Stop Iklan Rokok Selamatkan Generasi Penerus Bangsa

Perokok adalah salah satu orang yang saya hindari. Saya paham bahaya rokok bagi kesehatan perokok pasif. Saat teman saya sedang merokok, saya pasti akan menghindarinya. Alasannya karena saya akan sesak nafas jika mencium asap rokok, ditambah satu badan saya pasti bau rokok. Zaman sekarang perokok tak mengenal usia, bahkan anak dibawah umur saja sudah kenal dengan rokok. Padahal generasi muda memiliki peranan penting untuk membangun masa depan bangsa. 

Asap rokok, bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga orang lain dan lingkungan. Berapa banyak uang yang dihabiskan untuk membeli rokok dalam sehari? Bagi saya, uang tersebut bisa saja dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih penting. Dalam kesempatan Talkshow Ruang Publik KBR (Kantor Berita Radio) bersama Dedi Syahendry, Kepala Dinsos PMD-PPA dan Nahla Jovial Nisa, Koordinator Advokasi Lentera Anak, saya mendapatkan beberapa informasi penting mengenai pentingnya daerah bebas reklame produk rokok dan pengaruhnya bagi generasi muda.

Sawahlunto Bebas Reklame Produk Rokok
Perjalanan panjang kota Sawahlunto memperjuangkan kota bebas reklame produk rokok akhirnya membuahkan hasil. Dimulai pada tahun 2012 dengan Peraturan Pemerintah (PP) 109/2012 tentang peraturan mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Tahun 2013 mencanangkan kota layak anak serta mengkaji persoalan penghapusan iklan rokok, tahun 2014 mengeluarkan Perda No. 3/2014 mengenai Kawasan Tanpa Rokok, tahun 2015-2016 menghimbau melalui instruksi waikota, dan tahun 2017 keluar intruksi walikota agar semua iklan rokok dihapus dan tidak menerima Pendapatan Asli Daerah (PAD) iklan rokok. Tahun 2018 instruksi walikota tersebut masih dipertahankan, dan pada akhirnya pada tahun 2019 dikeluarkan Peraturan Walikota (Perwako) mengenai kota Sawahlunto bebas reklame produk rokok.

Dedi Syahendry selaku Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos PMD-PPA) Kota Sawahlunto mengatakan bahwa Pemerintah Sawahlunto mencari alternatif sektor lain untuk tetap memperoleh PAD. Dengan jumlah penduduk sebanyak 65.000 jiwa di empat kecamatan, hasil PAD iklan rokok di kota tersebut tidak terlalu banyak, kisaran Rp32juta/tahun. 
"Walaupun PAD dari segi iklan rokok hilang, tapi dari segi nilai dan pandangan orang lain melihat kota Sawahlunto, kota kecil tanpa iklan rokok sangat positif. Apalagi kota Sawahlunto masuk dalam World Heritage yang telah ditetapkan oleh UNESCO", Dedi Syahendry, Dinsos PMD-PPA.
Melalui Peraturan Walikota Sawahlunto nomor 70 tahun 2019, kota Sawahlunto melarang reklame produk di kota itu. Jika ada kegiatan dengan iklan rokok, kegiatan tersebut ditidiadakan. Setiap ada laporan mengenai iklan rokok, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) akan bertindak tegas. Spanduk-spanduk iklan rokok yang terpampang pada warung-warung akan diganti dengan spanduk pentingnya kesehatan tanpa rokok. 

Rintangan terbesar dalam aturan pelarangan iklan rokok ini adalah berhadapan perusahaan-perusahan rokok yang melakukan promosi secara masif. Namun pemerintah pusat sepakat bahwa walaupun kehilangan PAD iklan rokok, tapi bisa menyelamatkan anak-anak Sawahlunto dari pengaruh buruk rokok. 

Pemerintah Sawahlunto juga bekerja sama dengan radio kota Sawahlunto untuk tidak menyiarkan kegiatan apapun yang berhubungan dengan iklan rokok, serta menggandeng komunitas dan organisasi kampanye anti rokok. Harapan ke depannya agar Peraturan Walikota (Perwako) mengenai bebas reklame rokok ini menjadi Peraturan Daerah (Perda) agar hukum dan keberadaannya lebih kuat. 

Kawasan Tanpa Rokok di Jakarta
Jakarta, kota kelahiranku ini adalah kota metropolitan ini tak luput dari iklan rokok. Walaupun sudah ada larangan, iklan rokok di papan reklame, spanduk, dan poster masih ada yang terpampang. Termasuk iklan rokok tersembunyi yang ditemukan pada acara musik dan olahraga. Selain itu, modus iklan rokok terdapat di warung-warung dekat sekolahpun juga menjadi sasarannya. Pemilik warung dibayar sejumlah uang untuk memasang spanduk rokok dan membuat program kompetisi penjualan antar warung. 

Padahal dalam Pergub No.1 Tahun 2015 sudah ditetapkan tentang larangan penyelenggaraan reklame rokok dan produk tembakau pada media luar ruang. Sesuai aturan dari Kementerian Kesehatan juga sudah ditetapkan beberapa Kawasan Tanpa Rokok, antara lain; fasilitas kesehatan (puskesmas, klinik, dan rumah sakit), sekolah, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan fasilitas umum. 


Namun tak jauh dari rumah saya, di kelurahan Sunter Jaya sudah menetapkan daerahnya menjadi Kawasan Tanpa Rokok. Masyarakat yang ingin merokok, harus keluar dari lingkungan tersebut. Dengan begitu, kawasan tersebut minim sampah puntung rokok dan dapat menikmati sirkulasi yang lebih segar. Di area pemukiman ini juga terlihat asri ditumbuhi tanaman. Mereka menyadari bahwa rokok dapat membahayakan keluarga dan kesehatan, terutama bagi anak-anak.

Ada juga Kampung Penas Tanggul Jatinegara yang sudah menetapkan kawasan tanpa rokok. Kawasan ini dipenuhi mural yang berisi larangan dan himbauan berhenti merokok. Dulu kawasan ini terkenal kumuh, namun sejak ada kasus penyakit paru-paru yang diderita sekitar 20 anggota keluarga di sini, warga jadi sadar pentingnya kesehatan. Para ibu dan anak-anak menjadi 'polisi' yang melarang keras merokok.

Pemerintah harus melakukan upaya pembatasan pengguna rokok. Salah satunya dengan tegas menetapkan Kawasan Tanpa Rokok dan menjalankan sanksi bagi pelanggarannya. Menurut saya, kota Sawahlunto dan beberapa kampung bebas reklame rokok bisa menjadi contoh/panutan bagi kota-kota lain di Indonesia untuk menciptakan daerah bebas reklame produk rokok. 

Generasi Penerus Bangsa Bebas Rokok
Generasi masa kini suka mencoba hal baru dan menantang, mereka mudah terpengaruh oleh iklan yang berada di sekitar mereka. Salah satunya adalah iklan rokok yang mengancam masa depan mereka. Berdasarkan penelitian Uhamka pada tahun 2017, menyatakan bahwa 46% iklan rokok memengaruhi mereka untuk mencoba, menjadi kecanduan, dan sulit dihentikan. Tak dapat dipungkiri, bahwa salah satu faktor merokok adalah media seperti; papan reklame, media sosial, dan sponsor pada acara atau kegiatan.

Nahla Jovial Nisa, selaku Koordinator Advokasi Lentera Anak mendukung kebijakan tidak lagi adanya promosi rokok dan tidak menjual rokok kepada anak dibawah usia 18 tahun. Berdasarkan hasil survey Lentera Anak di 10 kota, iklan rokok dtargetkan bagi perokok pemula agar konsumsinya tidak menurun dan ada perokok pengganti. Jumlah perokok usia muda terus meningkat karena keberadaannya dekat dengan mereka, harga yang tak begitu mahal, dan bisa didapat di warung dekat sekolah. 

Dalam pasal 30 PP 109/2012 juga tertulis bahwa, "Selain pengendalian iklan produk tembakau yang dimaksud dalam pasal 27, iklan di media teknologi informasi harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan pembatasan umur kepada orang berusia 18 tahun ke atas." 
"Indonesia adalah satu-satunya negara Asean yang belum melarang promosi iklan rokok. Negara lain masih bisa menjual rokok tanpa iklan", Nahla Jovial Nisa, Koordinator Advokasi Lentera Anak.
Pemuda-pemudi merupakan generasi penerus bangsa. Iklan rokok dapat memengaruhi psikis dan mental anak-anak dalam masa muda. Mereka yang sudah mencobanya sekali saja bisa berpotensi menyebabkan penyakit tidak menulat, seperti diabetes, penyakit pernapasan, hingga jantung. Hal tersebut tentunya menghambat kreativitas dan produktivitas mereka di usia produktif. Pembebasan iklan rokok di sekitar sekolah merupakan salah satu investasi dan langkah awal untuk menghasilkan generasi emas bebas rokok. 

Strategi Daerah Terapkan Pembatasan Iklan Rokok

Setiap daerah wajib membatasi iklan rokok di luar maupun dalam ruangan. Hal tersebut harus disertai dengan komitmen untuk melindungi sumber daya manusia dan lingkungan. Hingga saat ini, sudah ada  16 kabupaten kota daerah yang mengeluarkan larangan rokok dalam bentuk peraturan pemerintah, kota, bupati, dan surat edaran. PStrategi daerah dalam menerapkan pembatasan iklan rokok harus terus dijalankan dengan beberapa cara sebagai berikut;

  1. Pemerintah memiliki perspektif dan kesadaran bahwa hal ini bukan hanya untuk meningkatkan perekonomian saja, tapi untuk melindungi anak menuju generasi unggul. 
  2. Menegakkan Undang-Undang atau Peraturan tentang larang iklan rokok dan sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
  3. Mengganti Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor lain selain iklan rokok. Salah satu contohnya adalah kota Bogor yang sudah mengganti PAD iklan rokok, yang bahkan membuat PAD kota Bogor meningkat.
  4. Mengganti iklan rokok dengan edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya rokok. 
  5. Pembatasan iklan rokok pada media sosial karena zaman sekarang informasi dari media sosial cepat sekali beredar serta dapat diakses kapanpun dan dimanapun.
  6. Melarang penjualan rokok secara bebas, seperti larangan penjualan bir atau minuman beralkohol secara ilegal. 
  7. Melakukan talkshow/kegiatan ke sekolah-sekolah terkait bahaya rokok.

Besar harapan saya agar setiap daerah dapat menerapkan pembatasan bahkan #PutusinAja iklan rokok. Pembatasan iklan rokok membawa dampak baik bagi kita dan lingkungan. Meskipun iklan rokok dapat meningkatkan pendapatan bagi pendapatan Indonesia, tapi kembali lagi untuk hidup yang lebih sehat dan sejahtera, bukankah menyelamatkan generasi penerus bangsa lebih penting?

Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti loba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB. Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.
_____

Sumber Referensi:

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar:

PRURide 2020, Balap Sepeda Virtual Pertama Prudential Indonesia

Situasi pandemi seperti ini membuat kita sedikit banyak lebih memperhatikan pola hidup sehat, termasuk berolahraga. Tahu gak sih kalau olahraga bersepeda itu salah satu olahraga yang dianjurkan WHO yang dapat dilakukan masyarakat di tengah pandemi ini lho! Kalau kamu suka bersepeda keliling komplek atau taman, kamu wajib ikutan PRURide 2020 bareng Prudential.


Kegiatan PRURide 2020 sejalan dengan fokus We Do Health dan We Do Innovation Prudential. Selama hampir 25 tahun di Indonesia, Prudential berkomitmen menjadikan masyarakat hidup lebih sehat dan lama dengan berbagai solusi perlindungan kesehatan dan kegiatan. Sebelum virus corona menyebar luas di Indonesia, Prudential juga telah melakukan banyak hal dalam upaya membantu nasabah dalam  memberikan benefit tambahan hospital cash Rp1juta selama 30 hari bagi nasabah. serta fasilitas rapid test gratis melalui aplikasi Pulse, yang bekerjasama dengan halodoc dan RS. Mitra Keluarga. 

 Ride with Pride 

Kegiatan PRURide Indonesia diselenggarakan setiap tahun merupakan perwujudan dalah satu komitmen Prudential Indonesia untuk mendengarkan, memahami, dan mewujudkan gaya hidup sehat bagi masyarakat. Setelah sukses mengadakan PRURide 2019 di Yogyakarta, PRURide 2020 akan segera digelar kembali di Indonesia dengan konsep yang berbeda! 


Prudential telah menyelenggarakan kegiatan bersepeda berskala besar di berbagai negara, seperti; London, Inggris, Hongkong, Filipina, dan Indonesia. PRURide 2020 akan dilaksanakan secara virtual sebagai kegiatan Virtual Ride pertama oleh Prudential. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjaga kesehatan dan kebugaran di tengah pandemi.
Jens Reisch selaku President Director Prudential Indonesia mengatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak seharusnya membatasi semangat untuk menjaga tubuh tetap bugar, seperti dengan bersepeda sebagai salah satu olahraga favorit masyarakat. 
PRURide 2020 membuka kesempatan bagi para pesepeda pemula untuk merasakan event bersepeda sebagai simulasi untuk race yang sebenarnya. Walaupun diadakan secara virtual, kegiatan balap sepeda ini gak kalah seru. Justru seharusnya kita patut berbangga karena menjadi bagian dalam sejarah balap sepeda virtual pertama di Indonesia. Ini adalah momen kegiatan balap sepeda yang tak terlupakan dan akan dikenang sepanjang masa. 

 How to Join PRURide 2020 

PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride diselenggarakan pada tanggal 20-23 Agustus 2020. Para peserta dapat memilih kategori Gran Fondo (135 km) atau kategori Medio Fondo (70km) yang dapat diselesaikan secara langsung atau vertahap selama empat hari penyelenggaran. Setiap peserta akan menyelesaikan PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride melalui aplikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan di sekita lingkungan rumah masing-masing dengan tetap mematuhi protokol keamanan seperti memakan alat pelindung diri dan tetap berjaga jarak. 


Pendaftaran dibuka mulai 8 Juni 2020, dengan promo early bird 50% hingga tanggal 15 Juni 2020.  Setelah melakukan pendaftaran, panitia akan mengirimkan "Silver Rider Jersey" yang dapat digunakan saat mengikuti PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride. Silver Rider Jersey didesain khusus dengan desain dan kualitas terbaik, dalam rangka 25 Tahun Prudential Indonesia. Pendaftaran dibuka mulai 8 Juni 2020, dengan promo early bird 50% hingga tanggal 15 Juni 2020.  Setelah melakukan pendaftaran, panitia akan mengirimkan "Silver Rider Jersey" yang dapat digunakan saat mengikuti PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride. Silver Rider Jersey didesain khusus dengan desain dan kualitas terbaik, dalam rangka 25 Tahun Prudential Indonesia. 


Selain itu, PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride memiliki medali unik bernama Medalink, yang terdiri dari dua bagian yang saling terhubung. Bagi seluruh finisher PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride akan mendapatkan bagian yang pertama. Bagian kedua bisa didapatkan pada PRURide 2021, sebagai pengingat untuk menjalani gaya hidup sehat adalah sebuah komitmen.


Sebelum melakukan PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride, ada beberapa tips yang dapat dilakukan seperti melatih endurances dengan training plan yang benar. Saat bersepeda virtual, jangan lupa untuk membawa botol minum dan menikmati perjalanan. PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride dapat diikuti seluruh masyarakat dari seluruh Indonesia. Salah seorang artis penggemar olahraga gowes, Sigi Wimala juga akan turut berpartisipasi dalam balap sepeda virtual ini. Yuk daftar disini http://bit.ly/pruridevr2020 ya. Salam gowes! 

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar:

Adaptasi Kebiasaan Baru, Persiapan Perjalanan Setelah Pandemi Covid-19

Banyak hal terjadi hingga pertengahan tahun 2020 ini, termasuk salah satunya Virus Covid-19 yang masih beredar di dunia. Berbagai kalangan dan sektor terkena dampak tak terkecuali! Pandemi Covid-19 juga berpengaruh besar terhadap industri pariwisata yang selama ini berkontribusi besar terhadap perekonomian; mulai dari moda transportasi, akomodasi, dan tempat wisata itu sendiri.


Rasanya sudah sejak bulan Februari lalu, saya tidak melakukan perjalanan. Tapi hal tersebut tak boleh menyurutkan semangat kita untuk tetap mempromosikan pariwisata Indonesia di mata dunia ke depannya. Bagi saya dan para teman pejalan, adaptasi kebiasaan baru wajib diterapkan. Persiapan traveling setelah pandemi Covid-19 harus mengikuti protokol yang ada. 

Sudah lebih dari tiga bulan saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Biasanya, saya sering menggunakan transportasi umum untuk bepergian. Rumah saya di Jakarta Utara, jika bepergian (jauh) ke Jakarta Selatan, semua moda transportasi umum saya naikki, mulai dari ojek online, LRT, Trans Jakarta, dan MRT. Apa kabarnya ya sekarang? Saat ini cuma bisa melihat dia dari foto dan sosial media saja. Ternyata ngangenin juga.


Padahal beberapa hari sebelum tempat wisata di Jakarta ditutup, saya dan beberapa teman sudah merencanakan pergi keliling Jakarta menggunakan transportasi umum. Tapi siapa sangka sejak saat itu, tempat wisata yang ingin kami kunjungi ditutup untuk umum. Namun, saya yakin saat tempat-tempat wisata dibuka lagi, kebersihan akan menjadi hal yang sangat penting bagi wisatawan maupun pengelola objek wisata. 

 Adaptasi Kebiasaan Baru 

Sudah siap untuk menghadapi realita setelah pandemi Covid-19? Siap tidak siap, kita harus bisa menghadapi realita untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Adaptasi kebiasaan baru adalah bagaimana cara kita menyesuaikan kebiasaan dan gaya hidup. Walaupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih berlangsung, namun protokol kebersihan dan kesehatan tetap berlaku, sehingga kita tetap aman produktif.

Adaptasi kebiasaan baru juga dilakukan pada sektor penting yang terdampak Covid-19 seperti; transportasi umum, restoran, rumah ibadah, kantor, dan beberapa tempat yang sudah ditentukan berdasarkan zona pemetaan. Zona tersebut terbagi atas zona hijau: zona yang tidak berdampak, zona kuning: zona dengan resiko rendah, zona oranye: zona dengan resiko sedang, dan zona merah: zona dengan resiko tinggi. Berdasarkan Permenhub 18/2020, Kementerian Perhubungan juga mengeluarkan aturan batas kapasitas penumpang kendaraan umum saat masa Adaptasi Kebiasaan Baru, sesuai dengan zona Covid/PSBB masing-masing.

Untuk kedepannya, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan berencana memperkenalkan aplikasi L-Cov (Lacak Covid) bagi pengguna transportasi di Jabodetabek. Aplikasi L-Cov diharapkan dapat membantu masyarakat dalam melakukan pencegahan dini terhadap potensi penyebaran virus Covid-19, baik sebelum maupun saat bermobilitas menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi,

 Persiapan Perjalanan Setelah Pandemi Covid 19 

1. Pastikan Kamu Sehat Saat Bepergian
Tubuh yang sehat dan stamina yang fit pastinya membuat perjalanan menjadi lebih nyaman. Jika memiliki gejala batuk, flu, dan sesak nafas lebih baik memeriksakan diri ke dokter. Hal tersebut dilakukan demi kebaikan sendiri dan orang lain agar tidak tertular virus. Jangan lupa untuk membawa surat keterangan sehat (saat bepergian jarak panjang), selalu sedia obat-obatan pribadi, minum air yang cukup, dan konsumsi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 


2. Datang dan Pergi Lebih Awal
Maksud saya, saat kondisi seperti ini kepadatan penumpang untuk menggunakan transportasi publik pasti meningkat, check in, dan pemeriksaan berkas serta fisik saat bepergian juga memakan waktu yang lebih lama. Physical Distancing yang diterapkan mengharuskan kita menjaga jarak satu sama lain setidaknya dua meter. Hal tersebut membuat antrean lebih panjang dan lama. Kita gak bisa menyalahkan keadaan karena semua terkena dampaknya. Tapi hal kecil yang bisa kita lakukan adalah, bangun lebih pagi dan berangkat lebih awal agar kita masih berada di antrean depan. 


3. Pembelian Tiket Wisata/Reservasi Secara Online
Saat ini, dunia digital sangat membantu perkembangan dunia pariwisata. Hal ini juga dapat dimanfaatkan dalam pembelian tiket wisata atau reservasi tempat secara online demi mengurangi kontak fisik. Selain itu, hal tersebut juga dapat mengurangi penggunaan tiket fisik dan uang kertas. Sudah banyak operator perjalanan menyediakan aplikasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan dan informasi bagi para pejalan. Perkembanga teknologi zaman sekarang, memudahkan kita dalam beradaptasi kebiasaan baru.

4. Membawa Masker dan Hand Sanitizer
Sebenarnya saat bepergian menggunakan transportasi publik, saya sudah terbiasa menggunakan masker mulut. Alasan sederhananya adalah agar saya tidak langsung terpapar debu atau asap kendaraan. Namun sekarang kegunaannya lebih dari itu karena siapa saja bisa terpapar virus bahkan tanpa gejala. Penggunaan masker mulut meminimalisir penyebaran droplets virus corona. 

Gunakan masker kain/reusable sehingga dapat dicuci ulang dan mengurangi limbah masker sekali pakai. Masker kain digunakan tidak lebih dari empat jam, jadi sebaiknya kita selalu membawa masker cadangan dalam tas saat bepergian. Saya juga membawa tissue, parfum, serta hand sanitizer serbaguna untuk mencuci tangan saat tidak ada wastafel dan mencuci barang bawaan yang mungkin berpotensi terkena virus.


5. Membawa Botol Minum dan Alat Makan Sendiri
Sebelum pandemi ini, saya memang sudah membawa botol minum senditi. Terlebih seorang teman pejalan saya, selalu mengingatkan untuk membawa alat makan sendiri karena lebih higienis dan nyaman karena tidak digunakan oleh orang lain. Dengan begitu, kita juga turut berkontribusi memutus penularan virus Covid-19 dan mengurangi limbah sampah kemasan makanan, kan?

6. Tetap Melakukan Pyhsical Distancing
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah diterapkan di berbagai tempat seperti di restoran, rumah ibadah, mall, terminal, stasiun, bandara, dan tempat publik lainnya. Kita harus tetap memperhatikan marka tanda jarak, dan berdiri atau duduk sesuai tanda yang disediakan. Saat naik transportasi publik; seperti bus, kereta, dan pesawat, kita wajib menghargai sesama pengguna transportasi dengan tidak ngobrol secara langsung ataupun melalui telepon karena hal itu mengganggu orang lain dan berpotensi menyebarkan virus Covid-19.


 Harapan Besar dengan Adaptasi Kebiasaan Baru 

Masa pandemi Covid-19 membawa harapan yang besar bagi semua kalangan; harapan untuk hidup yang lebih baik. Kita semua turut ambil bagian dalam menanggulangi wabah ini. Saya berharap sektor pariwisata di Indonesia tetap meningkatkan protokol kebersihan karena faktor kebersihan membuat pejalan atau pelancong merasa lebih nyaman, mendatangkan suasana hati yang senang dan jiwa yang sehat. 

Penyediaan pos sanitasi (wastafel) dan hand sanitizer tetap dipertahankan di ruang publik, serta perbanyak tempat sampah. Namun hal tersebut harus dibarengi dengan inisiasi masyarakat yang bijak dan sadar diri. Saat mendatangi toilet umum ataupun toilet di tempat wisata, saya berharap pengelola memiliki standar sabun yang sesuai, karena saya sering melihat rasio sabun dalam botol yang terisi banyak oleh air. 

Saya juga berharap masyarakat bisa lebih tertib dan antre saat menggunakan transportasi publik. Fasilitas ini kita gunakan bersama sehingga sudah seharusnya kita turut menjaga demi kenyamanan bersama. Suatu hari, saat saya naik bus, beberapa orang berdesakan masuk ke dalam saat bus sudah penuh, bahkan hingga saya tak bisa bergerak. Saya rasa budaya antre, perlu ditekankan dan awak transportasi perlu ditambah sehingga armada datang lebih tepat waktu, serta tidak terjadi penumpukkan penumpang.


Hal-hal yang saya sebutkan diatas terlihat banyak ya? Tapi kita harus bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru ini. Setidaknya pandemi membawa perubahan tentang gaya wisata yang lebih mengedepankan aspek kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan untuk kedepannya. Kita perlu ingat bahwa penyebaran virus Covid-19 ini belum berakhir, namun hidup ini akan terus berjalan. Saya sudah gak sabar untuk traveling lagi, pastinya setelah kondisi membaik dan tetap mematuhi protokol yang berlaku. 
 
...

Keep in Touch
Thanks for reading!

3 komentar: