Wilayah Konservasi di tengah Deforestasi Hutan Papua

Papua itu Indonesia. Keindahan dan kekayaan alam Papua tak perlu diragukan lagi. Bahkan Papua menjadi wilayah konservasi dunia di tengah deforestasi dan eksploitasi hutan besar-besaran. Sebagai Warga Negara Indonesia, kita patut berbangga karena Papua Barat terpilih menjadi Provinsi Konservasi pertama di dunia!


Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan alam. Konservasi di Papua terdiri dari Taman Wisata Alam, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, dan Cagar Laut. Tujuan utama konservasi itu sendiri adalah pembangunan berkelanjutan, serta membantu melindungi sumber daya alam di darat maupun laut. Selain itu, dengan adanya konservasi juga menjadi standar bagi perusahaan atau industri yang hendak melakukan pembangunan agar tetap melestarikan alam dan penduduk lokal.

Hutan Papua Menjadi Konservasi Dunia.
Papua menyimpan banyak sekali sumber daya alam yang melimpah dan berbagai keanekaragaman hayati yang tidak dimiliki negara atau provinsi lain. Sebut saja, emas, perak, tembaga, minyak, batu bara, hingga hasil hutan yang begitu banyak. Bagi masyarakat Papua, hutan dan alam adalah investasi mereka, yang dapat memberikan manfaat berkelanjutan kepada generasi mendatang. 

Bagi masyarakat Papua, hutan adalah ibu yang memberi kehidupan. Itu sebabnya mereka sangat dekat dengan alam. Kehidupan masyarakat yang selaras dengan alam dan masih erat dengan nilai kebudayaan menjadi nilai tambah yang membuat Papua menjadi destinasi hijau yang sangat berharga. Apalagi Papua merupakan salah satu daerah yang dilalui garis Khatulistiwa, yang juga membuat berbagai hewan dan tumbuhan mendapat matahari yang cukup sepanjang tahun. Lantas kenapa Papua sangat layak menjadi wilayah konservasi dunia? 

1. Tutupan Hutan Terbesar di Indonesia
Di tengah maraknya deforestasi dan eksploitasi hutan, Papua memiliki hutan terluas di Indonesia yang mencapai 40.546.360 hektar, dan  hutan mangrove terbesar Indonesia ada di Papua. Hutan Papua Barat merupakan salah satu The Global Tropical Wilderness Area dan The Larger Rain Forest Ecosystem karena luasnya membentang dari pesisir pantai hingga pegunungan, serta termasuk dalam The World's Tropical Biodiversity Hotspots karena memiliki keanekaragaman hayati endemik yang sangat tinggi. Wow! Papua memang sangat pantas  memperoleh banyak predikat alam yang langka.

Sumber: Ulet Ifansasti untuk Greenpeace
Namun, hutan Papua tak luput menjadi daerah baru yang mulai dieksplorasi untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab deforestasi terbesar di Indonesia karena membutuhkan lahan yang luas dan air yang banyak. Pembangunan infrastruktur dan industri yang tidak bertanggung jawab mengganggu kelangsungan ekosistem dan aktivitas masyarakat. Bahkan mengganggu peran hutan sebagai salah satu paru-paru dunia.

Konservasi di tengah Deforestasi. Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id 
Padahal hutan, khususnya hutan Papua memiliki banyak manfaat dan berpengaruh terhadap kehidupan di Indonesia dan dunia. Sebagai tutupan hutan terbesar di Indonesia, hutan Papua berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem, mengatur iklim, dan menjadi habitat mahkluk hidup. Wilayah hutan di Papua memiliki potensi yang besar dan menjadi benteng terakhir hutan tropis di Indonesia. Namun bagaimana jika rimba terakhir ini tidak dilestarikan?

2. Hutan adalah Ibu yang Memberi Kehidupan
Tahu gak sih kalau masyarakat Papua masih sangat bergantung dengan hutan dan alam dalam hidupnya? Saya sering mendengar Orang Asli Papua selalu bercerita dan menganggap hutan adalah ibu yang memberi kehidupan, yang harus dihargai dan dihormati. Hutan menjadi sumber pangan bagi masyarakat. Sebut saja beberapa hasil pangan yang berasal dari hutan seperti; sagu, jamur, ubi jalar, pakis, rebung, dan masih banyak lagi.  Bahan-bahan tersebut yang juga menjadi sumber pangan bagi kita.


Contoh lainnya adalah kepiting bakau di wilayah Kampung Mandoni. Masyarakat bermata pencaharian dari hasil tangkapan kepiting bakau. Harganya Rp2000 per ekor. Harga yang pastinya sudah melambung tinggi jika dijual di Jakarta. Kampung Mandoni memiliki hutan mangrove yang luas. Para penduduk sangat menjaga kawasan tersebut karena di sana terdapat banyak mangi-mangi yang menjadi tempat berkembangnya kepiting bakau.


Kepiting Bakau. Sumber: EcoNusa 
Selain itu, hutan Papua menjadi apotek hidup bagi warga. Berbagai tanaman herbal diramu menjadi obat tradisional yang bisa dikonsumsi. Misalnya daun gatal untuk obat pegal-pegal, daun sampare untuk penyakit malaria, daun tumbuh daun yang berkhasiat untuk mengobati demam, dan buah merah yang dipercaya dapat menyembuhkan kanker dan kolesterol.

Buah merah asli Papua yang kaya manfaat. Sumber: www.hypegrid.id 
Papua memiliki kualitas udara dan air yang terbaik. Oleh karena itu, berbagai tanaman dapat tumbuh subur tanpa kompos dan pestisida. Contohnya daun tumbuh daun tadi yang hanya ditancap ke tanah dan akan tumbuh menghasilkan daun-daun lainnya. Masyarakat Papua hidup berdampingan langsung dengan hutan, di sana mereka merasa aman karena hutan adalah ibu yang memberi kehidupan.

3. Konservasi Menjaga Tradisi
Masyarakat adat Papua memiliki tradisi unik dalam melestarikan sumber daya alam di darat maupun laut yang disebut dengan Sasi Nggama. Sasi Nggama merupakan simbol penghormatan masyarakat terhadap alam. Sasi Nggama bertujuan untuk menjaga ekosistem alam agar tidak habis di bumi.

Papua memiliki lebih dari 200 suku yang melestarikan tradisi dengan menjaga hutan. Sebut saja Suku Kombai dan Korowai yang menetap di Hutan Sagu, Distrik Boven Digoel. Pohon Sagu sangat bermanfaat bagi kehidupan sandang, pangan, papan mereka. Terlebih ketika mereka mengadakan Festival Ulat Sagu yang bahan-bahannya berasal dari Hutan Sagu dan tergantung pada ketersediaan tumbuhan yang ada. 


Selain itu, ada juga suku Dani, Yali, dan Lani, yang tinggal di Lembah Baliem terletak di sekitar Pegunungan Jayawijaya. Setiap tahun, diadakan Festival Lembah Baliem. Festival Lembah Baliem mempertunjukkan tarian perang antar suku, yang kini menjadi daya tarik wisatawan. Mereka juga memiliki tradisi Bakar Batu, sebagai ungkapan rasa syukur yang diadakan saat ada kelahiran, pernikahan, dan penobatan kepala suku. Tradisi Bakar Batu adalah ritual memasak bersama, dengan memasak daging dan sayur-sayur yang bahan-bahannya berasal dari hutan.

Festival Lembah Baliem. Sumber: www.pesonaindo.com 
Namun tak sedikit lahan masyarakat adat yang sudah deforestasi, lalu digunakan untuk industri pertambangan atau perkebunan sawit yang mungkin tak juga mereka nikmati. Papua sebagai wilayah konservasi dunia harus memiliki manfaat bagi masyarakat lokal secara ekonomi dan sosial karena hutan masih menjadi sumber mata pencaharian bagi Orang Asli Papua dan menopang kehidupan mereka. 

4. Ekowisata Berbasis Budaya
Papua memiliki potensi yang besar, salah satunya menjadi destinasi wisata hijau karena keanekaragaman hayati dan kekayaan alam yang memukau. Salah satu cara melestarikan hutan Papua adalah melalui ekowisata. Papua memiliki flora dan fauna endemik nan unik yang hanya bisa dilihat di Bumi Cenderawasih, misalnya hewan Kanguru Pohon Mantel Emas, Kura-Kura Reimani, Wattled Smoky Honeyeater, tanaman Fleshy-Flowered Orchid, Rabon Bi, dan masih banyak lagi. Bahkan nama-nama tersebut belum pernah saya dengar sebelumnya.

Kangguru Pohon Mantel Emas. Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id 
Kearifan lokal membuat masyarakat memanfaatkan hutan menjadi nilai tambah ekonomi dalam mengelola hutan. Misalnya di wilayah konservasi di Pegunungan Arfak, dimanfaatkan menjadi ekowisata, yaitu Ekowisata Bird Watching. Tidak ada pemburuan burung, tetapi uniknya kita dapat mengamati burung-burung spesies burung endemik, seperti; Cenderawasih Kerah, Burung Abu-abu/Meyeri, Cenderawasih Arfak, Burung Parotia Arfak, dan Namdur Polos. Caranya dengan masuk ke dalam dalam gubuk kecil yang diberi celah sehingga kita dapat melihat burung-burung tersebut tanpa mengganggunya.

Ekowisata Bird Watching. Sumber: Youtube CNN Indonesia 
Kampung Wisata Sauwadarek, Arborek, dan Lembah Baliem juga mengangkat ekowisata berbasis budaya dengan membuat Noken. Noken hanya dibuat oleh masyarakat Papua, khususnya dibuat penuh cinta oleh mama-mama Papua. Beliau-beliau terjun langsung keluar masuk hutan untuk mendapat serat kulit kayu dari pohon Seman sebagai bahan untuk membuat Noken. 

Sumber: www.nationalgeographic.grid.id 
Tahu kah kamu bahwa Noken juga di tetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda. Masyarakat Papua tidak mengenal plastik, mereka menggunakan Noken untuk membawa hasil pertanian atau membawa barang apapun. Noken adalah simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi tanah Papua. Jika suatu hari berkesempatan mengunjungi Papua, saya pasti tidak akan melewatkan Noken.

5. Papua Memiliki Tiga Taman Nasional yang Eksotis
Indonesia memiliki 54 Taman Nasional, 3 diantara ada di Papua, yaitu Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Taman Nasional Wasur, dan Taman Nasional Lorentz. Taman Nasional bertujuan untuk beberapa kepentingan seperti penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata. Taman Nasional di Papua juga berperan penting dalam pengembangan hutan Papua sebagai wilayah konservasi dunia.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Taman Nasional Teluk Cenderawasih adalah taman nasional perairan laut terluas di Indonesia dengan luas kurang lebih 1.453.500 hektar, yang terletak di Teluk Cenderawasih, Provinsi Papua Barat. Taman Nasional Teluk Cendrawasih menjadi menjadi habitat spesies langka dan dilindungi, seperti; Hiu Paus (Rhincodon typusyang panjangnya bisa mencapai 7 meter dan merupakan ikan terbesar di dunia. Tak heran Taman Nasional Cenderawasih menjadi pusat penelitian hiu paus di dunia.

Sumber: www.wartawisata.id 
Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Sumber: www.pesona.travel 
Taman Nasional Wasur
Taman Nasional Wasur terletak di Merauke, Provinsi Papua merupakan Ramsar Site (Situs Lahan Basah) yang berfungsi menjaga kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia. Taman Naional Wasur masuk dalam anggota East Asian Australian Flyway (EEAF) karena berperan penting sebagai tempat persinggahan dan migrasi burung-burung migran. Taman Nasional Wasur menyimpan berbagai flora dan fauna khas Papua, seperti; kanguru, burung pelikan, dan paruh kodok Papua, serta dikelilingi oleh hutan rawa, hutan masoon, dan padang rumput yang sangat luas.

Taman Nasional Wasur di Merauke. Sumber: www.superadventure.co.id 
Burung Migran. Sumber: www.lifetrubus.id 
Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz adalah kawasan konservasi terbesari di Indonesia, yang masuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO dan menjadi taman nasional terbesar di Asia Tenggara. Kawasan ini terbentang di garis khatulistiwa di 10 kabupaten di Papua. Tak heran Taman Nasional Lorentz menjadi rumah bagi lebih dari 1000 spesies burung. Salah satu satwa langka di Taman Nasional Lorentz adalah burung Beo Pesquet.

Taman Nasional Lorentz. Sumber: www.tekno.tempo.co 
Salju di Puncak Jaya, Taman Nasional Lorentz. Nampak seperti di Himalaya. Sumber: www.pegipegi.com 
Burung Beo Pesquet. Sumber: www.tirto.id 
Selain itu Taman Nasional Lorentz merupakan salah satu dari tiga wilayah di dunia yang memiliki gletser di daerah tropis dan menjadi satu-satunya tempat di Indonesia dimana kita bisa melihat salju. Salju terakhir katanya, karena keindahan saljunya lama-lama mencair karena pemanasan global. 

Bersama EcoNusa Lestarikan Hutan Papua

Kekayaan dan keindahan Papua harus kita jaga bersama. Bukan hanya pemerintah saja, tapi industri yang bertanggung jawab dan masyarakat. 
Yayasan Ekosistem Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa) bekerjasama dengan beberapa kabupaten di Papua dan Papua Barat untuk membantu menfasilitasi dan meningkatkan masyarakat dengan pemangku kepentingan. 


Yayasan EcoNusa memiliki visi kedaulatan masyarakat untuk menciptakan pengelolaan sumber daya alam yang adail dan berkelanjutan khususnya di tanah Papua dan Maluku. Beberapa kegiatan yang dilakukan Yayasan EcoNusa antara lain;


1. School of Eco Involvement
Membangun ketahanan masyarakat di sekitar hutan untuk mengelola sumber daya alam di kampungnya. 

2. School of Eco Diplomacy
Mengorganisir kaum muda khususnya di perkotaan untuk mempromosilan nilai lingkungan dan menjadi agent of change di Indonesia.

3. Best Practices
Mengumpulkan cerita sukses masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan mengembangkannya di kampungnya.

4. Policy Advocacy
Dukungan Teknis Tata Kelola Perizinan Konsesi Berbasis Lahan untuk menyelamatkan target lahan dan Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon (PPRK).

5. Mari Cerita (Mace)
Menggaungkan cerita-cerita Papua di Jakarta.


Alam sudah menyediakan apa yang kita butuhkan, bukankah sudah seharusnya kita melestarikannya? Konservasi alam tak lepas dari kontribusi kita. Bagi saya, cerita tentang Papua memang tak pernah habisnya. Walaupun saya belum pernah menginjakkan kaki di Papua dan saya bukan orang Papua, tapi saya jatuh cinta dengan Papua. Semoga kelak impian saya bisa berkunjung ke Bumi Cenderawasih dapat terwujud.

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

2 comments:

  1. Cantik sekali yaa, semoga walaupun ramai wisatanya tapi alam Papua tetap terlindungi..

    ReplyDelete
  2. Jadi salfok sama kepiting bakaunya. Berlibur ke Papua cari kepiting pasti seru karena sulit ditemukan di daerah lain di Indonesia. Kangamir dot com

    ReplyDelete