melainkan naik
kapal laut yang memakan waktu berbulan-bulan.
![]() |
Walaupun agak spooky, lokasinya bisa jadi alternatif buat foto vintage, selain di Kota Tua dan Museum Prasasti Jakarta. |
Masih jelas terlihat sisa bangunan bekas rumah sakit. |
![]() |
Jakarta in frame |
Katanya, waktu zaman kolonial Belanda, ada jembatan yang
menghubungkan Pulau Onrust dan Cipir. Tapi karena tsunami dan letusan Gunung
Krakatau, jembatan ini terputus. Konon, dulu orang-orang mati yang berasal dari
Pulau Onrust atau Cipir karena berpenyakit atau disiksa, dibuang ke Pulau
Kelor. Jadi tahu kan kenapa pulau Kelor artinya makam/kuburan?
![]() |
Salah satu pohon ranting di Pulau Cipir. I love it! Taken by Will |
![]() |
Waiting for sunset. |
Buat pulangnya, biasanya ada mobil omprengan yang sudah
menunggu di dekat dermaga Muara Kamal. Biasanya omprengan ini mengantarkan kamu
sampai titik keramaian. Tapi karena beda arah, saya dan Will tetap pulang naik kendaraan
online walaupun lama banget nunggunya.
![]() |
Sayonara! |
Subscribe to:
Posts (Atom)
2 komentar: