BIOFUEL: MINYAK JELANTAH UNTUK BIODIESEL

Tak terasa, tulisan ini sudah menjadi tulisan kelima dalam rangkaian zoominar Eco Blogger Squad, yang kali ini mengangkat tema Biofuel, bersama Yayasan Madani Berkelanjutan dan Traction Energy Asia. Mungkin istilah Biofuel masih terdengar asing, akupun langsung penasaran apa itu Biofuel?

Ternyata Biofuel itu Bahan Bakar Nabati, bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan nabati atau dari bahan-bahan organik lainnya. Menurut Kukuh Sembodho selaku Program Assistant Yayasan Madani Berkelanjutan mengatakan, "Dalam kata lain Biofuel merupakan dekarbonisasi bahan bakar dengan mengurangi ketergantungan dengan bahan bakar minyak yang tidak dapat diperbaharui."

Jadi istilah dekarbonisasi yang dimaksud adalah proses menghilangkan atau mengurangi emisi karbon dioksida dari suatu aktivitas. Ya termasuk aktivitas kita juga. Inget kan, kalau hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi laju perubahan iklim itu mengurangi jejak karbon pribadi?

Minyak Jelantah untuk Biodiesel. Sumber: Pexels

Biofuel diklasifikasikan menjadi tiga generasi, yang dapat menjadi bahan bakunya. Klasifikasi Biofuel generasi pertama berasal dari tanaman pangan seperti jagung dan tebu. Klasifikasi Biofuel generasi kedua berasal dari turunan tanaman pangan atau sisa limbahnya seperti bonggol jagung dan sekam padi, atau dari bisa juga dari bahan non-pangan seperti tumbuhan jarak dan kemiri sunan. Klasifikasi Biofuel generasi ketiga diperoleh dari mikro alga/fitoplankton dan rumput laut.

Biofuel terbagi menjadi tiga jenis yaitu; Bioetanol, Biogas, dan Biodiesel. Bioetanol merupakan energi yang terbuat dari tumbuhan yang sudah difermentasi seperti; singkong dan sorgum. Biogas dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak dan limbah dapur. Sedangkan Biodiesel berasal dari nabati seperti; minyak kedelai, minyak jarak pagar, hingga minyak jelantah.

Biodiesel kini digunakan sebagai campuran bahan bakar kendaraan bermotor. Pada tahun 2015, melalui Permen EDM No. 12 Tahun 2015 Kebijakan tentang Biofuel memiliki Target B30 hingga Januari 2025. Maksudnya adalah setiap 100 liter bahan bakar, akan ada 30 liter bahan bakar yang berasal dari bahan bakar nabati.

Olahan Minyak Jelantah. Sumber: belijelantah.com 

Selain itu, penggunaan minyak jelantah ternyata dapat digunakan untuk diversifikasi bahan baku alternatif biodiesel di Indonesia. Minyak jelantah setidaknya punya lifecycle kedua yang dapat dimanfaatkan. Minyak jelantah bisa menjadi bahan baku biodiesel yang lebih hemat dan mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah minyak yang dihasilkan rumah tangga. 

Minyak goreng bekas masak tidak boleh dibuang ke wastafel karena akan mencemari air dan tanah di daerahnya. Ricky Amukti, selaku Engagement Manage Traction Energy Asia mengatakan bahwa saat ini minyak jelantah di Jakarta dikumpulkan dan dijual dengan harga yang cukup baik pada kisaran Rp3000-Rp10.000/liter. Sebenarnya jika menggunakan minyak jelantah untuk biodiesel bisa menghindari pembukaan lahan.

Pemanfaatan Minyak Jelantah untuk Biodiesel oleh Masyarakat. Sumber: tractionenergy.asia 

Potensi minyak jelantah untuk dijadikan bahan baku biodesel sangat besar. Jika diolah dan dimanfaatkan dengan baik, bisa mengurangi limbah terutama limbah B3 (Bahan Berbahaya beracun). Dalam pengelolaannya, minyak jelantah yang dihasilkan limbah rumah tangga oleh masyarakat, diolah kembali juga oleh masyarakat sehingga dapat berkontribusi untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraaan masyarakat. 

Dasar kebijakan pemanfaatan minyak jelantah di Indonesia sudah diatur dalam Pergub DKI No. 167/2016 tentang pengelolaan limbah minyak goreng, yang dapat dimanfaatkan untuk biodiesel sebagai bahan bakar alternatif bagi industri non pangan.

Berdasarkan data yang diolah dari Traction Energy Asia, sekitar 3 juta kiloliter minyak jelantah di Indonesia, kurang dari 570 ribu kiloliter yang dimanfaatkan sebagai biodiesel. Selebihnya digunakan untuk ekspor dan dibuat minyak goreng daur ulang yang sangat tidak bagus untuk kesehatan. Lantas sebenarnya, minyak jelantah yang diekspor itu juga bisa digunakan sebagai bahan baku biofuel toh?

Katanya, Biofuel merupakan salah satu alternatif energi berkelanjutan. Bahan bakar fosil berasal dari perut bumi seperti batu bara, gas alam, dan minyak bumi, ketersediaannya semakin menipis, tidak dapat diperbarui yang lama-kelamaan tergerus habis. Untuk itu diperlukan energi yang bisa diperbarui. 

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam kehidupan sehari-hari biasanya digunakan untuk bahan bakar transportasi, industri, dan rumah tangga. Kita memang tak bisa terlepas dari energi untuk melanjutkan hidup. Solusi energi yang ramah lingkungan tanpa merusak masih terus digarap. Bagaimana menurut pendapatmu tentang energi terbarukan dengan biofuel ini?

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar: