Ekowisata dan Pohon Asuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo

Pohon Asuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. 

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo terletak di Desa Rantau Kermas, Kabupaten Merangin, Jambi. Hutan ini masih sangat asri karena masyarakat sangat menjaganya dengan hukum adat dan kearifan lokal. Dengan segala keunikan dan potensinya, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo masuk dalam 10 Besar Nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2021 untuk Kategori Ekowisata.

Nama Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo diambil dari nama orang pertama yang mendirikan Desa Rantau Kermas. Depati merupakan sebutan untuk ketua adat. Bagi masyarakat Desa Rantau Kermas, hutan adalah penyangga kehidupan, menjadi sumber air, dan melindungi dari bencana. 

Saat kondisi pandemi, Kepala Dinas Parpora Kabupaten Merangin, Bapak Sukoso mengatakan bahwa tetap melakukan beberapa hal terkait pengembangan obyek wisata pasca pandemi. Obyek wisata, baik tempat wisata, restoran, dan hotel sudah menyediakan sarana dan prasana untuk protokol kesehatan. 

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Youtube Hutan itu Indonesia.

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo memiliki luas 130 hektar, yang keberadaan pengelolaannya berdasarkan hukum adat. Awalnya 24 hektar dari 130 hektar luas Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo berada dalam Taman Nasional Kerinci Seblat. Namun bersama tokoh masyarakat, pemda, dan NGO meminta izin untuk kembali pengelolaannya untuk masyarakat hukum adat. 

Lalu pada tahun 2016, dikeluarkan izin bahwa seutuhnya 130 hektar dikelola oleh masyarakat hukum adat. Kemudian akhirnya Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo mendapatkan pengukuhan legalitas Surat Keputusan Nomor 6745/MENLHK-PSKL/KUM-1/12/2016.
Nenek moyang bilang menjaga hutan adalah kewajiban, karena dengan menjaga hutan, kita juga melestarikan lingkungan yang ada di sekitar untuk melindungi dari bencana.
Masyarakat tidak boleh menebang pohon atau membuka lahan di kawasan hutan adat. Hukum adat sangat tinggi kedudukannya apabila diterapkan di sini. Hukum adat tegas diberlakukan dengan denda beras 20 gantang, 1 ekor kambing, dan uang sebesar Rp500.000. Oleh karenanya, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo pernah memenangkan Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan pada tahun 2019. 


Bapak Dodi Kussapriadi, Direktur BUMDes Alam Depati Payung menceritakan bahwa yang lebih berat adalah sanksi sosial di masyarakat. Mereka yang melanggar hukum adat, tidak diberikan jabatan sekecil apapun, jabatan ketua RT saja tidak bisa, selama mereka masih ada di Desa Rantau Kermas.

Medan trekking Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Dodi Kussapriadi 

Jika masyarakat membuka lahan untuk berkebun, mereka harus minta izin ke tetua adat untuk minta lahan. Dikenal dengan istilah Tanah Ajum dan Tanah Arah. Tanah Ajum adalah lahan yang digunakan untuk berkebun guna menambah perekonomian masyarakat. Di sana ada kebun kopi, kulit manis, kentang, cabe, dan jahe. Sedangkan Tanah Arah merupakan lahan yang dimanfaatkan untuk pemukiman. 

Pohon Asuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Sumber: Youtube Hutan itu Indonesia. 

Uniknya, karena masyarakat tidak boleh menebang pohon satupun, namun harus tetap memiliki penghasilan, masyarakat mengelola hutan adat ini dengan Pohon Asuh. Kita bisa mengasuh pohon-pohon yang ada di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo sebesar Rp200.000/batang per tahun. Sampai saat ini ada sekitar 1100 pohon yang sudah diasuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Pada website pohonasuh.org menjelaskan rinci mengenai nama pengasuh, letak koordinat, dan mempermudah pengasuh untuk mengakses pohonnya. 


Ternyata ada pohon yang nilai ekonomisnya sangat tinggi, namanya Pohon Kayu Bawang. Kulitnya kemerahan dan sangat menonjol diantara pohon-pohon yang lain. Rencana kedepannya Pohon Kayu Bawang akan dikembangkan menjadi bibit. Selain Pohon Kayu Bawang, ada Pohon Sisik Tenggiling yang unik dan jarang ditemukan di tempat lain. Berikut ini beberapa pohon yang bisa diasuh di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo:

  • Kenolan
  • Kayu Bawang
  • Letung
  • Telentang
  • Medang Jangat
  • Kayu Labu
  • Maroboa
  • Maloro
  • Medan Daun
  • Kayu Kumbang
  • Surian
  • Sentul
  • Singgiling
  • Kayu Taji

Untuk pengelolaan hutan adat, ada kelompok yang terdiri dari enam orang, 5 orang patroli dan 1 orang bendahara. Kelima orang ini merupakan masyarakat pemuda yang memang mengabdikan diri untuk memantau perkembangan desa. 

Oya, walaupun jauh dari perkotaan, Desa Rantau Kermas sudah mandiri akan energi listrik. Tahun 2018, mendapat hibah dari Jerman sejumlah Rp3,1 Milyar untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) lho!

Kopi Serampas. Sumber: Youtube Hutan Itu Indonesia

Kopi menjadi salah satu komoditi lokal dari Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo sudah berkembang ke level nasional dan internasional dengan merek Serampas Coffee. Kamu wajib membawa buah tangan Serampas Coffee jika berkunjung ke sini. Selain itu, ada cangkir bambu yang diproduksi langsung oleh masyarakat hutan adat. 

Tak lengkap jika berkunjung ke sini tanpa menyantap kuliner khas. Kuliner yang wajib kita coba di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo yaitu ikan lemang. Ikan Semah dari Sungai Batang Langkup yang dimasak dalam bambu dengan nasi ibus yang wanginya khas dimasak dengan menggunakan daun lirik dengan metode masak khusus. 

Kuliner ikan dan nasi ibus khas Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Dodi Kussapriadi  

Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo memadukan konsep alam dan wisata (ekowisata), mengembangkan wisata edukasi dengan konsep tradisional di hutan adat dengan pembangunan gazebo, jalur trekking, spot selfie, dan lokasi camping. Gazebo bisa digunakan untuk tempat berdiskusi dengan pengunjung. Rencana BUMDes ke depannya juga akan mengelola Sungai Batang Langkup dengan aktivitas tubing dan pembangunan homestay

Gazebo di Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo. Sumber: Dodi Kussapriadi.

Tidak ada patokan harga tiket masuk, biaya tiket masuk seikhlasnya dari pengunjung. Bapak Dodi mengatakan bahwa hal yang paling penting adalah bisa memberi edukasi dan merubah mindset bahwa wisata ke hutan menyenangkan. 

Pemandu lokal dari Kelompok Pengelola Hutan Adat (KPHA) siap menemani. Dulu pernah ada yang masuk tanpa pemandu, namun tersesat dan akhirnya bertemu dengan jejak si belang, alias harimau. Jadi, mari kita hargai alam semesta dan adat istiadat. Ini adalah tentang bagaimana kita menghormati hutan adat dan bersahabat dengan alam.   

Tahun 2021, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo menjadi salah satu nominasi dalam ajang API award untuk kategori Ekowisata. Promosi melalui media sosial seperti youtube, instagram, dan yang lainnya sudah dilakukan. 

Selain itu, Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo juga mendapat dukungan penuh dari bapak Bupati Merangin dengan memberikan surat himbauan kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Merangin agar Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo menjadi pemenang di ajang Anugerah Pesona Indonesia 2021.

Dukung Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo di ajang API Award 2021. 

Dalam upaya pengembangan wisata, Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin telah membangun infrastruktur sehingga akses jalan menuju Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo lebih nyaman. Sebelum masa pandemi, ada 3 bandara yang beroperasi menuju Jambi. 

Dari Bandara Sultan Thaha Jambi, lalu menempuh jalur darat menuju ibukota di Bangko, Kabupaten Merangin selama 4-5 jam. Kemudian baru ke Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo memakan waktu kira-kira 3 jam. Pilihan kedua, dari Bandara Muara Bungo, Jambi. Hanya memerlukan waktu 1 jam untuk ke ibukota Bangko. Pilihan ketiga, dari Bandara Silampari, Lubuklinggau Sumatera Selatan. Waktu yang diperlukan sekitar 3 jam untuk samapai ke ibukota Bangko.

Selama perjalanan dari Muara Bungo menuju Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo, kita juga bisa singgah ke beberapa obyek wisata, seperti Sungai Mengkarang yang merupakan salah satu Geopark Site Nasional Merangin Jambi. Di sana ada fosil pohon yang usianya diperkirakan 290 juta tahun. Kita juga bisa melakukan wisata air river tubing di Sungai Mengkarang. Kepala Dinas Parpora Kabupaten Merangin, Bapak Sukoso mengatakan bahwa saat ini Sungai Mengkarang juga sedang diusulkan untuk masuk ke UNESCO Global Geopark. 

Kabupaten Merangin memiliki banyak air terjun, seperti wisata Air Terjun Puti Daber di Muara Siau, Air tejun Sigerincing di Kecamata Lembah Masurai, Air Terjun Serintik Hujan Paneh. Selain itu, kita bisa menikmati keindahan alam Gunung Masurai. 

Jika mendaki Gunung Masurai, kita bahkan bisa menikmati 5 danau sekaligus; Danau Mabok, Danau Kumbang, Danau Merah, Anakan Danau Merah, dan Danau Kosong. Tak jauh dari Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo, kita juga ada wisata Geosite Danau Pauh dan Danau Depati Empat. Tempatnya masih sangat asri dan bisa melakukan kegiatan camping di sana. 

Semoga suatu saat saya bisa mengujungi Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo dan menengok Pohon yang saya asuh di sana. Jangan lupa dukung Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo dalam kategori Ekowisata di ajang Anugerah Pesona Indonesia 2021 hingga 31 Oktober 2021. 

Via Instagram dan Youtube
Like postingan Bukit Besak di Instagram @ayojalanjalanindonesia, channel Youtube @apiaward
1 like = 1 vote

Via SMS
Ketik API 9C kirim ke 99386
1 SMS = 2 votes

- Pantun Dukung Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo -

Kalau ada gelang di tangan
Tidak melurut cincin di jari
Kalau ada Hutan Adat Depati Karo Jayo yang kita kenang
Tidak beralih ke hutan adat nan lain hati

Buah cempedak dari Kalimantan
Sungguh menarik untuk cendera mata
Mari semua lestarikan hutan
Karena hutan adalah potensi wisata

Indahnyo Pohon Bidaro
Tumbuhnya di tepi Sungai Merangin
Hanya Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo
Merupakan akses Kabupaten Merangin

Jalan-jalan ke Jambi tidak lupa berfoto
Melihat pesona alam bunga Rafflesia
Dukung dan jaga Hutan Adat Depati Karo Jaya Tuo
Biar jadi pemenang di Anugerah Pesona Indonesia

...

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar: