Mendaki Atap Pulau Jawa, Gunung Semeru | Semeru Part-1

Mendaki Atap Pulau Jawa, Gunung Semeru adalah impian bagi setiap pecinta alam. Gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknya yang bernama Mahameru memilki pesonanya sendiri. Gunung Semeru semakin terkenal sejak adanya film 5 cm. Untuk yang belum pernah kesana, kamu bisa dengar dulu lagu Mahameru yang dilantunkan oleh Dewa19. Lagu itu bahkan masih terngiang di kepalaku karena liriknya yang begitu menggambarkan indahnya suasanan dan kehangatan Mahameru.

Semeru memang seindah itu, seindah di foto, video, dan film-film yang ada. Oleh sebab itu, kamu harus datang kesana ya! Gunung Semeru memang bukan gunung pertama yang saya daki, tapi ini adalah gunung ke dua setelah Gunung Prau. Ini bukan nekat, tapi tekat. Setuju? Katanya naik gunung itu nagih? Nampaknya kata-kata itu tepat! Walaupun perjalanan menuju puncak sangat jauh dan melelahkan, but good things never come easily, right?

Berangkat dari Stasiun Senen menuju Malang, perjalanan kereta Matarmaja menghabiskan waktu kurang lebih 15 jam. Sesampainya di stasiun Malang Kota Baru, kami langsung naik angkot menuju Tumpang, lalu kami naik jeep menuju Ranu Pane. Sepanjang jalan menuju Ranu Pane, kami ditemani oleh pemandangan Bromo yang sangat menakjubkan!

Spot wajib! Di Pertigaan Jemplang Bromo dengan pemandangan Bukit Teletubies.
My super team!
Sampai batas pemberhentian, kami naik ojek menuju Desa Ranu Pane yang menjadi basecamp Semeru. Jangan lupa pakai buff karena medan perjalanan penuh dengan debu dan kang ojek membawa motornya seperti perlombaan motor GP. Jadi kebayang donk gimana rasanya? Sangat memacu adrenalin guys. Lol

Basecamp Ranu Pane.
Danau Ranu Pane.
Briefing sebelum pendakian.
Saya sangat bersyukur karena cuaca cerah dan langit biru menemani perjalanan kami kala itu. Perjalanan pertama menuju Ranu Kumbolo didominasi dengan kawasan hutan rindang yang dihiasi dengan pepohonan, jalan setapak, jurang, dan jalanan yang tidak terlalu menanjak.


Jalan setapak dikelilingi pepohonan.
Bahagia itu sederhana, kami melihat Gunung Semeru dari kejauhan! Setapak demi setapak kami lalui, dan tidak terasa hari semakin sore. Sunset di gunung itu gak kalah indahnya sama di pantai loh! Sunset dengan bonus hamparan awan.

Spotted Mahameru.
Sunset di gunung.
Setelah mendengar sedikit suara air dan melewati turunan, rasanya kami senang sekali karena sudah hampir tiba di area camping. Tapi ternyata itu adalah Ranu Kumbolo 1 dan kami tetap melanjutkan perjalanan untuk camping di Ranu Kumbolo 2.

Akhirnya kami tiba di Ranu Kumbolo dengan langit bertaburan bintang. Perjalanan dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam. Sekitar jam 7 malam, saya dan teman-teman tiba disana. Kami langsung membangun tenda, berganti pakaian, dan makan.

Indomie seleraku
Jangan males ganti baju ya, karena keringat campur udara dingin yang menyerap tubuh kita bisa menyebabkan hipotermia! Hal penting lainnya adalah jangan lupa pasang alarm untuk melihat sunrise di Ranu Kumbolo esok hari dan melanjutkan perjalanan menuju Atap Pulau Jawa Gunung Semeru.

Seperti mendapat kejutan di pagi hari, suasana Ranu Kumbolo nampak sangat cantik. Menunggu matahari yang akan muncul di antara bukit adalah hal yang tidak boleh dilewatkan. Salah satu danau air tawar terindah di ketinggian 2.400 mdpl. Airnya nampak begitu bersih dan jernih terpantul oleh cahaya matahari. Pastinya kita gak boleh mandi, buang sampah sembarangan, buang air kecil (apalagi buang air besar) disini. Biarlah Ranu Kumbolo tetap indah seperti ini.

Waiting for sunrise.
Ranu Kumbolo pagi itu.
with Prisma
Airnya jernih sekali.
Bingung kalo lihat orang foto sampai hampir ujung batang pohon ini, segitu aja saya udah takut nyemplung.
Di Ranu Kumbolo terdapat WC yang dibatasi dengan bilik-bilik. Bagaimana rasanya? Saya nahan nafas atau bahkan menggunakan buff karena wanginya yang luar biasa sampai beberapa pendaki lain pun ada yang mual dan muntah. Jika malam hari, saya lebih baik kencing diluar WC.



Ini nih WC di Ranu Kumbolo
Setelah mengemas barang dan perbekalan dari Ranu Kumbolo, kami harus melewati tanjakan cinta untuk melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Tanjakan Cinta ini sebenarnya tidak telalu terjal tetapi lumayan panjang. Nah konon katanya, jika kita mendaki Tanjakan Cinta tanpa melihat ke belakang, kisah cintanya akan bahagia. Percaya atau gak ya?


Tanjakan landai nan panjang.
Pemandangan setelah Tanjakan Cinta.
Lelahnya perjalanan di Tanjakan Cinta terbayarkan dengan adanya sabana cantik yang dikelilingi bukit-bukit hijau. Saya benar-benar speechless. Indah banget! Sabana itu bernama Oro-Oro Ombo. Oro-Oro Ombo adalah padang luas yang dihiasi oleh Bunga Verbena berwarna ungu. Banyak orang mengira kalau bunga ini adalah bunga Lavender. Tapiii kali ini saya kurang beruntung karena tidak bisa melihat bunga-bunga itu. Musim kemarau panjang membuatnya kering, terlebih karena bunga Verbena menyerap banyak air yang diambil dari Ranu Kumbolo. Tapi beneran, tetep indah!

Oro-Oro Ombo.
Bunga Verbena kering.
Setelah itu, kami memasuki kawasan Cemoro Kandang, yang sesuai dengan namanya yaitu merupakan kandang pepohonan Cemara. Pohon-pohon cemara indah menemani perjalanan kami menuju Kalimati. Saya sangat menikmati perjalanan di Cemoro Kandang yang rindang, dan tidak terasa kami sudah tiba di area Kalimati. Malam ini kami siap untuk mendaki Atap Pulau Jawa, Gunung Semeru. 

Tenda kami yang sempat diusir karena salah tempat.
Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam. Kami tiba di Kalimati sekitar jam 1 siang. Akan lebih baik kamu tiba di Kalimati siang hari supaya bisa beristirahat untuk summit tengah malam nanti. Saat di Kalimati, kamu bisa menemukan sumber mani, tapi kata teman-teman saya, lokasinya cukup jauh. Hiks.

Sabana Kalimati.
Di Kalimati terdapat banyak Bunga Edelweis yang menghiasi kaki gunung Semeru. Bunga Edelweis adalah bunga indah yang tidak semua orang bisa melihatnya karena bunga ini tidak tumbuh di sembarang tempat, dia hanya tumbuh di atas tanah yang memiliki dataran tinggi, minimal diatas 2.000 mdpl, karena Edelweis bisa tumbuh hanya dengan sinar matahari yang penuh.

Edelweis.
Bunga Edelweis mengandung filosofi bahwa cinta sejati selalu membutuhkan pengobanan, perjuangan, kesungguhan dan kedewasaan supaya kita bisa mendapatkan cinta sejati dalam perjalanan kehidupan ini.


...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar: