Peran Pemuda Lestarikan Hutan Indonesia

Saat kita mencintai seseorang, hal itu harus dibuktikan bukan hanya dengan kata-kata tapi juga perbuatan nyata. 
Maka dari itu sama hal nya dengan tema webinar yang diadakan oleh Blogger Perempuan dan Golongan Hutan bertajuk, "I Love Indonesia" dalam upaya peran pemuda lestarikan hutan. Tiga narasumber berkompeten; Bang Edo Rakhman, kak Anindya Putri, dan kak Syaharani membuka wawasan saya dan memberi pengetahuan, serta mengajak kami untuk melakukan tindakan nyata sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah air. Bukan hanya dengan kalimat manis yang kita ucap atau tulis, namun hal apa saja yang sudah kita lakukan untuk menjaga Indonesia? 

Webinar 'I Love Indonesia' bersama Blogger Perempuan dan Golongan Hutan.

Bang Edo Rakhman selaku Koordinator Koalisi Golongan Hutan, mengatakan bahwa lingkungan memberikan daya dukung untuk kehidupan kita. Walaupun kita tidak berhadapan langsung dengan hutan, tapi manfaatnya memang besar bagi makhluk hidup dimanapun. Ekosistem hutan memiliki peran penting untuk menunjang kebutuhan manusia seperti; kebutuhan sandang, pangan, papan, dsb.

Untuk itu pemimpin harus adil, tidak hanya berpikir untuk generasi sekarang tapi juga generasi mendatang. Sumber Daya Alam yang ada tidak boleh dieksploitasi. Menurut Bang Edo, berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh tim Golongan Hutan, sebanyak 82% ternyata anak muda juga memiliki kepedulian mengenai isu ekonomi, lingkungan, dan pendidikan.
Jangan mengabaikan suara anak muda yang ada pada hari ini. Anak muda jangan dianggap apatis, suara anak muda harus diakomodir.

Oleh karena itu, anak muda juga punya peranan penting dalam upaya menjaga Indonesia. Kemudian berdasarkan laporan hasil survei dari change.org dan komunitas Indonesia Cerah sebanyak 89% anak muda juga khawatir akan dampak krisis iklim yang terjadi. Krisis iklim membawa dampak bagi Indonesia, salah satunya adalah musim kemarau dan musim hujan yang tak menentu. Pasti kalian juga merasakannya kan?

Narasumber pertama; Bang Edo Rakhman, Koordinator Koalisi Golongan Hutan

Selain itu, laporan hasil survei dari Walhi tak dapat dipungkiri kejahatan korporasi dan ekosida sudah sampai pada ranah pemanfaatan hutan yang tidak bertanggung jawab. Maraknya pembangunan di kota besar dan kota kecil untuk mendorong pembangunan. Namun yang sering dilupakan adalah kota tersebut juga harus mendukung masyarakat lokal atau masyarakat adat yang ada di sekitarnya. 

Masyarakat adat adalah penjaga hutan di Indonesia, mereka tinggal di kawasan hutan karena hutan adalah sumber penghidupan. Namun persoalannya terkadang keberadaannya tidak dilindung dan terancam. Tiba-tiba ada perusahaan yang ingin menggunakan lahan mereka. Pemuda-pemudi Indonesia, generasi milenial katanya, memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam upaya melestarikan lingkungan dan hutan di Indonesia. 

Wujudkan Eco Tourism Saat Bepergian

Eco Tourism merupakan kegiatan wisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat lokal. Hal tersebut adalah bagaimana kita sebagai pejalan juga menjaga alam, menghormati budaya tempat wisata dan kehidupan masyarakat lokalnya. 

Anindya Kusuma Putri, Puteri Indonesia 2015 menceritakan pengalamannya saat mendaki Gunung Rinjani. Saat itu, wisatawan asing menegur pendaki agar tidak mandi di danau menggunakan sabun, karena akan mencemari lingkungan. Anin belajar banyak belajar dari alam yang memberi kehidupan, misalnya; tanaman yang bisa dimanfaatkan dari hutan dan minum sumber air bersih dari gunung.

Dimulai dari diri sendiri, tindakan sekecil apapun kontribusi yang kita lakukan untuk bumi ini akan berdampak. 
Narasumber kedua; Anindya Putri, Puteri Indonesia 2015

Salah satu hal yang membuat Anin senang traveling adalah ketika dapat menyaksikan sendiri masalah yang terjadi sehingga bisa menyuarakan pendapat. Kita harus menjaga alam yang sudah mencukupkan kehidupan; udara, pemandangan yang indah, sumber air bersih, oksigen yang kita hirup.

Bijak Menggunakan Listrik dan Plastik

Perubahan iklim salah satunya disebabkan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Manusia yang mengeksploitasi alam dan aktivitas yang merusak lingkungan menyebabkan gas rumah kaca dan suhu bumi meningkat

Syaharani, seorang mahasiswi penggiat Aksi Jeda untuk Iklim mengatakan bahwa aktivitas kita sehari-hari dengan menggunakan listrik berpotensi meningkatkan pemanasan global. 90% gas rumah kaca berasa dari aktivitas manusia. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan ekonomi yang belum menerapkan keberlanjutan lingkungan.

90% Gas Rumah Kaca berasal dari manusia

Misalnya penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan, termasuk juga penggunaan listrik berbasis fosil yaitu batu bara. Ketika kita tidak bijak menggunakan listrik, kita juga akan menyumbang banyak gas rumah kaca. Kegiatan Industri dan limbah juga berpengaruh terhadap perubahan iklim. Ternyata sadar atau tidak, hal yang kita lakukan sehari-hari inilah menyumbang banyak gas rumah kaca ke atmosfer. Begitupula semakin banyak menggunakan plastik artinya kita juga kita menyumbang banyak gas rumah kaca.

Kita memang belum bisa terlepas dari plastik. Barang-barang yang kita konsumsi masih mengandung unsur plastik. Namun kita bisa mengurangi penggunaannya atau melakukan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Kampanye di Media Sosial

Kita tidak perlu menjadi artis untuk menyebarkan hal baik. Selama itu narasi positif yang bermanfaat dan memberi inspirasi, kita bisa memulainya dari sosial media. Tak peduli berapapun banyak pengikut, yang terpenting adalah bawel. 

Tahu gak sih ternyata bahaya krisis iklim dan kerusakan hutan sangat berdampak bagi kehidupan kita. Mungkin kita tidak merasakannya langsung, namun apa yang kita lakukan sekarang adalah untuk masa depan. Krisis iklim menyebabkan cuaca yang ekstrim, dapat menyebabkan kekeringan yang membuat pertanian atau perkebunan kekurangan air, sehingga tidak mendapatkan sumber makanan. 

Narasumber ketiga; Syaharani, mahasiswi penggiat Aksi Jeda untuk Iklim

Selain itu, Krisis iklim juga bisa menyebabkan naiknya permukaan laut. Kenaikan air laut tersebut menyebabkan tenggelamnya daerah pesisir. Di Indonesia, salah satu Desa di Demak, Jawa Tengah mengalaminya. Desa Bedono adalah contoh nyata fenomena perubahan iklim. Dulunya desa ini merupakan lumbung padi di wilayah Demak. Namun kini, Desan Bedono sudah terkena abrasi akibat permukaan air laut yang meninggi.

Desa Begono Hampir Tenggelam. Sumber: Kompas.com

Informasi dan edukasi seperti ini harus disebarkan agar masyarakat semakin aware dan peduli. Untuk itu, seperti pesan dari kak Syaharani, yaitu 3B; Belajar, Bergerak, dan Bawel, bahwa kita harus Belajar tentang pengetahuan lingkungan, perubahan iklim. Kemudian Bergerak, melakukan aksi, kampanye di media sosial, dan Bawel untuk menyuarakannya, karena bawel itu gratis!

Sebut salah satu contohnya tentang kampanye sampah plastik. Dulu orang-orang gak peduli tentang kampanye plastik, tapi sekarang sudah ada larangan penggunaan plastik saat berbelanja. Mau tidak mau, membawa tas belanja sendiri menjadi gaya hidup. Sama hal nya dengan menyuarakan informasi pelestarian hutan dan lingkungan ini yang harus digaungkan terus menerus.

Era globalisasi membuat anak muda zaman sekarang lebih melek teknologi dan cepat berbagi informasi. Oleh karena itu kemajuan teknologi harus dimanfaatkan dengan positif dalam upaya lestarikan hutan. Tak sulit bagi kita yang setiap hari berhadapan dengan perangkat elektronik bukan?

Small act, big impact!

Kita juga bisa menggali banyak informasi melalui kanal website dan sosial media Golongan Hutan. Tidak ada kata terlambat untuk anak muda bergerak untuk menyelamatkan bumi. Mari kita berrsama-sama lindungi hutan dan menjaga lingkingan dengan tindakan nyata. Anak muda berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Salam lestari.

....

Keep in Touch
Thanks for reading!

2 comments:

  1. Iya, jangan sampai hutan kita musnah ya karena ulah segelintir pencari keuntungan dan menyengsarakan seluruh penduduk Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mba. Mari kita jaga hutan bersama-sama ya.

      Delete