Forest Cuisine Blogger Gathering, Peran Perempuan Menjaga Hutan

"Perempuan juga punya peranan penting dalam menjaga hutan." 

kata Mba Alin dalam Forest Cuisine Blogger Gathering yang diselenggarakan Blogger Perempuan dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Bersama 30 Finalis Forest Cuisine Blog Competition, kami menambah pengetahuan tentang manfaat hutan, terutama sebagai sumber pangan bagi kehidupan dan peran perempuan dalam menjaga serta melestarikan hutan.

Perwakilan Eksekutif Nasional WALHI, Ibu Khalisa Khalid
Acara dipandu oleh Mba Fransiska Soraya sebagai MC. Dalam acara gathering ini, turut hadir pembicara perwakilan Eksekutif Nasional WALHI, Ibu Khalisa Khalid, yang akrab disapa Mbak Alin, para Walhi Champion; Ibu Tati dan Ibu Tresna, serta Food Blogger Windy Iwandi (@foodirectory). Ternyata talk show dan sharing membahas mengenai hutan bersama-sama ternyata asik dan gak membosankan. Aku senang berkumpul bersama teman-teman yang juga masih peduli akan hutan.

Forest Cuisine Blogger Gathering bersama Blogger Perempuan dan WALHI.

Hutan adalah Sumber Pangan dan Apotek Hidup

Bagi masyarakat adat atau lokal, hutan juga menjadi supermarket dan apotek hidup. Contoh saja, virus Corona yang sedang gempar diberitakan di tanah air. Walaupun harus tetap waspada dan menjaga kesehatan, aku percaya rempah-rempah, iklim, dan kondisi hutan di Indonesia juga mempengaruhi peneyebaran virus tersebut. Tanaman-tanaman herbal yang berasal dari hutan seperti sereh dan jahe dapat digunakan sebagai antibodi kita. 

Bagi masyarakat adat, hutan adalah identitas dan nilai hidup. Dari sanalah kearifan lokal dan kreativitas tercipta. Walaupun tinggal di kota Jakarta, hutan memiliki kontribusi yang besar lho dalam mendukung penyediaan bahan makanan bahkan obat-obatan. Berbagai kuliner khas Indonesia juga berasal dari bahan pangan hutan.


Mba Alin berbagi pengalaman saat dirinya mengunjungi Dusun Silit di Kalimantan Barat, yang ternyata mereka (bahkan masyarakat perempuannya) sedang berjuang untuk mempertahankan rimba terakhirnya karena di sekeliling mereka lahan sudah habis digunakan untuk perkebunan sawit. Padahal keberlangsungan hidup masyarakat Dusun Silit masih sangat bergantung dengan rimba. Terbayangkah kita jika rimba itu tiada?

WALHI Bantu Perjuangkan Hutan Bagi Masyarakat Lokal

Tahukah kamu bahwa Indonesia memiliki hutan yang sangat luas? Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2017, luasnya mencapai 120,601,155 hektare. Hingga tahun 2017, hutan yang dikelola swasta (korporasi) mencapai 40,4 juta hektare (95,76 persen). Sedangkan hutan yang dikelola masyarakat hanya 1,7 juta  hektare (4,14 persen).

Saat ini ada sebagain hutan yang dihuni oleh beberapa desa bahkan terancam tergusur karena lahan mereka akan dijadikan ladang industri. Oleh karena itu, WALHI melakukan beberapa upaya dalam program pemberdayaan masyarakat dan kegiatan lainnya dalam upaya dukungan terhadap pengembangan sumber daya alam berkelanjutan. WALHI juga mengupayakan Wilayah Kelola Rakyat (WKR) bagi para petani yang tidak memiliki lahan.

Berbagai produk olahan hasil hutan dari petani langsung.
Tepat di depan ruang acara, WALHI membuka pameran kecil yang memperlihatkan hasil-hasil hutan yang dibudidayakan oleh petani, seperti kopi Goedang Cof'tea dari Ciwidey Jawa Barat, madu hutan asli dari Sulawesi, dan garam herbal yang diproduksi oleh pesantren Aktorik di Cirebon. 

Olahan hasil hutan oleh Pesantren Aktorik di Cirebon.
Sejak tahun 1980 hingga sekarang, WALHI aktif mendorong upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia. WALHI memberikan edukasi yang cukup dan bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk memperjuangkan dan mengelola hasil hutan dari berbagai daerah. Sebut saja salah satunya adalah hasil olahan sagu telur dari Sungai Tohor Riau yang sedang konflik dengan industri lahan sawit. 

Sarapan dengan Sagu Telur.
Sagu menjadi daya tarik sendiri bagiku. Aku suka olahan kue sagu seperti kue rangi, ongol-ongol, dan sagon. Pameran WALHI menampilkan produk olahan sagu yang baru pernah kulihat. Katanya ada produk mie dari sagu telur tapi sedang sold out. Akhirnya aku penasaran dan membeli produk sagu telur lain dari WALHI karena bisa disajikan dengan susu menjadi sereal untuk sarapan. Sarapan yang cukup praktis dan menyehatkan, bukan?

Banyak masyarakat bergantung pada Pohon Sagu untuk memperoleh energi dan sumber karbohidrat pengganti nasi. Bahkan di Papua, masyarakat sangat menjaga hutan yang didalamnya terdapat Pohon Sagu untuk mempertahankan tradisi adat Festival Ulat Sagu yang diadakan setiap tahun. Mereka harus berjuang agar lahannya tidak digunakan untuk industri yang tak bertanggungjawab.

Cerita dari Hutan WALHI Champion dan Food Blogger

Dalam acara Forest Cuisine Blogger Gathering, Walhi mendatangkan dua orang perempuan Walhi Champion dan Food Blogger untuk berbagi kisah inspiratifnya. Walhi Champion adalah orang-orang yang sukses memberikan kontribusi nyata di daerah asalnya dalam mengolah hasil hutan.

Mengolah Buah Pala
Ibu Sri Hartati adalah seorang Walhi Champion dari Sumatera Barat yang sukses mengembangkan produk olahan dari buah pala menjadi sirup, selai, dan minuman segar. Dari awal, Ibu Tati sudah menarik perhatianku karena beliau sangat menawan menggunakan pakaian adat daerahnya. Ibu Tati aktif di program pengelolaan hutan untuk kesejahteraan perempuan bersama WALHI Sumatera Barat dan Women Research Institute. 

Aku turut merasakan kesedihan saat tiba-tiba Ibu Tati menangis sesaat setelah melihat scene kebakaran hutan di Kalimantan pada film "Kita Masih di Planet Bumi". Beliau terlihat sangat emosional dan mengatakan bahwa di daerah asalnya, semua bersama-sama menjaga hutan dan tak ada kebakaran hutan.


Ibu Tati mengatakan bahwa dulu buah pala hanya diambil bijinya untuk dijual ke pasar atau digunakan sebagai bumbu masak untuk membuat rendang atau sup. Tapi kini setelah mendapat bekal pengetahuan dari WALHI, ibu-ibu juga mendapatkan tambahan uang saku dari pengembangan buah pala menjadi sirup, selai, dan minuman segar. Namun sirup pala menjadi komoditi andalan yang paling banyak diproduksi dalam jumlah banyak, karena bisa tahan lebih lama hingga 5 bulan. Sirup pala ini didistribusikan di daerah sekitar kabupaten pesisir selatan, beberapa rumah makan padang, dan menjadi menu welcome drink di Hotel Bumiminang Padang. 

Ibu Sri Hartati (Walhi Champion dari Sumatera Barat)

Kelola Hutan Berkelanjutan
Ibu Tresna Usman Kamaruddin adalah Walhi Champion dari Sulawesi Tenggara. Beliau membantu masyarakat yang hidup di sekitar hutan daerah Kabupaten Kolaka untuk dapat mengelola hutan dengan baik. Ibu Tresna melihat sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan warga dan membantu masyarakat untuk menanam cengkeh, lada, sereh, dan jahe. 

Perjuangan Ibu Tresna selama empa tahun bersama masyarakat di Kabupaten Kolaka telah membuahkan hasil dan hingga sekarang sudah sampai tahap pengukuran lahan serta izin kelola. Selain itu, Ibu Tresna juga mengajak ibu-ibu untuk mengolah sampah plastik menjadi nilai jual dan program gerakan menanam Pohon Sagu.

Ibu Tresna Usman Kamaruddin (Walhi Champion dari Sulawesi Tenggara).
Ternyata, Ibu Tresna adalah seorang survivor cancer dan dia mendapatkan penyembuhan dari alam. Dengan berada dekat dengan alam serta mengonsumsi makanan yang dia tanam sendiri di kebun, kondisinya membaik. Aku juga percaya sih kalau alam itu adalah terapi yang sangat baik. Ibu Tresna juga berbagi pengalaman cerita dari hutan bahwa hutan kini mengembalikan makanan masa kecil yang hampir punah di daerahnya, yaitu cako-cako. Penasaran deh! Namanya saja baru pernah kudengar. 

Kurangi Konsumsi Daging
Sebelum acara ini, aku sudah mengikuti jejak Kak Windy di instagram. Sebagai food blogger dan pecinta lingkungan, ka Windy sedang mengurangi mengonsumsi daging sapi. Belum lama ini, aku juga baru tahu bahwa dengan banyaknya konsumsi daging sapi, permintaan daging sapi meningkat sehingga menyebabkan lahan yang seharusnya bisa digunakan untuk penghijauan atau dikelola oleh masyarakat lokal menjadi berkurang karena digunakan untuk ternak sapi.

Windy Iwandi (Food Blogger @foodirectory).
Selain itu, peternakan sapi membutuhkan air yang sangat banyak untuk kehidupan ternak. Gas (alias kentut) sapi menghasilkan gas metana yang meningkatkan efek rumah kaca dan lebih berbahaya dari karbondioksida. Dia sedang mengurangi mengonsumsi daging karena kecintaannya pada binatang. Salah satu makan favoritnya adalah berbahan dasar Sagu seperti papeda kuah. Menurutnya, sumber pangan dari hutan lebih fresh dan baik untuk kesehatan karena tanpa bahan pengawet. 

Ka Windy juga berbagi cerita dari hutan saat dia mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan. Saat itu, hanya dia yang menjadi turis domestik dan lebih banyak turis dari Spanyol. Padahal di sana terkenal dengan Amazon Indonesia dan menjadi rumah penangkaran Orangutan terbesar di dunia. Dia lebih suka pergi ke alam daripada ke mal karena alam membuatnya relax dan tenang. Aku juga setuju, kembali ke alam selalu memberi energi dan membuatku hati lebih gembira.

Peran Perempuan Menjaga Hutan

Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan pada khususnya juga memiliki peran untuk melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan, seperti;

Mengelola Pangan Keluarga
Misalnya saat memasak, kita dapat menggunakan bahan-bahan alami bahkan yang berasal dari petani langsung, karena biasanya yang diproduksi langsung oleh petani lokal itu lebih fresh dan tanpa bahan pengawet. Dalam komunitas Blogger Perempuan, kita juga bisa saling berbagi informasi mengenai hal ini, bahkan berbagi resep masakan lho!

Bijak dalam Berbelanja
Kami dihimbau untuk tidak konsumtif agar tidak menambah sampah, menggunakan kosmetik berbahan sawit dengan bijak atau bahkan menggantinya pada produk lokal yang ramah lingkungan. Kita bisa membantu masyarakat lokal untuk meningkatkan perekonomian, dengan membeli hasil hutan non kayu seperti tas rotan, dan lain-lain.

Masak Bareng Chef Idola

Sebenarnya aku gak terlalu jago masak sih, tapi kalau bikin yang simpel-simpel bisa, lumayan bikin makanan buat suami di rumah. Salah satunya suka lihat tutorial masak Chef Willgoz. Pas banget kemarin di acara Forest Cuisine Blogger Gathering ketemu doi dan masak bareng juga. Aku juga sudah mengikuti jejak Chef Willgoz di instagram dan tahu kalau doi juga sedang mengurangi konsumsi daging demi melestarikan hutan. 

Siap-siap cooking demo bahan pangan dari hutan.
Masak bareng Willgoz.
Bahan pangan dari hutan; jamur shitake dan champignon.
Hal yang paling seru itu kita masak bareng Chef Willgoz menggunakan bahan yang berasal dari hutan, yaitu jamur shitake dan champignon. Kami memasak menu pasta vegetarian yaitu Fettuccine Mushroom Ragu. Menggunakan irisan daun bawang dan kucai sebagai kaldu, jamur shitake dan champignon sebagai pengganti daging, serta krim dan keju. Kami dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing memiliki tugas yang sudah ditentukan; bagian potong-memotong bahan dan bagian memasak. 

Masak bareng buibuk







Forest Cuisine Gak jago masak sih, tapi kalo yang simpel-simpel bisa lah lumayan, lumayan bikin suamik seneng. Wkwk. Biasanya suka nonton channel youtube chef @willgoz buat referensi. Eh sekarang ketemu langsung, so happy! Bersama 30 Finalis Forest Cuisine Blog Competition @bloggerperempuan dan @walhi.nasional, kami menambah pengetahuan tentang manfaat hutan, terutama sebagai sumber pangan bagi kehidupan. Hal yang paling seru, kita masak bareng menggunakan bahan yang berasal dari hutan, yaitu jamur shitake dan champignon. Walhi bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk memperjuangkan dan memasarkan hasil hutan dari berbagai daerah. Sebut saja salah satunya adalah hasil olahan sagu telur di Sungai Tohor Riau yang sedang konflik dengan industri lahan sawit. Yuk kita dukung perekonomian masyarakat lokal. Cerita selengkapnya segera tayang di blog. Happy weekend! #BPNxWalhi #RimbaTerakhir
A post shared by ᴛʀᴀᴠᴇʟ ʙʟᴏɢɢᴇʀ | ɪʀᴇɴᴇ ᴋᴏᴍᴀʟᴀ (@pinktravelogue) on
Baca Juga: Makanan Favorit dari Hutan

Lumayan aku jadi bisa mencicipi masakan chef idola. Enak dan bergizi tentunya. Ternyata cara membuatnya juga sangat mudah, kamu bisa langsung praktikan di rumah lho! 

Bahan-bahan untuk membuat Fettuccine Mushroom Ragu.
Fettuccine Mushroom Ragu.
Tim Lima Foto bareng Willgoz.
30 Finalis Forest Cuisine Blogger Competition dan Chef Willgoz.

Acara ditutup dengan foto bersama dan pembagian hadiah lomba foto. Mari kita dukung perekonomian dari hasill hutan. Terima kasih Blogger Perempuan dan WALHI atas pengalaman dan pengetahuan yang dibagikan kepada kami. Semua masyarakat termasuk perempuan wajib ambil peran dalam menjaga hutan walaupun dari hal yang sederhana demi kehidupan planet bumi ini. Kamu juga bisa turut mendukung dan melestarikan hutan melalui WALHI di walhi.or.idSalam adil dan lestari!

....

Keep in Touch
Thanks for reading!

2 comments:

  1. Para pejuang lingkungannya keren banget, semoga kita semua makin sadar untuk cinta dan menjaga lingkungan ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba Dewi, semoga kita semua mencintai lingkungan dan hutan kita ya :)

      Delete